Coba perhatiin di jalan, kebanyakan mobil mahal kayak Alphard, Pajero, Fortuner, dkk. nggak menempelkan stiker happy family di kaca belakangnya. Stiker itu malah banyak ditemukan di mobil LCGC.
Setelah berkeluarga apalagi punya anak, biasanya seseorang akan terpikirkan untuk membeli mobil. Dilihat dari segi kenyamanan, mobil memang menang banyak. Panas nggak kepanasan, hujan juga nggak kebasahan. Misal dalam perjalanan anak-anak merasa ngantuk pun, mereka bisa tidur pulas tanpa khawatir sandal bakal jatuh di tengah jalan.
Namun keinginan untuk memiliki mobil sering kali berbanding terbalik dengan kondisi dompet. Meskipun demikian beberapa orang menyiasatinya dengan cara membeli mobil secara kredit, membeli mobil bekas ataupun membeli mobil golongan LCGC (Low Cost Green Car), yang harganya cenderung lebih murah.
Soal punya mobil setelah berkeluarga ini, ada satu hal yang menarik. Kalian perhatikan nggak? Mobil-mobil mahal seperti Alphard, Pajero, Fortuner, dan mobil-mobil berkelas lainnya, jarang sekali menempelkan stiker happy family di kaca belakang mobil mereka. Stiker jenis ini lebih sering tertempel di mobil-mobil LCGC seperti Karimun, Datsun, Ayla, Agya, dkk.Â
Kira-kira kenapa begitu, ya? Apakah pemilik mobil mahal bukan tipikal happy family? Atau, adakah alasan khusus kenapa mereka nggak menempel stiker tersebut?
Perbedaan cara dalam merayakan sesuatu
Saya pun mencoba menebak-nebak apa yang membuat mobil-mobil mewah kayak Alphard, Pajero, Fortuner, dkk., jarang menempelkan stiker happy family di belakang kaca mobil mereka. Hal pertama yang terlintas dalam benak saya adalah adanya perbedaan cara dalam merayakan sesuatu antara pemilik mobil mewah dengan pemilik mobil LCGC.
Maksud saya begini. Pemilik mobil mewah, pastilah sudah terbiasa bergelimang harta. Bagi mereka, memiliki mobil seharga lebih dari setengah miliar bahkan 1 miliar lebih bukanlah sesuatu yang istimewa. Biasa saja. Nggak bakal bikin rekening mereka auto kering. Jadi, nggak perlu dirayakan.
Inilah yang membedakan dengan keluarga biasa-biasa saja ketika punya mobil. Ketika mereka punya mobil, meski mobilnya tipe LCGC yang dibeli via jalur kredit, mereka bakal merayakannya. Bikin nasi kuning, dibagikan ke tetangga dalam rangka selametan. Setelah itu, mereka akan memberi nama mobil mereka, lalu menempelkan stiker happy family sebagai tanda bahagia bahwa pada akhirnya keluarga tersebut punya mobil. Romantis bener pokoknya. Definisi semua aku dirayakan kalau versi Nadin Amizah.
Stiker sebagai solusi supaya nggak sepi-sepi amat
Alasan lain kenapa stiker happy family lebih sering tertempel di mobil LCGC adalah karena faktor jam terbang mobil LCGC yang hanya seputaran dalam kota. Sebagai mobil dari keluarga yang biasa-biasa saja, bisa jadi mobil LCGC jarang dibawa plesiran. Gimana mau plesiran, wong tiap bulan sudah puyeng gara-gara cicilan. Kalaupun akhirnya plesiran, paling area dalam kota, cari tempat-tempat wisata yang murah meriah, kalau bisa yang gratis.
Intinya, karena menyesuaikan dengan kondisi dompet, mobil LCGC akan jauh-jauh dari area wisata yang penuh dengan wahana wisata berbayar. Itu sebabnya, kaca belakang mobil LCGC sepi dari stiker-stiker wahana, seperti Dufan, Ancol, Trans Studio, dll. Nah, biar nggak sepi bagaimana? Ya dengan ditempel stiker happy family, dong. Untung aja nggak ada stiker sedot WC numpang terpasang di sana.
Lain cerita dengan keluarga pemilik mobil mewah kayak Alphard, Pajero, atau Fortuner. Mampu beli mobil dengan harga nyaris miliaran tentu membuat keluarga tersebut nggak fakir plesir. Alhasil, bagian belakang kaca mobil penuh terisi dengan stiker jejak-jejak perjalanan mereka. Jadi, ya buat apa nambah-nambahin lagi dengan menempel stiker happy family? Sudah penuh. Sepenuh isi rekening mereka.
Tanpa stiker atau hiasan apa pun mobil kayak Alphard, Pajero, atau Fortuner sudah terlihat gagah dan mahal
Selanjutnya, soal ada dan tidak adanya stiker happy family ini, saya yakin salah satunya adalah soal selera. Ada tipikal orang yang suka sesuatu yang heboh. Jadi, ketika punya mobil pun mereka menghias mobil mereka dengan berbagai macam stiker. Salah satunya, stiker happy family.Â
Biar apa sih kayak gitu? Biar orang-orang pada tahu kalau mobil tersebut adalah milik Pak Anu dan Bu Anu. Lha wong sudah berdarah-darah mencicil tiap bulan, kok. Minimal, orang-orang harus tahu bahwa mereka punya mobil.
Namun ada pula tipikal orang yang lebih suka sesuatu yang minimalis. Kalau nggak penting-penting banget ya mending nggak usah, termasuk stiker happy family di mobil. Ya kan tanpa stiker pun, Alphard, Pajero, Fortuner, dan mobil mewah lainnya sudah terlihat gagah dan mahal. Jadi, buat apa ditambahi stiker? Malah nanti mobilnya terlihat norak dan ndeso.
Eits, bukan berarti semua orang yang nempel stiker happy family itu adalah orang yang norak, ya. Nggak gitu konsepnya. Lagi-lagi, ini hanya soal preferensi semata.
Pemilik mobil mewah kayak Pajero Fortuner lebih menjaga privasi demi keamanan
Terakhir, alasan kenapa jarang ada stiker happy family di mobil mewah kayak Alphard, Pajero, atau Fortuner adalah berkaitan dengan privasi. Bagi orang yang beneran kaya, privasi itu penting. Mereka tidak akan sembarangan mengumbar harta kekayaan yang mereka miliki.Â
Apa itu pamer koleksi tas dan mobil mewah di medsos? Nggak ada. Jangankan pamer harta kekayaan, outfit yang mereka kenakan pun sering kali terlihat lebih sederhana dibanding orang kaya baru yang dari atas ke bawah sudah kayak merek berjalan.
Para miliarder ini rupanya sadar betul betapa pentingnya menjaga privasi demi keamanan bersama. Nah, bentuk lain dari upaya menjaga privasi itu ya dengan tidak menempelkan stiker happy family, terutama yang disertai dengan nama orang tua dan nama anak. Mereka khawatir informasi tersebut disalahgunakan untuk modus kejahatan, seperti penculikan, dsb. Hiii, ngeri.
Kira-kira ada alasan apa lagi ya yang membuat mobil mewah kayak Pajero dan Fortuner jarang ditempeli stiker happy family? Karena mobil tersebut inventaris kantor barangkali? Atau, karena mobilnya lebih sering disetir sama pak sopir yang notabene bukan bagian dari family? Hmmm, bisa jadi, bisa jadi.
Penulis: Dyan Arfiana Ayu Puspita
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Ragam Mobil yang Dijual Terlalu Mahal di Indonesia.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.




















