Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Pojok Tubir

Santri Zaman Sekarang, kalau Nggak Dituduh Teroris, ya Pelaku Bully, Suka-suka Kau lah

Rino Andreanto oleh Rino Andreanto
23 Oktober 2023
A A
Santri pondok pesantren Zaman Sekarang, kalau Nggak Dituduh Teroris, ya Pelaku Bully, Suka-suka Kau lah

Santri Zaman Sekarang, kalau Nggak Dituduh Teroris, ya Pelaku Bully, Suka-suka Kau lah (Pixabay.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Menjadi alumni pondok pesantren tak selalu memiliki kesan positif di mata masyarakat. Memang mayoritas orang masih menganggap santri sebagai salah satu elemen penting di masyarakat. Contohnya, daerah Madura atau beberapa kota di Jawa Timur. Di sana nama santri masih harum di mata masyarakatnya.

Namun, tak semua orang mengamini hal ini. Di luar sana, masih banyak orang-orang yang melekatkan hal-hal negatif pada kaum santri. Seperti menganggap santri cuma bisa ngaji doang lah, nggak bisa berkembang, atau yang bikin risih tuh opini masyarakat yang seakan memukul rata bahwa santri memiliki sikap intoleran terhadap agama lain. Walaupun tak banyak, tapi opini orang-orang ini lumayan bikin risih telinga saya, terutama anggapan tentang intoleran.

Santri kena getah aksi intoleran yang dilakukan ormas Islam 

Banyak orang di luar sana yang menyeret nama santri ketika terjadi tindakan intoleran oleh ormas Islam. Oleh karena itu, mau nggak mau nama santri juga ikutan buruk di mata masyarakat. Padahal, antara santri dan ormas tuh nggak ada korelasinya sama sekali kok. Santri ya santri, ormas ya ormas. Tapi anehnya masih banyak orang yang menganggap dalam satu naungan yang sama. Padahal ya nggak.

Seperti apa yang sering kita ketahui, banyak aksi intoleran yang dilakukan oleh beberapa ormas Islam kepada saudara kita yang nonmuslim. Tak jarang, saya yang bahkan nggak tahu apa-apa terkadang kena getahnya. Padahal saya sendiri pun sama sekali nggak membenarkan hal tersebut. Ketika ada tindakan intoleran yang dilakukan oleh ormas, sudah pasti saya akan dinasihati oleh beberapa orang, seolah saya adalah salah satu bagian dari ormas itu.

Disamakan dengan pelaku terorisme dan maraknya pemberitaan kasus bullying

“Sama temennya aja kayak gitu, apalagi sama yang nonmuslim. “

Kira-kira seperti itulah perkataan orang-orang yang sering saya dengar ketika menanggapi kasus penganiayaan di pondok pesantren beberapa waktu yang lalu. Jujur, saya pun tidak membenarkan perilaku bullying tersebut. Namun, jangan dipukul rata kalau semua santri kayak gitu dong. Bukankah semua itu kembali pada individunya masing-masing?

Oke, anggap saja pendapat orang-orang itu yang menganggap bahwa mayoritas santri melakukan bullying adalah sebuah kebenaran. Maka saya berani jamin, nggak akan ada pondok sebesar Lirboyo dan Asembagus yang dihuni oleh ribuan santri di dalamnya. Alasannya ya jelas, karena ya orang tua mana yang merelakan anaknya untuk dijadikan bahan ploncoan santri senior. Begitupun sebaliknya, kalau masih banyak pondok pesantren yang menerima pendaftaran santri ribuan setiap tahunnya, berarti wali santri merasa aman dong. Dan sudah pasti yang melakukan hal tersebut hanyalah oknum yang sedikit jumlahnya.

Tak hanya itu, saya juga sangat kecewa dengan beberapa kasus terorisme yang dilakukan beberapa kelompok yang bawa-bawa nama Islam. Bukan hanya karena prihatin dengan korbannya, kalau ini sih jelas. Tapi saya juga harus mengklarifikasi beberapa anggapan sembrono masyarakat awam antara santri dan pelaku terorisme. Padahal nggak ada hubungannya sama sekali. Pertanyaan mereka biasanya meliputi, di pondok diajarin kekerasan nggak? Di pondok diajarin toleransi nggak? Bahkan sampai ada yang mengecam dengan kalimat “Awas ya kamu kalau belajar ilmu yang macam-macam di pondok.”

Baca Juga:

Mahasiswa UIN Nggak Wajib Nyantri, tapi kalau Nggak Nyantri ya Kebangetan

Persamaan Kontroversi Feodalisme Pondok Pesantren dan Liverpool yang Dibantu Wasit ketika Menjadi Juara Liga Inggris

Dan yang bikin sakit hati, tak jarang dari mereka yang melontarkan pertanyaan itu justru dari orang Islamnya sendiri. Kok bisa sih?

Budaya pondok yang dianggap konservatif dan masyarakat yang mudah terhasut media sosial

Seiring berkembangnya zaman, informasi pun seakan bisa diperoleh dengan sangat mudah akhir-akhir ini, salah satunya konten dakwah. Bak pedang bermata dua, hal ini nggak selalu berdampak positif. Tak jarang, beberapa netizen yang merasa kurang sreg dengan dakwah yang disampaikan langsung nyinyir di kolom komentar. Celakanya, banyak sekali video dakwah yang sudah dipotong-potong oleh orang tak bertanggung jawab hanya untuk keperluan pribadinya saja. 

Walaupun seringkali saya menemukan juga beberapa pendakwah yang bisa dibilang blunder dalam menyampaikan dakwahnya, tapi kebanyakan masalahnya justru muncul karena netizen yang tersulut dengan video sepotong ini. Alhasil, di dunia nyata, santri juga terkena imbas dari hal ini.

Budaya pondok pesantren juga nggak lepas dari cibiran beberapa masyarakat. Mereka menganggap budaya pesantren terlalu konservatif lah, terlalu mengekang lah, atau yang paling sering dianggap ketinggalan jaman. Bukankah kita harus menghargai perbedaan prinsip dan budaya orang lain? Ingat ya, seje deso mowo coro.

Beberapa anggapan di atas saya rasa memang perlu untuk diluruskan, tapi untuk melakukan hal ini juga perlu perjuangan yang ekstra tentunya. Dan sebagai alumni pesantren, saya rasa cara yang tepat untuk melawan stereotipe ini adalah dengan melakukan tindakan yang bertolak belakang dengan apa yang mereka anggap selama ini.

Seperti yang sudah dilakukan oleh beberapa ulama yang menyebarkan dakwahnya dengan cinta damai dan mencoba memulihkan nama santri dan Islam dari kesan intoleran. Jika dilawan dengan argumentasi, sudah jelas nggak akan mempan dan malah semakin meyakinkan mereka dengan anggapan kelirunya.

Penulis: Rino Andreanto
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Maksud Terselubung ‘Santri Gayeng’ Populerkan Ngajinya Gus Baha Nursalim

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 23 Oktober 2023 oleh

Tags: BullyPondok Pesantrensantristereotipstigmaterorisme
Rino Andreanto

Rino Andreanto

Alumni pondok pesantren yang lahir di Banyuwangi. Hobi membaca, menulis, dan hal-hal berbau komedi.

ArtikelTerkait

Jurusan Sastra Indonesia: Fakta dan Stereotip Goblok yang Disematkan kepada Mahasiswa Sasindo

Jurusan Sastra Indonesia: Fakta dan Stereotip Goblok yang Disematkan kepada Mahasiswa Sasindo

23 Oktober 2023
Kenapa Kalian Begitu Benci dengan si Ranking Satu? Kalian Masih Cemburu?

Kenapa Kalian Begitu Benci dengan si Ranking Satu? Kalian Masih Cemburu?

5 Desember 2023
3 Dosa Tempat Kursus Bahasa Inggris di Kampung Inggris Pare Kediri yang Bikin Kecewa

Nggak Semua Orang Pare Ngerti Bahasa Inggris, Bro! Kau Pikir Semua Orang Pare Hidup di Kampung Inggris?!

5 September 2023
Mempertanyakan Mengapa Santri Dilarang Punya Rambut Gondrong terminal mojok.co

Logika New Normal Jelas Nggak Cocok sama Kehidupan Pesantren, Titik!

13 Juni 2020
Tempat Menyimpan Uang Ala Santri Saat Keluar, selain Dompet dan Saku terminal mojok

Tempat Menyimpan Uang ala Santri Saat Keluar, selain Dompet dan Saku

2 Februari 2021
Alasan Alarm HP Nggak Terlalu Ngaruh buat Bangunin Orang

Tips Bangun Pagi ala Santri Biar Nggak Tergiur Tidur Lagi

15 November 2020
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

5 Alasan Danau UPN Veteran Jatim Adalah Tempat Nongkrong Paling Romantis Sekaligus Paling Mlarat

5 Alasan Danau UPN Veteran Jatim Adalah Tempat Nongkrong Paling Romantis Sekaligus Paling Mlarat

2 Desember 2025
Pengalaman Nonton di CGV J-Walk Jogja: Murah tapi Bikin Capek

Pengalaman Nonton di CGV J-Walk Jogja: Murah tapi Bikin Capek

4 Desember 2025
Malang Nyaman untuk Hidup tapi Bikin Sesak Buat Bertahan Hidup (Unsplash)

Ironi Pembangunan Kota Malang: Sukses Meniru Jakarta dalam Transportasi, tapi Gagal Menghindari Banjir

5 Desember 2025
Bukan Hanya Perpustakaan Daerah, Semua Pelayanan Publik Itu Jam Operasionalnya Kacau Semua!

Bukan Hanya Perpustakaan Daerah, Semua Pelayanan Publik Itu Jam Operasionalnya Kacau Semua!

1 Desember 2025
Pengajar Curhat Oversharing ke Murid Itu Bikin Muak (Unsplash)

Tolong, Jadi Pengajar Jangan Curhat Oversharing ke Murid atau Mahasiswa, Kami Cuma Mau Belajar

30 November 2025
Pengalaman Transit di Bandara Sultan Hasanuddin: Bandara Elite, AC dan Troli Pelit

Pengalaman Transit di Bandara Sultan Hasanuddin: Bandara Elite, AC dan Troli Pelit

1 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.