Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Profesi

Nestapa Guru Bahasa Indonesia: Disepelekan Saat Masih Kuliah, Tanggung Beban Berat Saat Bekerja

Rahadi Siswoyo oleh Rahadi Siswoyo
27 Agustus 2024
A A
Nestapa Guru Bahasa Indonesia: Disepelekan Saat Masih Kuliah, Tanggung Beban Berat Saat Bekerja

Nestapa Guru Bahasa Indonesia: Disepelekan Saat Masih Kuliah, Tanggung Beban Berat Saat Bekerja (unsplash.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Saya tak menyangka tekanan saat magang jauh lebih ringan daripada saat sudah jadi guru Bahasa Indonesia sungguhan.

Selepas kuliah, kita akan menjalani hidup yang sebenarnya. Begitu kira-kira kata orang dewasa. Tapi memang betul, kehidupan setelah kuliah memang cukup membuat diri dag dig dug. Entah karena khawatir terlalu lama menganggur, dapat pekerjaan tapi tak sesuai passion, dapat pekerjaan yang sesuai passion tapi ternyata tak sesuai ekspektasi, atau sialnya terus-terusan dipaksa orang tua buat daftar CPNS.

Selepas wisuda, saya merasa cukup beruntung. Sebagai Sarjana Pendidikan, tepatnya Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Saya bisa langsung mengajar meskipun hanya berstatus sebagai guru Bahasa Indonesia paruh waktu, alias part time. Setidaknya, ketika ada yang bertanya “sekarang kerja di mana?”, saya tak cukup bingung untuk menjawabnya. Toh, pekerjaan sebagai guru cukup terpandang bagi sebagian orang. Meskipun, kenyataannya jauh dari yang dibayangkan. Akh, lain waktu saja membahas tentang nasib guru.

Sejak kuliah, saya cukup sering mengeluhkan tentang bidang studi yang saya pelajari. Mulai dari yang sering dianggap sepele sampai urusan prospek kerja yang cukup sempit di industri kebanyakan. Syukurnya, untuk saat ini saya bisa bekerja menjadi guru. Setidaknya, sejalan dengan apa yang saya pelajari di perkuliahan.

Sialnya, saya tak menyangka jika akan tetap ada hal yang membuat saya mengeluh sebagai seorang guru Bahasa Indonesia. Kalau boleh saya katakan, tekanan saat magang jauh lebih ringan daripada saat sudah jadi guru sungguhan.

Pelajaran Bahasa Indonesia bukan prioritas siswa

Selayaknya seperti saat saya berkuliah, pengetahuan atau ilmu bahasa Indonesia bukanlah sebuah prioritas di sekolah. Sebagian siswa akan lebih tertarik dengan ilmu eksakta, bahasa Inggris, atau bahkan sejarah. Kalau ada siswa yang menyukai mapel Bahasa Indonesia, mungkin hanya satu dua orang. Padahal, dalam penilaian Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK), salah satu penilaiannya adalah kemampuan literasi yang sudah pasti melibatkan pelajaran Bahasa Indonesia.

Masalah tersebut membuat para guru Bahasa Indonesia perlu menyiapkan begitu banyak siasat agar pelajaran ini tetap menyenangkan dan diterima oleh siswa. Selain itu, kami juga harus berusaha semaksimal mungkin untuk dapat merelevansikan pelajaran dengan praktik dalam kehidupan nyata.

Saya tahu, cukup banyak kritik tentang pelajaran Bahasa Indonesia yang sering dianggap kurang kontekstual. Saya sepakat. Sebagai mantan murid, saya juga tak ingin pelajaran Bahasa Indonesia sekadar belajar tentang jenis-jenis teks tanpa memahami fungsinya di kehidupan nyata. Sekarang, tugas saya dan guru Bahasa Indonesia lainnya untuk membuatnya lebih berbeda.

Baca Juga:

Menyesal Masuk Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia? Wajar, tapi Saya Yakin Kamu Akan Berubah Pikiran Setelah Membaca Ini

Jurusan Bahasa Indonesia Adalah Jurusan Paling Menderita oleh Stigma Negatif yang Lahir dari Ketidaktahuan Masyarakat

Aduh, repot juga ternyata.

Guru bukan KBBI berjalan

Salah satu ekspektasi besar yang kerap ditimpakan kepada guru Bahasa Indonesia adalah mereka dianggap sebagai “KBBI berjalan”. Para siswa dan bahkan guru-guru lainnya sering kali mengharapkan kami untuk mengetahui seluruh kosakata, aturan tata bahasa, hingga makna kata yang jarang terdengar. Kalau ada yang salah dalam berbahasa, yang pertama disalahkan adalah guru Bahasa Indonesia.

Padahal mari kita realistis. Seorang guru Bahasa Indonesia adalah manusia biasa. Mereka mungkin ahli dalam bidang mereka, tetapi tidak berarti mereka harus hafal setiap kata dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. Guru pun kadang-kadang harus mencari makna kata tertentu atau bahkan berkonsultasi dengan sumber lain untuk memastikan jawabannya benar.

Ditambah lagi, guru Bahasa Indonesia tidak hanya fokus pada bahasa secara harfiah, tetapi juga mengajarkan tentang pemahaman teks, sastra, dan keterampilan komunikasi. Jadi, jangan heran kalau ada saatnya mereka tidak tahu arti dari kata-kata yang mungkin bahkan sudah jarang digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Saya hanya berharap, semoga semua guru diberikan ketabahan dan keikhlasan dalam mendedikasikan dirinya untuk negeri ini. Terlebih, untuk para guru Gen Z yang sedang ngetren di media sosial. Saya juga berkeyakinan, bukan hanya guru Bahasa Indonesia yang mengalami nestapa, tapi bisa jadi hampir semua Sarjana Pendidikan yang sering disepelekan saat proses berkuliah. Tetap semangat kawan-kawan guru seluruh Indonesia.

Penulis: Rahadi Siswoyo
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Anteraja, Jasa Pengiriman Barang Murah tapi Bikin Kecewa.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 27 Agustus 2024 oleh

Tags: bahasa indonesiaguru bahasa indonesiamata pelajaran bahasa indonesia
Rahadi Siswoyo

Rahadi Siswoyo

Gemar menghibur teman tongkrongan.

ArtikelTerkait

11 Kosakata Sehari-hari yang Sebenarnya Berasal dari Bahasa Belanda Mojok.co

11 Kosakata Sehari-hari yang Sebenarnya Berasal dari Bahasa Belanda

20 Desember 2023

5 Manga yang Saya Harap Bisa Terbit di Indonesia

7 Juni 2021
Ejaan badan bahasa yang aneh

Kenapa Ejaan yang Benar Menurut Badan Bahasa Malah Bikin Bahasa Indonesia Jadi Aneh, Asing, dan Lucu?

1 November 2021
15 Nama Tempat di Bandung yang Diambil dari Nama Tumbuhan

15 Nama Tempat di Bandung yang Diambil dari Nama Tumbuhan

24 Desember 2023
siwon bahasa indoneisa, kabinet kasih sayang

Ada apa sih kok Siwon Sering Pake Bahasa Indonesia?

11 Juni 2020
Jurusan Sastra Indonesia: Fakta dan Stereotip Goblok yang Disematkan kepada Mahasiswa Sasindo

Jurusan Sastra Indonesia: Fakta dan Stereotip Goblok yang Disematkan kepada Mahasiswa Sasindo

23 Oktober 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Jogja Sangat Layak Dinobatkan sebagai Ibu Kota Ayam Goreng Indonesia!

Jogja Sangat Layak Dinobatkan sebagai Ibu Kota Ayam Goreng Indonesia!

1 Desember 2025
Bengawan Solo: Sungai Legendaris yang Kini Jadi Tempat Pembuangan Sampah

Bengawan Solo: Sungai Legendaris yang Kini Jadi Tempat Pembuangan Sampah

2 Desember 2025
8 Alasan Kebumen Pantas Jadi Kiblat Slow Living di Jawa Tengah (Unsplash)

8 Alasan Kebumen Pantas Jadi Kiblat Slow Living di Jawa Tengah

3 Desember 2025
5 Tips Agar Kantong Nggak Jebol Dikeroyok Diskon Natal dan Tahun Baru Mojok.co

5 Tips Agar Kantong Nggak Jebol Dikeroyok Diskon Natal dan Tahun Baru

2 Desember 2025
Pengalaman Transit di Bandara Sultan Hasanuddin: Bandara Elite, AC dan Troli Pelit

Pengalaman Transit di Bandara Sultan Hasanuddin: Bandara Elite, AC dan Troli Pelit

1 Desember 2025
Mahasiswa UIN Nggak Wajib Nyantri, tapi kalau Nggak Nyantri ya Kebangetan

Mahasiswa UIN Nggak Wajib Nyantri, tapi kalau Nggak Nyantri ya Kebangetan

30 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lagu Sendu dari Tanah Minang: Hancurnya Jalan Lembah Anai dan Jembatan Kembar Menjadi Kehilangan Besar bagi Masyarakat Sumatera Barat
  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.