Cuaca panas yang makin lama makin nggak ngotak ini masih sering dianggap hal yang biasa bagi banyak orang. Namun saya sudah nggak bisa menganggap cuaca panas ini biasa saja. Lantaran, saya merasakan fenomena yang tidak umum. Bisa-bisanya saya kepanasan saat saya mengunjungi rumah kawan saya, yang terletak di bawah kaki Gunung Arjuno.
Gunung Arjuno lho, Ges, bisa-bisanya saya kepanasan.
Sebelumnya, teman saya itu sering sambat lantaran saat ini kondisi cuaca di rumahnya panas sehingga ia tidak fokus untuk bekerja secara WFH. Saya awalnya tidak percaya dengan ceritanya. Apalagi saat terakhir kali berkunjung dan menginap di rumahnya kira-kira dua tahun lalu, saya masih ingat betapa dingin cuaca dan air di rumahnya. Bagaimana bisa rumahnya yang berada di jalur pendakian Gunung Arjuno via Purwosari tersebut panas? Belum lagi ia juga cerita kalau akhir-akhir ini harus mengusir panas dan gerah itu pakai kipas angin.
Gunung Arjuno beneran panas
Hingga akhirnya saat saya berkunjung ke rumahnya baru-baru ini, memori saya tentang rumahnya yang begitu sejuk dan dingin seketika hilang. Saya betul-betul merasakan panas dan gerah, juga nyala kipas angin di dalam rumah. Kipas angin itu tidak hanya aktif di siang hari bolong, tapi juga tengah malam agar kami tidur bisa tidur secara nyaman.
Sebenarnya panas sudah mulai tidak terasa saat sore sekitar pukul 4 hingga 6. Namun, kami kembali menyalakan kipas angin saat jam 7 malam. Saya dan teman pun sering terbangun saat tengah malam untuk sekedar menyalakan dan mengecek kipas angin.
Panasnya cuaca ini nggak hanya berpengaruh pada gerah. Gunung Arjuno jadi sering kebakaran beberapa waktu belakangan. Tahun 2023 lalu, gunung Arjuno telah mengalami tujuh kali kebakaran. Menurut laporan Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur yang dirilis September 2023 lalu, hutan dan lahan seluas 5.094 Ha pun hangus terbakar. Di tahun 2024, kawasan hutan Gunung Arjuno pun kembali terbakar dengan total area yang terbakar sekitar 21 hektar.
Bumi makin panas, kita semua sadar nggak sadar sudah menyadarinya
Panasnya daerah yang terkenal dingin itu pun kembali mengingatkan saya pada informasi yang judulnya kayak clickbait tapi ini beneran mencengangkan. Informasi itu dulu saya dapatkan melalui postingan di media sosial tentang tahun 2023 sebagai tahun terpanas sepanjang sejarah. Data itu dirilis oleh Climate Copernicus, dalam data tersebut kita bisa melihat bahwa peningkatan suhu panas pada tahun 2023 hampir menyentuh angka 1,5 derajat celcius.
Selama ini narasi perubahan iklim digambarkan dengan gunung es di kutub utara yang meleleh. Orang-orang yang tidak mengalami musim dingin tentu nggak relate. Tapi kini berbeda. Saya kini makin percaya perubahan iklim karena merasakannya sendiri. Di kaki Gunung Arjuno yang masih banyak sawah, hutan, dan berada di kawasan dataran tinggi aja cuacanya sudah panas. Apa kabar dengan kawasan perkotaan atau daerah dekat pantai?
Semoga makin panasnya cuaca akhir-akhir ini membuat kita semakin menyadari bahwa kondisi lingkungan saat ini sedang tidak baik-baik saja. Apalagi dampaknya juga ngaruh ke kehidupan, misalnya krisis air bersih akibat kekeringan. Kondisinya makin parah ketika pemerintah ra ngurus, dan lebih memilih untuk mendinginkan kepalanya sendiri dan kroni-kroninya. Sehat-sehat ya kita semua yang sedang digempur panasnya cuaca dan panasnya kondisi politik Indonesia akhir-akhir ini.
Penulis: Anisah Meidayanti
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Sejarah Gunung Arjuno dan Misteri Pasar Setan yang Belum Terpecahkan