Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

Jika Neraka Dunia Benar-benar Ada, Sawangan Depok Adalah Buktinya

Muhammad Faisal Akbar oleh Muhammad Faisal Akbar
3 April 2024
A A
Jika Neraka Dunia Benar-benar Ada, Sawangan Depok Adalah Buktinya

Jika Neraka Dunia Benar-benar Ada, Sawangan Depok Adalah Buktinya (Unsplash.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Semoga orang-orang yang melalui Sawangan Depok setiap hari diberi ketabahan dan umur panjang…

Bagi warga yang tinggal di Jakarta dan sekitarnya, kemacetan lalu lintas bukanlah hal yang baru. Pertanyaan basa-basi seperti, “Gimana perjalanan pulang tadi? Macet nggak?” rasanya sudah mendekati sikap bodoh dan bebal.

Pertanyaan tersebut mungkin tidak berpengaruh bila dilontarkan kepada seorang pekerja yang kantornya hanya berjarak 1 kilometer dari tempat tinggal. Tapi, silakan dihitung, berapa banyak orang yang tidak kecipratan rezeki nomplok macam itu?

Awal mula perkenalan dengan Sawangan Depok

Keresahan saya terhadap lalu lintas perkotaan mencapai puncaknya ketika muncul kebijakan terkait pemindahan tempat kerja. Istri saya—yang berkarier di salah satu perusahaan pelat merah—dipindahkan ke kawasan BSD, tepat setelah keluarga kami pindah ke Depok.

Keputusan sudah kadung dibuat. Konsep ruang hidup manusia tak selayaknya keong dan rumahnya yang bisa dibawa ke mana saja. Nasib mau tidak mau mesti dijalani demi pundi-pundi rupiah.

Alhasil, sebagai suami yang masih bekerja remote dan baik pekerti, saya berprinsip untuk mengantarkan istri dari Depok-BSD-Depok tak kurang dari 80 kilometer tiap hari. Di situlah masalahnya: ada neraka yang harus dilalui bernama Sawangan.

Dalam sejarahnya, Khmer Merah memang membuat Kamboja dijuluki sebagai neraka dunia. Namun, saya lebih setuju apabila gelar itu buru-buru diserahkan saja kepada daerah Sawangan Depok!

Pengalaman buang umur di daerah tengik ini

Sejujurnya, saya sudah mulai terbiasa melewati kemacetan satu tahun belakangan. Namun, hal itu masih tergolong masuk akal lantaran sebagian besar rute yang ditempuh merupakan jalan arteri untuk empat mobil.

Baca Juga:

Potensi Wisata Indramayu yang Belum Tergarap Maksimal

Trotoar Jatinangor Bukan Tempat Jalan Kaki, tapi Tempat Uji Kekebalan Tubuh dan Memperpendek Usia

Kepadatan pun masih masuk kategori “manusiawi”. Sebab jika dilalui menggunakan motor, kaki saya hanya turun beberapa kali di sejumlah titik. Bahan bakar motor pun mampu lebih irit berhubung kecepatan motor dapat bertahan di angka 30-40 kilometer per jam.

Mulanya, saya mual dengan kondisi di atas. Akan tetapi, hal tersebut tak ada seujung kuku jika dibandingkan dengan jalur Sawangan Depok di jam sibuk. Penampakannya cukup membuat para pengendara ingin berkata kasar: deretan mobil dan motor sejauh mata memandang, sebagaimana melihat pasir di padang gurun!

Saking mepetnya jarak antar-sepatbor, sepatu atau sandal dipastikan selalu menapak ke bumi. Ujung setang dan footstep pun tidak jarang beradu. Jarum speedometer mentok di angka 5-10 kilometer per jam.

Pengendara mobil justru sedikit agak laen. Stok kesabaran mesti dijaga sungguh-sungguh karena selain bensin yang terjun bebas, body mobil bisa jadi sudah tak semulus itu ketika sampai di garasi.

Guna mengakalinya, saya berkorban untuk berangkat pukul 5 subuh supaya saya dan istri hanya merasakan neraka saat perjalanan pulang. Hasilnya bikin agak lega: barisan motor dan mobil yang hanya sepanjang 2 kilometer. Betapa neraka dunia itu benar-benar ada!

Neraka dunia Sawangan Depok tidak datang dari langit

Situasi neraka ini tentu memiliki sejumlah faktor penyebab. Pertama, daerah Sawangan Depok hanya memiliki dua jalur mobil. Itu belum ditambah ratusan motor yang menyempil di kanan-kiri. Maka, bagi mobil yang hendak menyalip, lebih baik tahu diri.

Kedua, aspal di daerah Sawangan itu tukang tipu. Seolah-olah halus padahal banyak bopeng yang bertebaran. Jadi, tidak usah heran bila muncul adegan tabrakan beruntun akibat nasib malang salah satu pengendara yang kejeblos. Ban dan shock breaker secara rutin jadi korbannya.

Ketiga, daerah Sawangan Depok dan sekitarnya (termasuk Meruyung, Cinangka, dan lain-lain) merupakan kawasan permukiman alias padat penduduk. Ini artinya, jumlah manusia pada suatu batas ruang tertentu semakin banyak dibandingkan dengan luas ruangannya (Sarwono, 1992). Keadaannya kian sumpek tatkala petang menjelang di bulan puasa.

Keempat, Sawangan dan wilayah sekitarnya—entah mengapa—senantiasa dilalui oleh rombongan truk atau bus besar, tidak peduli jam berapa pun. Perkara inilah yang membikin Sawangan Depok makin sesak. Kalau sudah begini, keterampilan dalam berkendara betul-betul diuji lantaran besi-besi truk hanya terpisah satu-dua jengkal dari badan orang.

Kelima, minimnya sistem transportasi publik yang memadai untuk gelombang pekerja yang bepergian keluar Depok dan ke arah Depok. Dalam hal ini, saya bisa menjadi contoh konkret bahwa kereta, bus, maupun angkot bukanlah pilihan rasional jika ingin tiba di kantor—dalam hal ini kawasan BSD—tepat waktu. Masih banyak PR menyangkut struktur moda transportasi yang terintegrasi antara satu wilayah dengan yang lain.

Pemerintah mesti turun tangan. Ya iyalah, memangnya siapa lagi?

Sejatinya, saya malah takut kalau-kalau Sawangan go international karena level kemacetannya yang boleh jadi membuat warga New York geleng-geleng kepala. Biarlah Depok disebut Kota Belimbing saja, nggak usah sok-sokan nyaingin Kamboja!

Dan hal ini, menurut hemat saya, mesti ditangani langsung oleh pemerintah setempat dengan perencanaan jangka panjang nan matang. Pembangunan infrastruktur transportasi publik perkotaan, pengaturan jam operasional kendaraan-kendaraan besar, perbaikan jalan, dan sebagainya itu, memangnya tugas siapa?

Sebab apabila tidak diurus sedini mungkin, saya ngeri lagu “Hell Awaits” dari Slayer jadi anthem wajib para pelintas Sawangan Depok yang sepi dan merana.

Penulis: Muhammad Faisal Akbar
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Depok Memang Unik dan Ajaib, tapi Jadi Tempat Tinggal Terbaik.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 3 April 2024 oleh

Tags: depokDepok Jawa BaratJawa BaratKemacetannerakasawangan depok
Muhammad Faisal Akbar

Muhammad Faisal Akbar

Penikmat sastra, komedi, dan sepak bola indah.

ArtikelTerkait

Nyatanya, Malang Benar-benar Indah tangerang UM

Enak Mana, Tinggal di Tangerang atau Malang? Ya Jelas Malang, lah! (Syarat dan Ketentuan Berlaku)

18 Desember 2023
Culture Shock Orang Jogja Saat Merantau ke Surabaya

Surabaya Itu Romantis kalau Malam, kalau Siang Jangan Harap!

5 Oktober 2023
Bandung Lautan Sampah: Sebuah Ironi Ibu Kota Provinsi

Bandung Lautan Sampah: Sebuah Ironi Ibu Kota Provinsi

30 Agustus 2023
Sisi Lain dari Orang Sunda yang Murah Senyum Mojok.co

Sisi Lain dari Orang Sunda yang Murah Senyum 

14 November 2023
Sawangan Depok Bikin Iri Warga Cinere. Diam-diam Lebih Maju!

Sawangan Depok Bikin Iri Warga Cinere. Diam-diam Lebih Maju!

18 Juni 2024
10 Kosakata Bahasa Sunda yang Sebenarnya Kasar, tapi Nggak Disadari Banyak Orang Mojok.co

10 Kosakata Bahasa Sunda yang Sebenarnya Kasar, tapi Nggak Disadari Banyak Orang

4 Juni 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Perlintasan Kereta Pasar Minggu-Condet Jadi Jalur Neraka Akibat Pengendara Lawan Arah

Perlintasan Kereta Pasar Minggu-Condet Jadi Jalur Neraka Akibat Pengendara Lawan Arah

24 Desember 2025
Situbondo, Bondowoso, dan Jember, Tetangga Banyuwangi yang Berisik Nggak Pantas Diberi Respek

Situbondo, Bondowoso, dan Jember, Tetangga Banyuwangi yang Berisik Nggak Pantas Diberi Respek

25 Desember 2025
4 Alasan Orang Jakarta Lebih Sering Liburan ke Bogor daripada ke Pulau Seribu

4 Alasan Orang Jakarta Lebih Sering Liburan ke Bogor daripada ke Pulau Seribu

25 Desember 2025
Daihatsu Gran Max, Si "Alphard Jawa" yang Nggak Ganteng, tapi Paling Bisa Diandalkan Mojok.co

Daihatsu Gran Max, Si “Alphard Jawa” yang Nggak Ganteng, tapi Paling Bisa Diandalkan

25 Desember 2025
Banyuwangi: Ditinggal Ngangeni, Ditunggui Bikin Sakit Hati

Banyuwangi: Ditinggal Ngangeni, Ditunggui Bikin Sakit Hati

20 Desember 2025
Universitas Terbuka (UT): Kampus yang Nggak Ribet, tapi Berani Tampil Beda

Universitas Terbuka (UT): Kampus yang Nggak Ribet, tapi Berani Tampil Beda

26 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa
  • Sempat “Ngangong” Saat Pertama Kali Nonton Olahraga Panahan, Ternyata Punya Teropong Sepenting Itu
  • Pantai Bama Baluran Situbondo: Indah tapi Waswas Gangguan Monyet Nakal, Itu karena Ulah Wisatawan Sendiri

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.