Bulan Juli sebentar lagi datang dan panas di Arab Saudi sudah mulai bikin saya malas buka jendela dan main keluar rumah. Jika kamu pernah nonton film Mad Max Fury Road (2015), mungkin saya bisa bilang gambaran panasnya di film itu cocok dengan suasana siang hari di sini. Bulan Juni sampai Agustus adalah puncak cuaca terpanas di Arab Saudi ketika musim panas.
Sebagai negara terbesar kelima di Asia, Arab Saudi terbagi dalam 13 provinsi. Jeddah adalah kota nomor dua terbesar setelah Riyadh. Eh, maaf, kenapa jadinya kayak lagi pelajaran geografi ya? Saya ingin kasih tahu aja sih, Arab itu luas dan di tulisan ini saya ingin berbagi tentang bagaimana panasnya Arab itu dari tempat tinggal saya sekarang, yaitu Kota Jeddah.
Sekarang saja temperatur di sini berkisar antara 27-38 derajat Celsius. Itu belum apa-apa, di bulan Agustus bisa sampai 43-44 derajat, panas banget! Bahkan pas Juni 2019, Jeddah mencapai rekor terpanasnya selama sembilan tahun terakhir, yaitu 50 derajat Celsius. Baiklah, daripada pakai Celsius-Celsiusan, lebih baik saya coba gambarkan saja bagaimana panasnya cuaca di sini.
Efek panasnya cuaca Arab Saudi #1 Air keras udah kayak air rebus
Dari awal Juni sampai akhir Agustus, bisa dipastikan penggunaan pemanas air untuk mandi jauh berkurang. Karena tanpa pemanas pun air keran udah kaya air rebus. Kadang saya sering kaget dan menggerutu sendiri ketika membuka keran untuk mencuci piring. Jadi, kalau mau cuci piring itu lebih baik pagi atau sore hari. Sepertinya di sini nggak ada yang berani nyuci siang-siang deh. Ya, kalau untuk anak kos, kayanya ada air sepanas itu berkah ya. Bisa masak telur rebus sama Indomie.
Efek panasnya cuaca Arab Saudi #2 Sangat jarang orang naik sepeda motor
Hampir dua tahun tinggal di Jeddah, seingat saya baru tiga kali saya melihat orang berkendara menggunakan motor. Kenapa? Pasti kalian mikir karena di sini mayoritas orang berduit jadi semuanya punya mobil. Alasannya lebih dari itu. Dulu saya juga berpikiran seperti itu sih. Sampai akhirnya karena saya penasaran, saya menanyakan hal ini pada rekan kerja saya.
Dan ternyata katanya, di sini harga sepeda motor malah lebih mahal daripada mobil. Karena kalau ingin punya, sepeda motor kita itu harus dilengkapi dengan semacam pelindung tengki minyak yang kalau saya tidak salah itu harganya mahal banget. Saya lupa apa namanya. Tujuannya agar tengki minyak itu tidak memuai karena panas yang dapat membahayakan pengendaranya sendiri.
Ya begitulah, hawa panas ternyata membuat kita jadi ribet untuk membeli motor. Jadi kalau mau tinggal di Arab, harap menjauhkan impian bisa jalan-jalan dengan sepeda motor bersama kekasih untuk menikmati senja.
Efek panasnya cuaca Arab Saudi #3 Pemakaian niqab jadi relevan
Sebenarnya di Arab Saudi tidak diwajibkan lagi untuk menggunakan niqab atau penutup kepala ketika keluar rumah. Bahkan dari berita terakhir, abaya atau gamis pun sudah tidak diwajibkan lagi untuk para ekspatriat alias pendatang.
Namun, saya tetap mengenakan abaya ketika keluar rumah untuk kenyamanan sendiri dan juga menurut saya itulah keseruan dan bedanya tinggal di sini, hehehe. Karena menggunakan niqab dan abaya adalah salah satu cara menghindarkan kita dari hawa panas dan terik matahari yang langsung menyentuh kulit. Jadi fungsinya tidak hanya menutup aurat.
Efek panasnya cuaca Arab Saudi #4 AC menyala 24/7
Memang berada di ruangan ber-AC terlalu lama itu tidak sehat. Tapi apa daya, kalau panas di sini sudah nggak ketulungan dan jendela tidak membantu karena ketika dibuka, yang didapat bukanlah angin segar, tapi badai panas. Bayangkan, kalau keluar rumah sekedar belanja kebutuhan logistik, kita seperti memasuki dimensi lain. Dan ingin cepat-cepat sampai di rumah. Begitu tiba di rumah, hal pertama yang akan dilakukan adalah menghidupkan AC dengan temperatur paling rendah.
Sebenarnya sebelum tinggal di sini saya termasuk orang yang sensitif dengan AC. Kalau lama berada di ruangan ber-AC pasti mata saya perih dan hidung saya sakit. Tapi sekarang saya nggak bisa hidup tanpa AC. Kalau tidak ada AC saya mungkin sudah jadi ikan kukus.
Desember-Januari jadi waktu terbaik untuk umrah
Untuk yang terakhir ini bukan gambaran sih, tapi hanya saran untuk pembaca sekalian. Menjalankan ibadah umrah bisa kapan saja, tapi saran saya lebih baik memilih waktu di bulan-bulan sejuk, yaitu antara Desember sampai Januari. Januari biasanya adalah bulan terdingin di Arab Saudi dengan temperatur kurang lebih 20 derajat Celsius.
Dan bukan juga selama musim panas tidak ada yang pergi ibadah umrah. Ada kok. Tapi jika Anda tidak suka hawa panas, lebih baik memilih waktu yang pas agar ibadahnya bisa khusyuk.
BACA JUGA Melarikan Diri dari Arab yang Gersang dengan Dianxi Xiaoge dan tulisan Latifa Ibrya lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.