Saya yakin, banyak pembaca Terminal Mojok yang tidak tahu bahwa terdapat sebuah kawasan di Bandung yang disebut sebagai zona merah ojol yang mana ojol “dilarang” beroperasi di sana. Kawasan yang saya maksud adalah Bandung Timur yang dimulai dari sepanjang Jalan AH Nasution hingga Jalan Raya Cinunuk, termasuk sejumlah perumahan maupun permukiman yang berada di sepanjang jalan tersebut.
Salah satu alasan kenapa daerah tersebut disebut sebagai zona merah ojol adalah karena kehadiran sejumlah pangkalan ojek yang sudah beroperasi jauh sebelum era ojol seperti saat ini. Nah, para opang (ojek pangkalan) ini melarang keras keberadaan ojol di wilayah tersebut karena sejak adanya ojol, pendapatan mereka jauh berkurang.
Banyak opang di Bandung Timur yang melarang masyarakat yang bermukim di kawasan sana mengorder ojol sebagai sarana transportasi. Kalau mau keluar komplek, ya order opang. Kalau mau masuk komplek pakai ojol, turun di pangkalan ojek, lalu lanjut pakai opang. Kira-kira begitulah aturan mainnya. Sejumlah spanduk besar bahkan dipasang di beberapa titik di Bandung Timur dengan narasi yang saya sebutkan sebelumnya.
Perselisihan yang sudah terjadi selama hampir satu dekade
Terbaru, terjadi keributan antara opang dan ojol di Pasir Impun terdapat keributan antara ojek pangkalan dan ojek online di Pasir Impun, Bandung. Dilansir dari Detik Jabar, konflik antara ojol dan opang di sana dipicu oleh kesalahan navigasi aplikasi yang mengarahkan seorang driver ojol ke zona merah Pasir Impun. Meskipun berusaha menghindari konfrontasi, driver ojol ini ditahan dan terjadi perselisihan fisik. Akibatnya, ia dan penumpangnya terluka. Sebagai bentuk solidaritas, rekan-rekan driver ojol kemudian mendatangi pangkalan dan melakukan tindakan balas dendam.
Kalau kalian berpikir bentrokan fisik seperti yang terjadi di Pasir Impun adalah kejadian pertama, kaliah salah besar. Sejak kemunculan ojol pada sekitar tahun 2014-an, bentrokan fisik antara ojol dan opang sudah cukup sering terjadi di Bandung Timur. Setidaknya dalam satu tahun, ada saja kejadian serupa yang saya saksikan lewat laman medsos saya.
Saya sendiri pernah mengalami kejadian tidak menyenangkan di Bandung Timur. Saat hendak memasuki kawasan Jatihandap, motor saya dicegat salah satu opang di sana. Beliau bertanya, “Kamu driver ojol?”
Untungnya saat itu saya masih bisa berpikiran jernih dan menjawab dengan sopan, “Bukan, Kang. Saya cuma mau main ke rumah teman saya di Komplek Unisba di atas.” Saya juga memperlihatkan alamat yang akan saya tuju sekaligus HP saya yang tidak ada aplikasi driver ojolnya sama sekali. Beliau akhirnya mempersilakan saya melanjutkan perjalanan. Kecurigaan beliau pada saya bermula karena saya membawa dua helm sambil melihat aplikasi Google Maps.
Baca halaman selanjutnya: Ibarat wilayah kekuasaan Ballas…