Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Featured

Pengalaman Saya Menjadi Pegawai Pondok yang Upahnya Jauh di Bawah Penjaga Outlet Thai Tea

Royyan Mahmuda Al'Arisyi Daulay oleh Royyan Mahmuda Al'Arisyi Daulay
16 Januari 2020
A A
Pengalaman Saya Menjadi Pegawai Pondok yang Upahnya Jauh di Bawah Penjaga Outlet Thai Tea
Share on FacebookShare on Twitter

Malam ini saya dihubungi oleh rekan saya dulu saat bekerja di pondok pesantren. Dia mengirimkan sebuah gambar slip gaji milik seorang pegawai yang bertugas mendampingi santri-santri di pondok pesantren. Di beberapa pondok, ada yang menyebut pekerjaan tersebut dengan istilah mudabbir, murobbi, atau musyrif. Saya sendiri lebih sering menyebutnya sebagai pendamping asrama.

Dalam gambar tersebut tertulis nama sebuah pondok (yang pernah menjadi tempat saya bekerja) beserta jumlah rincian uang yang diterima dan potongan yang harus dibayarkan. Saya mengamati secara seksama dan langsung merasa kaget setelah melihat gambar tersebut.

Pada rincian gaji tertulis nominal Rp800.000 dengan potongan sebesar Rp200.000 yang diberi keterangan sebagai potongan sadaqah. Sungguh saya merasa prihatin. Dulu saat saya bekerja di pondok tersebut (sebelum menjadi PNS seperti saat ini), dengan posisi sama-sama sebagai pendamping asrama, masih lebih baik jumlah pendapatannya.

Padahal kondisi pondok saya sekarang itu lebih maju dari pada dulu saat saya bekerja di sana. Baik dari jumlah santri maupun sumber pemasukan yang lain masih lebih baik saat sekarang ini. Jika dilihat secara fisik, pondok saya itu tergolong pesantren modern yang maju, baik dari segi bangunan dan fasilitas yang ada. Hampir semua sarana pembelajaran tersedia dengan baik. Kurikulum yang digunakan pun mengintegrasikan ilmu modern dengan tradisional.

Namun persoalan tentang kesejahteraan pegawai masih menjadi pekerjaan rumah yang belum terselesaikan sampai saat ini. Indikator kesejahteraannya dilihat dari jumlah gaji yang diberikan.

Nominal yang saya sebut di atas itu, sudah sejak zaman saya bekerja di sana (tahun 2013-an) tetap segitu jumlahnya. Ironisnya sekarang malah dipotong dengan dalih sebagai sadaqah. Tidak ada yang salah dengan sadaqah, tetapi dengan jumlah yang seharusnya saja (sebelum dipotong) itu masih berada jauh di bawah UMR yang ada di daerah tersebut, apalagi setelah dipotong.

Saya jadi berpikir, gaji penjaga outlet minuman Thai Tea, es jeruk peras, atau Kebab Turki Baba Rafi, masih lebih baik ketimbang tempat dulu saya bekerja sebagai pendamping asrama. Masalahnya bukan hanya di nominalnya saja. Tetapi pada beban kerja yang harus dilakukan.

Menjaga outlet makanan atau minuman mungkin tidak begitu banyak syarat dan keahlian yang harus dimiliki. Sedangkan menjadi pendamping asrama di tempat saya bekerja dulu, mensyaratkan harus mampu menguasai bahasa Arab dan Inggris secara pasif maupun aktif.

Baca Juga:

Mahasiswa UIN Nggak Wajib Nyantri, tapi kalau Nggak Nyantri ya Kebangetan

Persamaan Kontroversi Feodalisme Pondok Pesantren dan Liverpool yang Dibantu Wasit ketika Menjadi Juara Liga Inggris

Belum lagi obyek pekerjaannya. Menjaga outlet itu objeknya sebatas barang dan pelanggan. Akan tetapi, kalau pendamping asrama, obyeknya adalah anak-anak manusia (berusia remaja) yang sedang menghadapi lika-liku menjadi santri sesuai harapan umat, nusa, dan bangsa. Ditambah lagi dengan kemauan dan ekspektasi para orang tua.

Lebih ngenesnya, ekspektasi orangtua santri yang begitu besar sering kali menjadi beban moral tersendiri bagi pendamping asrama. Tidak jarang orang tua santri meminta agar anaknya dapat diawasi dengan super ketat oleh kami. Mereka bahkan sering menelpon atau mengirim pesan hanya sekadar menanyakan anaknya sudah makan atau belum.

Memang, tidak masalah dengan pertanyaan itu. Persoalannya, satu pendamping asrama biasanya mengasuh santri sebanyak 30 orang atau lebih. Jika semua orang tuanya menanyakan hal yang sama, artinya ada 30 (minimal) panggilan atau pesan yang harus dibalas saat waktu makan. Bayangkan andai setiap kegiatan harus dilaporkan? (Saya pernah mengalami kondisi dimana orang tua santri yang sangat kepo terhadap kegiatan anaknya).

Menjaga, mendidik, menyayangi santri sudah menjadi tugas sehari-hari yang harus dilakukan oleh pendamping asrama. Bisa diibaratkan pendamping asrama itu seperti aktor, yang harus mampu berperan sebagai orang tua, kakak, guru, atau ustaz di hadapan para santrinya.

Dan peran seperti itu harus dijalani selama 365/366 hari tanpa henti. Memang ada hari libur dan jatuh setiap jumat. Namun realitanya kondisi yang ada tidak dapat disebut libur. Pasalnya, tetap ada santri yang tinggal di asrama meskipun libur. Maka mau tidak mau pendamping asrama lah yang bertanggung jawab atas segala hal yang terjadi pada santrinya.

Dengan beban sebegitu beratnya agak kurang adil memang kalau pendapatan pendamping asrama itu sama atau bahkan berada di bawah penjaga outlet makanan atau minuman. Bukannya mau mendiskreditkan, tetapi dilihat dari beban kinerjanya memang harus diakui lebih berat menjadi pendamping asrama.

Namun yang membuat saya heran, para pegawai pondok pesantren (umumnya) termasuk pendamping asrama, sering kali bekerja tidak melihat angka-angka yang akan diperolehnya. Mereka terkesan rela menyalurkan tenaga dan keringatnya untuk mendidik generasi penerus bangsa. Meski upahnya tidak seberapa, dedikasinya melampaui itu semua. Mungkin yang dikejar adalah barokah-Nya.

Hal yang paling membuat saya terheran-heran sampai saat ini, kebutuhan duniawi pegawai pondok (termasuk saya dulu) itu tidak pernah kekurangan, meskipun pendapatannya demikian. Ada saja rezeki yang tidak terduga muncul secara tiba-tiba. Mungkin itu karunia yang diberikan oleh Tuhan karena bekerja untuk mengejar keridhaan-Nya bukan sekadar harta benda.

BACA JUGA Bagaimana Rasanya Jadi Santri yang Pondoknya Dekat dengan Rumah? atau tulisan Royyan Mahmuda lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 16 Januari 2020 oleh

Tags: penjaga asramapenjaga outletPondok Pesantrenthai tea
Royyan Mahmuda Al'Arisyi Daulay

Royyan Mahmuda Al'Arisyi Daulay

Penulis alumni UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

ArtikelTerkait

Feodalisme Pondok Pesantren Mirip Kontroversi di Liga Inggris (Unsplash)

Persamaan Kontroversi Feodalisme Pondok Pesantren dan Liverpool yang Dibantu Wasit ketika Menjadi Juara Liga Inggris

18 Oktober 2025
Mengusut Kasus Pencurian dengan Bantuan Dukun Adalah Tradisi di Pondok Pesantren Paling Konyol, Nggak Masuk Akal, dan Rawan Fitnah

Mengusut Kasus Pencurian dengan Bantuan Dukun Adalah Tradisi di Pondok Pesantren Paling Konyol, Nggak Masuk Akal, dan Rawan Fitnah

22 September 2025
tebuireng dipati wirabraja islamisasi lasem pondok pesantren ngajio sampek mati mojok

Pondok Pesantren Bukanlah Tempat Pembuangan Anak

19 Oktober 2021
Kekerasan di Pondok Pesantren Ditutupi Lagi, Sudah Saatnya Feodalisme di Pesantren Dibasmi, Sudah Saatnya Santri Kritis! penganiayaan di pondok pesantrenPondok Pesantren Tahfidz Al-Hanifiyah

Kekerasan di Pondok Pesantren Ditutupi Lagi, Sudah Saatnya Feodalisme di Pesantren Dibasmi, Sudah Saatnya Santri Kritis!

29 Februari 2024
pondok pesantren di sekitar uin jakarta ciputat mojok

4 Rekomendasi Pondok Pesantren Mahasiswa di Sekitar UIN Jakarta

16 September 2020
Belumlah AfdStereotip Menyebalkan Masyarakat Awam pada Lulusan Pondok Pesantren terminal mojok.coal Nyantrinya Seseorang Kalau Belum Gudikan santri pondok pesantren gudik terminal mojok.co

Hari Santri Nasional: Nostalgia Santri dan Pondok Pesantren

22 Oktober 2019
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Video Tukang Parkir Geledah Dasbor Motor di Parkiran Matos Malang Adalah Contoh Terbaik Betapa Problematik Profesi Ini parkir kampus tukang parkir resmi mawar preman pensiun tukang parkir kafe di malang surabaya, tukang parkir liar lahan parkir

Rebutan Lahan Parkir Itu Sama Tuanya dengan Umur Peradaban, dan Mungkin Akan Tetap Ada Hingga Kiamat

2 Desember 2025
Pengalaman Nonton di CGV J-Walk Jogja: Murah tapi Bikin Capek

Pengalaman Nonton di CGV J-Walk Jogja: Murah tapi Bikin Capek

4 Desember 2025
7 Fakta Surabaya yang Bikin Kota Lain Cuma Bisa Gigit Jari

7 Fakta Surabaya yang Bikin Kota Lain Cuma Bisa Gigit Jari

30 November 2025
Rekomendasi 8 Drama Korea yang Wajib Ditonton sebelum 2025 Berakhir

Rekomendasi 8 Drama Korea yang Wajib Ditonton sebelum 2025 Berakhir

2 Desember 2025
Suka Duka Pengusaha Kecil Jualan Live di TikTok: Nggak Ada yang Nonton, Sekalinya Ada yang Nonton Malah PHP

Suka Duka Pengusaha Kecil Jualan Live di TikTok: Nggak Ada yang Nonton, Sekalinya Ada yang Nonton Malah PHP

3 Desember 2025
Menambah Berat Badan Nyatanya Nggak Sesederhana Makan Banyak. Tantangannya Nggak Kalah Susah dengan Menurunkan Berat Badan

Menambah Berat Badan Nyatanya Nggak Sesederhana Makan Banyak. Tantangannya Nggak Kalah Susah dengan Menurunkan Berat Badan

29 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.