Warteg di Kendal gampang gulung tikar. Rumah makan andalan perantau ini sulit bersaing dengan penjaja makanan lain.
Warteg atau warung tegal menjadi pilihan banyak orang sebagai “pemadam kelaparan”. Benar-benar istilah yang tepat. Kelaparan seketika bisa diredam dengan banyaknya menu dan porsi makanan di warteg.
Tidak heran kalau warteg banyak menjadi tempat makanan pilihan di berbagai daerah, termasuk di kota-kota besar seperti Jakarta dan Surabaya. Harganya yang relatif murah sangat ramah di kantong pekerja-pekerja dengan gaji cekak. Sebenarnya tidak hanya di kota-kota besar, warteg juga populer di berbagai pelosok daerah.
Akan tetapi, saya mengamati ada perbedaan nasib ketika warteg masuk ke Kendal. Bukannya digemari, banyak warteg justru terpaksa gulung tikar karena tidak laris. Seolah-olah berbagai keunggulan yang ditawarkan warteg tidak cukup menarik hati warga kendal.
Saya heran kenapa warga Kendal ini cenderung tidak tertarik dengan warung makan yang satu ini ya. Lebih heran lagi, masih ada teman dan kerabat yang mencoba peruntungan membuka warteg di Kota Santrinya Jawa Tengah ini. Berbisnis warteg di Kendal berisiko tinggi.
Daftar Isi
Tidak banyak warteg di Kendal
Keberadaan Warteg di Kendal saat ini bisa dihitung dengan jari. Di pusat ekonomi Kendal seperti kawasan Weleri misalnya, hanya ada satu warung Tegal bernama Warteg Bang Jun. Itu satu-satunya warteg yang bisa bertahan selama bertahun-tahun. Sebenarnya secara keotentikan, Warteg Bang Jun tidak begitu orisinil karena penjualnya bukan berasal dari Tegal. Warung itu hanya meminjam konsep warteg yang ada daerah-daerah lain.
Sebelumnya sebenarnya pernah ada warteg asli Tegal berukuran besar yang berusaha mencoba peruntungan di Weleri. Lokasinya berada di sekitar Pasar Weleri, tepatnya di seberang Kantor Pos. Bisa ditebak bagaimana nasibnya, seperti warteg-warteg lain, tidak sampai satu tahun warung tegal ini akhirnya gulung tikar.
Warteg kurang cocok dengan orang Kendal
Saking penasarannya, saya pernah bertanya kepada nenek saya perihal kelangkaan warteg di Kendal. Menurutnya, warteg kurang digemari karena secara rasa kurang cocok dan secara menu terlalu monoton. Semua yang dijual di warteg bisa ditemukan di penjual-penjual lauk rumahan. Penjual lauk ini menggunakan gerobak atau meja alakadarnya yang biasanya ngetem di pinggir jalan.
Selain itu, menu-menu yang ditawarkan warteg mudah diolah sendiri di rumah, tidak perlu repot-repot membeli. Berbeda dengan rumah makan Padang misalnya, tidak semua orang Kendal bisa memasak makanan padang yang enak.
Alasan lain, segmentasi pembeli di Kendal tidak beragam. Masyarakat mayoritas bekerja sebagai petani, nelayan, dan pekerja informal yang memiliki kondisi ekonomi dan daya beli yang mirip. Mereka lebih memilih mampir angkringan atau warung nasi kucing yang lebih simpel dan murah daripada warteg. Mereka juga lebih sering ke warung pecel dan penjual lauk pauk yang tersebar di banyak titik di Kendal.
Apabila ingin makanan yang agak mewah dan mahal, warga setempat biasa ke rumah makan Padang. Cita rasa kuliner dari Padang lebih digemari daripada warteg. Intinya, warteg punya banyak saingan di Kendal.
Warteg identik dengan makanan perantau
Hal yang tidak kalah penting adalah citra warteg yang identik dengan tempat makan perantauan. Sementara, Kendal bukanlah daerah perantauan. Daerah ini bukan kota industri atau metropolitan yang menjadi tujuan para pencari kerja. Masyarakat di dalamnya tidak dibentuk oleh populasi heterogen yang berasal dari berbagai suku atau daerah di Indonesia. Ya isinya kebanyakan orang Jawa asli dari Kendal dan sekitarnya.
Sangat jarang ada orang luar daerah yang memilih merantau ke Kendal. Termasuk orang-orang Tegal sendiri, tidak banyak di Kendal. Justru sebaliknya, orang Kendal yang malah banyak merantau ke daerah lain, minimal ke kota atau kabupaten tetangga seperti Semarang atau Pekalongan.
Komposisi masyarakat Kendal itu lebih banyak masyarakat asli setempat dan orang rumahan. Kalau mereka ingin makan di luar rumah, paling mereka makan di angkringan atau rumah makan Padang. Kalau mau nongkrong, mereka lebih memilih ke kafe atau warmindo yang sekarang kian menjamur.
Jadi, bagi kalian yang ingin membuka warteg di Kendal, mohon dipikirkan ulang ya. Jangan sampai investasi kalian menjadi sia-sia. Di Kendal lebih baik buka bisnis lahan parkir atau wc umum saja, prospeknya lebih cerah dan meyakinkan. Bagaimana tertarik?
Penulis: Muhamad Iqbal Haqiqi
Editor: Kenia Intan
BACA JUGA Weleri Kendal Baik-baik Saja Tanpa Mie Gacoan, Waralaba Ini Lebih Baik Incar Daerah Lain
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.