Meski sama-sama menggunakan bahasa Jawa, siapa sangka kalau bahasa Jawa orang Gresik berbeda dengan bahasa Jawanya orang Jogja.
Sebagai kota industri, Gresik memang menjadi magnet bagi para job seeker. Mulai dari pabrik semen, pabrik pupuk, hingga pabrik mie instan berdiri dengan kokoh di sini. Saya pun sebagai orang Jogja akhirnya memutuskan pindah ke Gresik demi penghidupan yang lebih layak.
Sejujurnya selama tinggal di Gresik, saya lebih sering berkomunikasi dengan rekan kerja atau atasan menggunakan bahasa Indonesia ketimbang bahasa Jawa. Bukannya saya nggak menguri-nguri kebudayaan tradisi, tapi ada beberapa istilah bahasa Jawa Gresik yang kurang bisa saya pahami sebagai orang Jogja.
Konon, bahasa Jawa Gresik atau bahasa Gresikan merupakan perpaduan akulturasi bahasa Jawa Timuran dengan bahasa Kawi saat Kesunanan Gresik dipimpin oleh Sunan Giri dan Maulana Malik Ibrahim. Letak geografis Gresik yang dekat dengan Surabaya dan aktifnya pelabuhan Gresik pada zaman dahulu diduga juga memelopori terbentuknya bahasa Gresikan ini.
Berikut beberapa kata dalam bahasa Jawa Gresik yang membuat orang Jogja seperti saya kaget.
Daftar Isi
- #1 Dalam bahasa Jawa Gresik, “seru” berarti banget
- #2 Di Jogja, “mari” artinya sembuh setelah sakit. Sementara di Gresik, artinya selesai
- #3 “Tukaran” berarti sedang berantem atau sedang berargumen
- #4 Dalam bahasa Jawa orang Gresik, “embong” berarti jalan raya atau jalan besar
- #5 Orang Gresik menyebut dirinya “eson”, bukan “kulo” seperti di Jogja
#1 Dalam bahasa Jawa Gresik, “seru” berarti banget
Setahu saya, “seru” adalah kata untuk menunjukkan betapa menegangkannya kejadian yang telah dilalui. Misalnya, “Wah, filmnya seru sekali.” Akan tetapi betapa terkejutnya saya ketika tahu bahwa kata satu ini di Gresik berarti “banget”. Jadi, kata-kata seperti dalane macet seru, krawune pedes seru, matane ngantuk seru, dll., tentu kedengaran sangat aneh di telinga saya.
Padahal di belahan Jawa Timur lainnya, lebih lazim menggunakan “nemen” untuk kata banget ketimbang “seru”. Coba orang Gresik kalau habis nonton pertandingan Gresik United komentar, “Wah, pertandingane seru seru, ya!” Apa jadi nggak lucu?
#2 Di Jogja, “mari” artinya sembuh setelah sakit. Sementara di Gresik, artinya selesai
Kata selanjutnya yang bikin kaget saya adalah “mari”. Kalau dalam bahasa Indonesia, “mari” berarti monggo atau silakan. Sementara dalam bahasa Jawa yang saya tahu, “mari” berarti sembuh setelah sakit.
Saya cukup kebingungan ketika bos saya bertanya dalam bahasa Jawa Gresik, “Garapane wes mari?” Lantaran nggak paham dengan maksud beliau, saya cuma bisa plonga-plongo. Ketika saya klarifikasi ke bos saya, kami sama-sama tertawa. Ternyata dalam bahasa Gresikan, “mari” artinya selesai. Memang masih sama-sama bahasa Jawa, tapi artinya beda jauh.
#3 “Tukaran” berarti sedang berantem atau sedang berargumen
Saat mendengar kata satu ini, saya pikir maksudnya bertukar sesuatu antara satu orang dengan orang lain. Waktu itu teman saya bercerita sedang ada yang tukaran. Dengan polosnya saya bertanya, “Tukaran barang apa?”
Alih-alih menjawab, teman saya malah tertawa terbahak-bahak. Dia lalu menjelaskan bahwa dalam bahasa Jawa Gresik, “tukaran” berarti sedang berantem atau sedang berargumen, bukan sedang bertukar suatu barang.
#4 Dalam bahasa Jawa orang Gresik, “embong” berarti jalan raya atau jalan besar
Ketika pertama kali mendengar kata “embong”, yang terlintas di pikiran saya adalah embung, sebuah cekungan yang berfungsi sebagai tempat penadah air hujan. “Kayak Embung Nglanggeran di Jogja, ya?” begitu gumam saya dalam hati.
Ternyata, eh, ternyata, “embong” yang dimaksud orang Gresik adalah jalan raya atau jalan besar. Misalnya Embong Pangsud (Jalan Panglima Sudirman), Embong A.R. Hakim, Embong Pasar Senggol, dll., masih kedengaran belum nyaman di telinga saya. Maklum, di Jogja saya biasa menggunakan kata “ratan” untuk menyebutkan jalan yang besar.
#5 Orang Gresik menyebut dirinya “eson”, bukan “kulo” seperti di Jogja
Kata terakhir yang membuat saya bingung saat berada di Gresik adalah “eson”. Ini bukan merek printer ya meskipun nyerempet dikit. Hehehe. Dalam bahasa Jawa Gresik, “eson” berarti saya. Padahal di Jogja, saya biasa menggunakan “kulo”, “dalem”, atau “aku”.
Begitulah lima kata dalam bahasa Gresikan yang membuat orang Jogja terkaget-kaget. Meski awalnya kaget, mau nggak mau saya harus beradaptasi dengan berbagai kosakata bahasa Jawa Gresik. Maklum, di mana bumi dipijak, bolehlah kita menumpang mandi. Eh, maksudnya, di situ langit dijunjung! Intinya, jangan lupa belajar bahasa perantauan, ya!
Penulis: Arief Nur Hidayat
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Nggak Enaknya Menjalani Hidup sebagai Orang Gresik Pinggiran Bagian Selatan.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.