Gelar sarjana seringkali dipandang sebagai tangga menuju kehidupan yang lebih baik, termasuk di dalamnya stabilitas finansial. Itu mengapa banyak orang rela menempuh pendidikan tinggi bagaimanapun caranya. Mereka rela mencurahkan seluruh energi dan biaya untuk mendapat ijazah sarjana yang nggak mudah.Â
Harapannya, setelah mengantongi gelar sarjana, mereka bisa mendapat pekerjaan yang baik. Itu tidak salah memang, tapi kehidupan nggak melulu seperti yang direncanakan. Apalagi di tengah bursa kerja seperti sekarang ini, orang-orang nggak melulu dapat pekerjaan yang baik hanya karena status sarjana.Â
Hal itu banyak terjadi di lingkungan saya. Beberapa teman bahkan rela melamar pekerjaan dengan ijazah SMA saking sulitnya melamar kerja dengan gelar sarjana. Miris memang, tapi itulah yang terjadi.Â
Daftar Isi
Akreditasi itu penting!
Setelah saya melakukan pengamatan, ada beberapa hal yang membuat ijazah sarjana mereka nggak laku. Salah satunya, mereka tidak mempertimbangkan akreditas kampus dan jurusan. Akreditasi kini jadi salah satu pertimbangan perusahaan atau penerima kerja. Kita bisa melihatnya dari beberapa lowongan pekerjaan yang mulai mensyaratkan pelamar harus lulus dari universitas akreditasi tertentu.
Terdengar tidak adil memang, tapi saya memahami alasan di balik persyaratan tersebut. Saat ini bermunculan banyak perguruan tinggi, sekadar mengantongi ijazah sarjana saja sebenarnya nggak begitu istimewa. Itu mengapa penerima kerja jadi memperhatikan akreditasi kampus dan jurusan.
Saya rasa percuma saja kalian lulus cumlaude kalau akreditasi universitas tempat kalian belajar tidak baik. Asal tahu saja, sama halnya gelar sarjana, status cumlaude kini nggak begitu spesial. Banyak sekali orang yang menyandang status ini. Saat saya lulus kuliah dulu, saya ingat ada sekitar 1000 mahasiswa yang bergelar cumlaude, dan hanya sekitar 400 orang yang tidak mendapatkan gelar tersebut.
Pengalaman teman kuliah di kampus dengan akreditasi biasa aja
Saya memiliki teman yang dulu punya prinsip yang penting kuliah tanpa memperhatikan jurusan dan kuliah. Akhirnua dia memutuskan kuliah jurusan Pendidikan Paud dengan akreditas B, begitu pula dengan kampusnya. Padahal, sudah menjadi rahasia umum, kuliah jurusan pendidikan adalah hal yang dihindari terutama dengan akreditasi kampus yang masih B.Â
Saat ini dia memang berhasil mendapat pekerjaan di sebuah sekolah swasta, tapi gajinya jauh dari UMR. Dia tetap terima kesempatan itu daripada tidak mendapatkan penghasilan sama sekali.
Seandainya teman saya lulusan perguruan tinggi dengan akreditasi yang lebih baik, bukan tidak mungkin gajinya akan lebih tinggi. Asal tahu saja. sekolah swasta tempat dia bekerja dan sekolah swasta lain sangat memperhatikan status kampus dan jurusan para gurunya. Itu mengapa dia seringkali tersisihkan oleh pelamar yang berasal dari kampus kualifikasi A.Â
Pernah mencoba bekerja dengan ijazah SMA malah lebih mudah
Sempat putus asa ketika mencari pekerjaan, teman saya yang lulusan jurusan Pendidikan Paud itu pernah iseng-iseng mencari pekerjaan dengan ijazah SMA-nya. Tidak disangka, kesempatan yang datang justru lebih banyak dengan tawaran gaji yang lebih baik. Pada saat itu dia mendaftar sebagai sales di salah satu perusahaan.Â
Ironi memang, tapi itulah yang terjadi sekarang ini. Bursa pekerjaan memang kejam. Tidak ada lagi jaminan ijazah sarjana akan mendapatkan pekerjaan lebih mudah dan gaji yang lebih baik.
Ini bukan berarti saya mempromosikan untuk nggak kuliah lho ya. Kalau memang ada kesempatan, lebih baik tetap ambil kuliah karena kuliah itu penting dan bisa memudahkan hidup ke depan. Hanya saja, kalian perlu memikirkan akreditasi jurusan dan kampus agar lebih memudahkan langkah ke depan.Â
Penulis: Nurul Fauziah
Editor: Kenia Intan
BACA JUGA 4 Tipe Orang yang Sebaiknya Nggak Usah Kuliah S2, Cuma Buang-buang Waktu dan Duit
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.