Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Pojok Tubir

Ketika Bung Karno Bangkit dari Kubur lalu Menangis Melihat Bangsanya

Adib Khairil Musthafa oleh Adib Khairil Musthafa
27 Mei 2019
A A
bung karno

bung karno

Share on FacebookShare on Twitter

Di masa lalu, Bung Karno pernah mengatakan, “Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri.”

Saya ingin mengawali dengan pernyataan, Indonesia ini sering dilanda  kegaduhan karena kita terlalu banyak punya kebenaran, satu kelompok ataupun golongan yang mengaggap dirinya paling benar, satu golongan yang lain juga mengaggap dirinya yang paling benar, begitu seterusnya sehingga pada akhirnya  kita tak lebih dari para pemburu kebenaran,

Ini akibat tidak adanya kebenaran yang hendak kita sepakati.

Sebentar, sebenarnya sampai sekarang ini kebenaran apa sih yang kita permasalahkan?

Jika melihat suasana lima tahun belakangan setidaknya saya mencatat ada dua problem kebenaran yang sangat subtantif di negara kita yaitu isu seputar kebenaran Ideologi dan kebenaran Politik.

Coba kita kupas satu-persatu

 

Kebenaran Ideologi

Baca Juga:

3 Fakta Menarik tentang Kota Batu yang Jarang Dibicarakan Orang, Salah Satunya Pernah Terkenal dengan Perkebunan Kina

Surat Terbuka buat para Tukang Serobot Antrean: Kalian Nggak Punya Malu Atau Nggak Punya Otak, sih?

Tentu saya tak hendak mengatakan bahwa kita sudah lupa dengan ideologi kita sendiri. Sejak dahulu kita telah bersepakat dengan sebuah ideologi yang kita sebut Pancasila. Para Founding Father Indonesia, termasuk di antaranya Bung Karno, tentu tidak akan ngawur menyusun dan merumuskan Pancasila, misal tidak akan mungkin ketika  merumuskan Pancasila mereka lakukan dengan sembarangan seperti seorang mahasiswa mengerjakan tugas akhir bernama skripsi—main copy paste dan dengan pede-nya di presentasikan di depan dosennya.

Perumusan Pancasila adalah hasil perdebatan panjang para cendekiawan, agamawan sampai kalangan budayawan. Penting sekali saya nyatakan bahwa Pancasila sebenarnya telah berhasil menempatkan kedaulatan rakyat diatas segala-galanya—bahkan (mungkin) diatas kedaulatan Tuhan sekalipun.

Namun, kita yang hidup  di negeri dengan beragam suku dan budaya, dengan beragam kelompok dan golongan, dengan beragam kepercayaan dan agama, dengan beragam warna kulit yang berbeda—yang tentu masing-masing membawa kepentingan.

Karena memang tak akan menjadi mudah mengelola negara sebesar Indonesia. Itulah alasan di lambang logo seragam SD sampai SMA selalu terlihat tulisan kecil yang berbunyi “Bhinneka Tunggal Ika” yang artinya berbeda-beda tetapi tetap satu jua—adalah sebenarnya solusi yang sudah ditawarkan oleh para pendahulu kita.

Pada suatu hari, saya pernah mendengar perdebatan kecil diantara kawan saya. Mereka berdua membahas sebuah pertengkaran dua ormas Islam terbesar di Indonesia yang satu adalah salah satu ormas yang menyerukan negara islam/khilafah dan yang satu adalah ormas dengan paham moderat dengan menyandingkan Islam dan kenegaraan secara berimbang.

Teman saya yang satu mengatakan, Indonesia adalah negara dengan dengan penduduk yang mayoritas muslim, bahkan konon paling besar di dunia, maka apa salahnya kita buat negara khilafah? Bagi saya menjadi wajar adanya pendapat kawan saya yang satu ini.

Sementara kawan saya yang satu mengatakan, negara khilafah bukan satu-satunya solusi yang harus dan akan ditempuh, karena negara kita punya banyak agama dan keyakinan, kita punya kaum minoritas yang harus diperhatikan, maka satu-satunya jalan adalah Islam Nusantara, ujarnya.

Bayangan saya adalah—tentu semoga saya tidak salah—barangkali Pancasila sebagai ideologi masih belum final untuk disepakati? Atau orang-orang seperti para penganut paham khilafah yang terlambat menyepakati, sehingga sampai sekarang mereka terus saja menggugat?

Terlepas dari itu bagi saya apapun ideologinya selama tidak merusak kemanusiaan dan tentu tidak memecahkan kenapa harus kita halang-halangi?Jawaban yang paling simpel adalah, “yang penting rakyat menyepakati”.

Bukankah di awal saya mengatakan bahwa harus ada kebenaran yang membuat kita semua sepakat. Memang sulit, tapi setidaknya mendekati.

 

Pilihan Politik

Masalah yang ini—akhir-akhir ini selalu kita lihat—puncak kegaduhan sejak lima tahunan belakang menjadi tontonan gratis bagi kita semua. Bagi saya ini adalah konsekuensi dari kebenaran yang kita sepakati dahulu kala bernama demokrasi. Namun, negeri kita tampaknya masih berumur bayi dalam belajar berdemokrasi. Sehingga tidak heran jika demokrasi kita masih diwarnai kekisruhan.

Namun yang saya sayangkan adalah demokrasi yang sejak dulu khas dengan memanusiakan manusia—malah dicabik-cabik hingga jauh dari kemanusiaan. Kita malah berlomba-lomba melakukan kekacauan dan kekerasan.

Perbedaan pilihan politik adalah salah satu konsekuensi etis dari sebuah negara penganut sistem demokrasi, namun perbedaan itu tentu tidak serta merta membuat kita harus melakukan kekerasan dan kekacauan, hal ini malah menyakiti ideologi kita sendiri, yang seharusnya bahu-membahu menjadi satu kita tak ubahnya diperbudak oleh ego kita sendiri.

Perbedaan pilihan sebenarnya harus sudah kita sepakati sebagai kebenaran lewat wadah yang disediakan negara bernama KPU. Pertengkaran perbedaan pilihan politik seharusnya selesai di perhelatan Pemilu seharusnya tak perlu membawa sentimen politik kepada publik yang malah hanya menimbulkan bermacam konflik.

Saya jadi berpikir apakah ini yang dirasakan Pak Prabowo beberapa waktu silam yang mengatakan tahun 2030 Indonesia akan bubar? Sebuah rasa putus asa terhadap perdamaian yang semakin hari semakin memprihatinkan.

Entahlah, saya membayangkan seandainya Bung Karno akan bangkit dari kuburnya lalu lihat Twitter dan melihat sendiri rakyatnya saling berdebat dan menjatuhkan, pasti betapa bersedihnya beliau melihat bangsa ini sedang gaduh hampir setiap hari. Lalu beliau menangis dan berkata:

 “Kapok, Apa kubilang dulu! Perjuangan kalian akan lebih sulit karena kalian akan melawan bangsa sendiri!”

Terakhir diperbarui pada 5 Oktober 2021 oleh

Tags: Bung KarnoIndonesia 2030PancasilaPemilu 2019
Adib Khairil Musthafa

Adib Khairil Musthafa

Saya adalah seorang yang suka tidur, menganggur, ngopi, dan bermimpi.

ArtikelTerkait

definisi pancasilais sejarah hari lahir pancasila 1 juni 1945 mojok.co

1 Juni Hari Lahir Pancasila, Apa iya? Coba Tengok Dulu Sejarah Lahirnya Pancasila

1 Juni 2020
foto bersama pejabat negara

Manfaat Foto Bareng Pejabat

29 Mei 2019
3 Fakta Menarik tentang Kota Batu yang Jarang Dibicarakan Orang, Salah Satunya Pernah Terkenal dengan Perkebunan Kina

3 Fakta Menarik tentang Kota Batu yang Jarang Dibicarakan Orang, Salah Satunya Pernah Terkenal dengan Perkebunan Kina

24 November 2025
pisau prabowo

Tiga Pisau yang Menusuk Prabowo

21 Juni 2019
pancasila dalam hidup saya

Pancasila Dalam Hidup Saya

26 Mei 2019
Perayaan Ulang Tahun Adalah Pola Berulang yang Membosankan terminal mojok.co

Yang Ulang Tahun Di Bulan Juni, Harus Menerima Tugas Teramat Berat Ini

13 Juni 2019
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Sebagai Warga Pemalang yang Baru Pulang dari Luar Negeri, Saya Ikut Senang Stasiun Pemalang Kini Punya Area Parkir yang Layak

Sebagai Warga Pemalang yang Baru Pulang dari Luar Negeri, Saya Ikut Senang Stasiun Pemalang Kini Punya Area Parkir yang Layak

29 November 2025
Jogja Sangat Layak Dinobatkan sebagai Ibu Kota Ayam Goreng Indonesia!

Jogja Sangat Layak Dinobatkan sebagai Ibu Kota Ayam Goreng Indonesia!

1 Desember 2025
Pengakuan Pengguna Tumbler Lion Star: Murah, Awet, dan Tidak Mengancam Masa Depan Karier Siapa pun

Pengakuan Pengguna Tumbler Lion Star: Murah, Awet, dan Tidak Mengancam Masa Depan Karier Siapa pun

29 November 2025
Rekomendasi 8 Drama Korea yang Wajib Ditonton sebelum 2025 Berakhir

Rekomendasi 8 Drama Korea yang Wajib Ditonton sebelum 2025 Berakhir

2 Desember 2025
Korupsi Masa Aktif Kuota Data Internet 28 Hari Benar-benar Merugikan Pelanggan, Provider Segera Tobat!

Korupsi Masa Aktif Kuota Data Internet 28 Hari Benar-benar Merugikan Pelanggan, Provider Segera Tobat!

3 Desember 2025
Menengok Bagaimana Penjaga Palang Kereta Api Bekerja, Termasuk Berapa Gajinya dan Gimana Cara Mendaftarnya  

Menengok Bagaimana Penjaga Palang Kereta Api Bekerja, Termasuk Berapa Gajinya dan Gimana Cara Mendaftarnya  

1 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.