Kota Solo selalu menjadi perhatian yang menarik bagi orang dari berbagai daerah. Terutama dari kota-kota metropolitan seperti Jabodetabek. Ritme kerja yang super keras dan biaya hidup mahal sudah menjadi bagian kehidupan mereka. Tidak heran ketika sudah menginjakkan kaki di kotanya Pak Jokowi ini mereka akan latah terhadap suasana kota yang nyaman, ramah, dan harga makanannya murah.
Kemarin saya membaca artikel dari Abdullah Bulkhoir dengan judul 5 Hal yang Bikin Orang Bekasi Culture Shock Saat Merantau ke Solo. Sebuah narasi makanannya murah sudah biasa didengar oleh orang-orang Solo, termasuk saya. Tentu saya setuju dengan apa yang ditulis dalam artikel tersebut. Sayangnya, tidak ada yang sempurna di dunia ini, setiap kota pasti memiliki kelebihan dan kekurangan.
Ada beberapa sisi lain dari kota ini yang perlu diketahui juga. Saya yakin kalian bakal culture shock tiga kali lipat setelah mengetahuinya.
Daftar Isi
UMK yang sangat rendah
Yang perlu kalian tahu, Kota Solo memiliki UMK yang rendah, di kisaran Rp2.269.070. Angka ini naik dari tahun 2023 lalu yang di angka Rp2.174.169. Artinya hanya naik Rp94.901, seratus ribu aja nggak sampai. Sekarang sa tanya, bagaimana mengatur keuangan dengan besaran gaji segitu?
Harga makanan murah, tetapi UMK juga rendah, terasa tidak ada untungnya. Mau nabung aja ngos-ngosan. Kalau sudah tahu besaran gaji rata-rata segitu, apakah masih ada keinginan bekerja di Solo? Oh ya, kadang masih ada lho gaji di bawah segitu. Ngenes, Bos!
Orang-orang sudah mengeluhkan mengenai UMK yang rendah ini. Namun, hingga saat ini belum ada jalan keluar yang memuaskan.
Harga barang sama
Jika kalian membandingkan harga barang di Solo dengan daerah lain, harganya tidak jauh berbeda. Lihat saja harga rokok, smartphone, pulsa, token listrik, dan barang lainnya. Ini terasa tidak adil tapi memang begitulah kenyataannya
Warga Solo sebenarnya bingung apa yang harus dipangkas dari anggaran belanja mereka. Belum lagi jika tiba-tiba motor perlu diservice, keluar duit lagi hadeh.
Kemacetan Kota Solo semakin tidak ngotak
Semakin banyaknya mobil dan motor yang berlalu lalang, artinya kemacetan akan makin sering terjadi. Dan jelas, Kota Solo tidak luput dari hal ini. Di titik daerah tertentu sudah dijamin kalian akan menemui kemacetan. Seperti di Pasar Kleco, Kota Barat, dan Pasar Kembang.
Masyarakat Solo sudah sering sambat terhadap fenomena ini. Ditambah lagi, kota ini berada di urutan pertama tahun 2024 untuk menghabiskan masa pensiun. Makin banyak yang ingin pindah ke sini, tapi luas kota tetap segini-segini aja. Banyak yang sudah ogah malam mingguan dan lebih memilih tidur di rumah karena saking malasnya ketemu kemacetan.
Orang Solo sering bersyukur, tapi pusing mikirin hidup
Bersyukur adalah sifat yang paling menonjol dari orang Solo. Jika kalian sambat gaji UMK sedikit di media sosial, siap-siap dihujat. Dianggap tidak tahu nikmat dan kurang bersyukur. Kondisi seperti ini mirip viralnya ungkapan nerimo ing pandum bagi warga Jogja. Tinggal nunggu ngadopsi “KTP endi su” aja sih ini.
Mohon maaf bapak dan ibu terhormat, bukannya tidak bersyukur. Tetapi, kami pusing kepala karena biaya hidup yang semakin mahal. Hidup tidak melulu hanya makan dan tidur. Ada istri yang perlu dinafkahi, lalu ada juga anak yang butuh biaya sekolah. Belum lagi jika terjadi hal-hal di luar dugaan.
Program rumah subsidi terasa percuma
Program rumah subsidi dijalankan untuk meminimalisir orang-orang yang tidak bisa membeli rumah. Saya pernah membaca angsuran hanya sembilan ratus ribu saja. Lagi-lagi dengan UMK Solo yang rendah, membeli rumah subsidi juga terasa mimpi.
Sekarang bila gaji yang dua jutaan itu dipotong angsuran rumah subsidi yang hampir setengahnya, berarti uang yang tersisa tinggal satu jutaan. Itu kalau sudah berkeluarga dan punya anak, uang tersebut bisa untuk apa coba?
Kota Solo yang dianggap makanannya murah memang selalu menjadi perbincangan hangat. Tapi ingat lima hal tadi bisa membuat kalian lebih kaget dan justru harusnya jadi perhatian utama. Bahkan bagi warga kota ini juga kaget dengan kondisi seperti ini. Namun, tidak apa-apa yang penting tetap bersyukur atas nikmat yang diberikan.
Oh, kalian nanya KTP saya mana? Tuh, di dompet.
Penulis: Nafiuddin Fadly
Editor: Rizky Prasetya