Siapa sangka bahwa pembahasan kerajaan baru menjadi tren di awal tahun 2020 M. Dari Keraton Agung Sejagat, Sunda Empire, dan lainnya. Mungkin tak puas dengan hanya menjadi raja dalam game Rise of Empires, sehingga berusaha mewujudkan kerajaan dalam dunia nyata.
Yang unik adalah beberapa kerajaan baru mengaku bahwa wilayah kekuasaan mereka tak hanya bersifat kedaerahan. Namun, mencakup seluruh dunia. Misalnya Sunda Empire, yang klaim kekuasaannya tak hanya wilayah Sunda tapi mencakup seluruh tanah dan air di bumi ini. Keyakinan yang luar biasa atau bahasa halusnya keyakinan yang abnormal.
Beragam pengetahuan sejarah yang unik dan belum kita dengar bahkan tak pernah terbayangkan sebelumnya, disampaikan sebagai alasan untuk melandasi kerajaan baru mereka. Yang paling unik menurut saya adalah alasan dari Sunda Empire. Raden Rangga, Petinggi Sunda Empire, mengatakan bahwa PBB didirikan di Bandung.
Mungkin benar yang dikatakan Si Rangga bahwa PBB didirikan di Bandung. Asal PBB yang dia maksud adalah Perserikatan Bangsa Bandung (tak sedikit pun ingin menyinggung Bandung), sebagai PBB versi Sunda Empire. Namun, yang dimaksud Rangga adalah Perserikatan Bangsa-Bangsa, hal ini pastinya menimbulkan tanda tanya bagi yang mendengarnya. Kok PBB didirikan di Bandung, ya?
Selain PBB, ada juga NATO dan Bank Dunia yang katanya didirikan di Bandung. Juga masih ada beragam perjanjian yang disebut Rangga, yang jujur baru pertama kali saya dengar, bahkan tak hanya saya tapi banyak juga yang baru mendengarnya. Bahkan sejarawan Anhar Gonggong sampai memberi statemen, sewaktu jadi pembicara di ILC bahwa yang disampaikan Si Rangga merupakan hal yang tak pernah dia pelajari, yang tak pernah ada di pikirannya, dan kalau dia bicara tentang itu sama saja dengan dia memperbodoh diri.
Entahlah, mungkin kita yang kurang bahan bacaan sejarah atau Rangga serta the gang of Sunda Empire yang kurang akal sejarah?
Saya sangat suka dengan sejarah-sejarah yang unik (nggak ada yang nanya). Saya suka dengan sejarah yang dikemukakan Arysio Santos bahwa Atlantis yang hilang merupakan bagian dari tanah Sunda (bukan Sunda Empire, ya) di Nusantara Purba. Yang mana ia tenggelam ribuan tahun lalu akibat naiknya air laut hingga menyisahkan Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan pulau lainnya.
Juga dengan anggapan sejarah bahwa Nabi Nuh as berasal dari Nusantara Purba, tepatnya di tanah Sunda yang tenggelam ribuan tahun lalu. Rasanya menarik menghubungkan pendapat sejarah Arysio Santos dengan sejarah Nabi Nuh as, seperti yang dilakukan Yusep Rafiqi dalam bukunya Misteri Banjir Nabi Nuh dan Tenggelamnya Atlantis Nusantara.
Atau juga pandangan sejarah dari Fahmi Basya bahwa Candi Borobudur merupakan peninggalan Nabi Sulaiman as bukan peninggalan Wangsa Sailendra yang dipahami banyak orang.
Menarik saat mempelajari sejarah yang lain dari biasanya. Dan tentu mereka–yang memberikan pandangan sejarah–tak sekadar berpendapat tapi juga menyodorkan berbagai hasil penelitian sejarah.
Juga menarik saat mempelajari beragam cerita unik lainnya di berbagai daerah Indonesia. Misalnya, daerah saya yang memiliki banyak kisah hebat tentang para Bogani (leluhur orang Mongondow). Berbagai kisah kehebatan leluhur Indonesia, semuanya memiliki sanad cerita yang diturunkan dari para leluhur lewat lisan mereka, yang lebih kerennya dikenal dengan tutur tinular atau oral tradition.
Jelas berbeda dengan gaya Rangga, di mana sejarahnya tak masuk dalam warisan lisan para leluhur sebab kita semua baru mendengarnya. Dan juga dia tak memberikan hasil penelitian sejarah. Si Rangga serta the gang of Sunda Empire coba menjelaskan dengan metode ilmiah yang dulu saat saya masih mahasiswa kami menyebutnya dengan kaitologi atau bahasa kerennya ngeles.
Ternyata kaitologi tak hanya digunakan mahasiswa saat mentok dengan pertanyaan sulit dalam kajian. Namun, pada tingkat yang lebih tinggi bisa untuk membuat kerajaan. Prinsip kaitologi adalah sejauh mana Anda terlihat meyakinkan menjelaskan sesuatu, maka akan semakin besar kemungkinan Anda meyakinkan orang lain. Salah satu kaitologi yang disodorkan Rangga saat di ILC adalah saat menghubungkan Atlantik dengan kata Dilantik. Selain itu penjelasannya sangat sempurna dengan beragam alasan ilmiah dan menggunakan metode kaitologi.
Namun, bagi siapa pun yang pernah mempelajari sejarah–walaupun tidak dengan mendalam–seharusnya akan menyadari bahwa Sunda Empire hanyalah kaitologi tingkat tinggi atau juga imajinasi tingkat tinggi. Saya penasaran bagaimana jika beragam cerita dari Sunda Empire dijadikan novel? Ya, mungkin bisa best seller. Dan juga kalau dalam novel Sunda Empire bisa dengan bebas menghayalkan diri sebagai penguasa seluruh bumi yang kedudukannya di atas PBB, dan pastinya tanpa resiko ditangkap polisi.
Namun, ayolah, kita akhiri kebodohan ini. Seperti yang dijelaskan Anhar Gonggong bahwa kalau bicara tentang itu–berbagai cerita yang disampaikan the gang of Sunda Empire–sama saja dengan memperbodoh diri.
Banyak hal yang lebih mendesak untuk kita diskusikan. Kasus maling berdasi yang penanganannya belum menemukan titik terang. Tenaga honorer yang entah akan bagaimana nasibnya, para guru yang belum terlalu diperhatikan pemerintah. Jaminan kesehatan untuk masyarakat miskin, anak-anak miskin yang tak mendapat pendidikan. Orang rimba yang setiap hari kehilangan lahan hutan mereka. Dan yang sering terlupakan nasib masyarakat yang tak punya rumah serta kesulitan mendapatkan sepiring nasi di negeri sendiri.
Bukan untuk menyampingkan bahaya kedaulatan bangsa dengan ancaman hadirnya kerajaan baru. Namun, selain kerajaan baru itu masih banyak persoalan bangsa yang penting untuk dibahas tapi sering dilupakan. Kita bisa meneruskan pembahasan soal Sunda Empire dan sejenisnya, hingga tak lagi viral. Namun, jangan sampai memecah konsentrasi kita bahwa selain itu masih banyak hal penting yang menjadi masalah dalam bangsa ini. Jangan sampai mata kita menjadi silau dengan cahaya Sunda Empire dan membuat kita sejenak menutup mata dari persoalan lain dalam negeri tercinta ini.
BACA JUGA Keraton Agung Sejagat dan Sunda Empire Earth Empire Adalah Kita atau tulisan Moh Rivaldi Abdul lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.