Liburan akhir tahun kemarin, saya dan seorang teman memutuskan berkunjung ke bioskop New Star Cineplex (NSC) Demak. Letak bioskop ini cukup strategis, berada di seberang Jalan Raya Demak-Kudus, tepatnya di wilayah Bintoro, Kota Demak. Di sela-sela ingin bertemu teman yang sudah lama tak berjumpa, saya juga penasaran ingin berkunjung ke satu-satunya bioskop di Kota Wali itu.
Sebagai orang asli Demak, melihat daerahnya memiliki bioskop memberi kebahagiaan tersendiri. Hal ini mengingatkan saya bahwa sekarang warga Demak tak harus bersusah payah motoran jauh ke Semarang hanya untuk menikmati film yang tayang di layar lebar. Namun, kebahagiaan itu tak bertahan lama. Saya malah menemukan kejanggalan pada pengalaman pertama saya berkunjung ke bioskop yang buka pertama kali tahun 2018 dan sempat tutup selama dua tahun ini.
Sepi bak kuburan
Kejanggalan pertama saat menonton film di bioskop Demak adalah bioskop sepi bak kuburan. Bagaimana tidak, ketika saya dan teman tiba, kami memesan tiket film. Saat itu kami diminta menunggu selama 15 menit karena jumlah penonton yang membeli tiket hanya kami berdua. Padahal sebenarnya dalam jadwal penayangan, penonton sudah bisa berada di ruangan bioskop dan menikmati film. Tapi rupanya pihak bioskop mengharapkan ada tambahan penonton sebelum film dimulai.
Nahasnya, tak ada pengunjung lain yang membeli tiket. Setelah menunggu tanpa hasil, akhirnya saya dan teman saya diperbolehkan masuk ke dalam ruang bioskop.
Begitu masuk ke dalam bioskop pun pemandangan yang kami temui sungguh mengejutkan. Ruang bioskop itu kosong, tidak ada orang lain selain kami berdua. Memang benar kami diberikan kebebasan untuk memilih tempat duduk yang mana saja. Tapi suasana yang terlalu sepi itu justru membuat pengalaman nonton kami terasa janggal dan kurang nyaman.
Beruntung saya bersama seorang teman, jadi tidak sendirian amat. Selain itu film yang kami tonton juga bukan film horor. Jika salah satu dari dua hal tersebut tidak terpenuhi, mungkin saya memilih pulang saja, tidak jadi menonton di bioskop Demak itu.
Bioskop tidak menarik bagi warga Demak, warga lebih memilih hiburan dangdut dan sound horeg
Rendahnya minat menonton bioskop di Demak sepertinya berkaitan dengan preferensi hiburan masyarakat setempat. Sebagian besar warga Demak, terutama di daerah pedesaan saya, tidak menganggap nonton film di bioskop adalah pilihan utama untuk bersenang-senang. Bahkan sepanjang hidup saya menjadi orang Demak, belum pernah sekali pun saya mendengar ajakan dari teman-teman desa untuk pergi ke bioskop.
Bukan karena harga tiketnya mahal dibandingkan bioskop di daerah lain. Itu sih sama saja. Masalahnya, selera hiburan kebanyakan orang Demak adalah dangdut dan sound horeg. Buktinya ketika musim panen tiba, hiburan utama warga adalah tanggapan dangdut. Pemuda desa saya biasanya mengumpulkan uang melalui iuran untuk menyewa grup dangdut, dan acara ini diadakan di lapangan desa atau pelataran luas. Dalam satu masa panen, bisa ditemukan lebih dari dua acara dangdut di desa sekitar.
Ketika tiba masa peceklik pun, warga tak kehabisan akal mencari hiburan. Mereka mencari cara mendapatkan hiburan musik yang tak jauh beda dari orkes dangdut. Yang sama-sama menghasilkan suara keras dan bisa dinikmati bersama. Tentu saja low budget. Apalagi kalau bukan sound horeg. Fenomena ini sudah sangat melekat di warga Demak, menjadikannya salah satu ciri khas budaya hiburan lokal.
Nah, dari pengalaman itulah saya menyimpulkan bahwa kehadiran bioskop di Demak saat ini belum relevan dengan selera dan gaya hidup warga sendiri. Hiburan seperti dangdut dan sound horeg jauh lebih populer dan melekat di hati warga dibandingkan menonton film di bioskop. Dengan budaya hiburan yang sudah kental ini, mungkin industri bioskop akan kesulitan bertahan, kecuali ada konversi besar-besaran terhadap pola konsumsi hiburan penduduk Demak. Paling perlu menunggu 50 tahun ke depan, entahlah?
Penulis: Aditya Firmansyah
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA 3 Alasan Demak Kalah Tenar Dibanding Kabupaten di Sekelilingnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.