Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

Meluruskan Stereotipe Terkait Perempuan Sunda yang Katanya Matre, Gemar Dandan, hingga Malas Masak

Yaser Fahrizal Damar Utama oleh Yaser Fahrizal Damar Utama
22 Agustus 2023
A A
Meluruskan Stereotipe Terkait Perempuan Sunda yang Katanya Matre, Gemar Dandan, hingga Malas Masak

Meluruskan Stereotipe Terkait Perempuan Sunda yang Katanya Matre, Gemar Dandan, hingga Malas Masak (Unsplash.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Ada banyak stereotipe yang biasanya disematkan kepada suku tertentu di Indonesia. Misalnya suku Minang yang pelit, Batak yang kasar, atau Sunda yang malas. Selain malas, ada juga stereotipe yang disematkan khusus kepada para perempuan Sunda, yaitu matre atau materialistis.

Beberapa antropolog mencoba mengungkap alasan ini, salah satunya adalah Notty J Mahdi. Menurut pendapatnya, mitos atau stereotipe ini pada awalnya muncul dari pemahaman orang Jawa terhadap perempuan sunda.

Katanya perempuan Sunda pemalas dan lebih suka dandan

Orang-orang Jawa pada zaman dahulu memiliki pemahaman bahwa perempuan Sunda tidak pandai mengelola keuangan akibat kebiasaan mereka yang gemar merias diri atau berdandan. Selain itu, perempuan Sunda juga sering digambarkan sebagai perempuan yang malas, tidak bisa memasak, tidak sopan, tidak bisa mengurus rumah tangga, dan lain sebagainya.

Anggapan ini bermula dari kunjungan masyarakat Jawa ke Tanah Pasundan. Saat itu mereka melihat kebanyakan perempuan Sunda hanya duduk-duduk dan berdandan di balé-balé (depan rumah) sambil berdandan. Hal ini tidak seperti kebiasaan perempuan Jawa yang dikenal ulet dan rajin.

Perempuan Sunda malas masak? Ah, nggak gitu!

Sebenarnya saya memiliki argumen-argumen lain dari setiap tuduhan yang disematkan kepada perempuan Sunda ini. Misalnya tentang perempuan Sunda yang malas memasak.

Berbeda dengan suku-suku lain dalam hal kuliner, masyarakat di Tanah Pasundan ini memang cenderung tidak banyak menggunakan teknik-teknik yang rumit. Namun ini sama sekali bukan karena kemalasan atau ketidakmampuan perempuan Sunda dalam memasak.

Hal ini terjadi karena keanekaragaman bahan makanan yang melimpah dan dapat diolah menjadi makanan di Tanah Pasundan ketika itu. Proses untuk mendapatkan bahan makanan itu pun tidak sulit. Bahan makanan bisa didapat dari sekitar rumah atau dari kebun yang tidak jauh dari rumah.

Bagi orang Sunda, dalam satu petak kebun saja, bisa ada lebih dari 10 jenis tanaman yang dapat dimasak menjadi makanan di meja makan. Entah itu buah, umbi-umbian, atau sayur-sayuran. Jadi, sekalipun teknik yang digunakan hanya dengan cara menumis atau merebus, setiap hari perempuan Sunda dapat menghidangkan makanan yang berbeda-beda di meja makannya.

Baca Juga:

Alumni UNNES: Setelah Lulus pun Harus Berdamai dengan Stereotipe Miring

4 Ciri Warung Sunda yang Masakannya Dijamin Enak, Salah Satunya Lalapan Selalu Segar

Orang Sunda bukannya nggak sopan, tapi…

Stereotipe selanjutnya yang perlu diluruskan adalah perempuan Sunda yang tidak sopan. Ketidaksopanan ini mungkin terjadi ketika parameter kesopanan di masyarakat Jawa dicocokkan dengan parameter kesopanan yang ada di masyarakat Sunda.

Jadi begini, dalam hal banyol atau bercanda, masyarakat Sunda, baik perempuan atau laki-laki, memang terbiasa membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan seksualitas. Yang mana bagi sebagian suku lain di Indonesia termasuk Jawa, pembicaraan ini merupakan hal yang tabu. Cawokah adalah istilah untuk candaan-candaan bernada seksualitas ini masih bisa dideteksi hingga sekarang lewat cerita folklor atau lirik lagu dalam musik-musik Sunda.

Perempuan Sunda matre? Benarkah?

Stereotipe tentang matrenya perempuan Sunda juga sering kali dikaitkan dengan biaya pernikahan yang mahal. Mahal atau tidaknya pernikahan sebenarnya relatif, karena hampir semua suku juga memiliki tradisi dan adat sendiri dalam merayakan pernikahan.

Perlu menjadi catatan bahwa biaya pernikahan masyarakat Sunda itu tidak ada pedoman tunggalnya. Bisa saja daerah yang satu dengan daerah yang lain berbeda adat dan tradisi meskipun sama-sama berada di Tanah Pasundan.

Misalnya, masyarakat di wilayah Kabupaten Sumedang bagian selatan memiliki tradisi pihak perempuan menanggung semua biaya pernikahan mulai dari dekorasi, makanan, dan perlengkapan pesta lainnya. Laki-laki di wilayah ini hanya perlu menyiapkan uang untuk membayar administrasi pernikahan di KUA, mas kawin, dan barang-barang bawaan untuk seserahan.

Hal ini berbeda dengan masyarakat di sebagian wilayah Kabupaten Garut bagian utara. Di sini pihak perempuan tidak perlu menyiapkan dana untuk menyelenggarakan pesta pernikahan. Sebab, pihak laki-laki yang akan membayar biaya tersebut. Konsekuensinya, barang bawaan untuk seserahan yang dibawa menjadi lebih sederhana dan sedikit.

Biaya pernikahan dan budaya méré

Biaya pernikahan yang katanya mahal ini pun sebenarnya ditopang dengan budaya méré di masyarakat Sunda yang biasa dimulai sejak satu atau dua bulan sebelum pernikahan. Kedua keluarga, baik pihak perempuan maupun laki-laki, biasanya akan melakukan semacam open house di rumahnya untuk menerima sumbangan berupa uang atau bahan makanan dari tetangga, kerabat, atau saudara untuk memenuhi biaya pesta pernikahan tersebut.

Biaya pesta yang mahal ini bukan hal yang besar dan tidak perlu menjadi halangan bagi mereka yang ingin menikah dengan adat Sunda. Sebab, yang wajib adalah menikahnya, bukan pestanya. Makanya komunikasi antara kedua pihak keluarga lebih utama ketimbang memaksakan pesta yang megah tapi sengsara setelahnya.

Bagi saya, meski stereotipe di atas bisa dibantah, sebaiknya dijadikan pemicu para perempuan Sunda agar dapat meningkatkan kualitas diri. Semoga setelah ini stereotipe keliru seperti di atas tidak terdengar lagi.

Penulis: Yaser Fahrizal Damar Utama
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Panduan Menggunakan Panggilan ‘Eneng’, ‘Teteh’, ‘Ceuceu’, dan ‘Nyai’ kepada Perempuan Sunda.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 22 Agustus 2023 oleh

Tags: Perempuanperempuan sundastereotipesuku sundaSunda
Yaser Fahrizal Damar Utama

Yaser Fahrizal Damar Utama

Bercita-cita memonetisasi celoteh-celotehnya

ArtikelTerkait

3 Kuliner Solo yang Bikin Culture Shock Lidah Sunda Saya

3 Kuliner Solo yang Bikin Culture Shock Lidah Sunda Saya

7 November 2025
Konten TikTok Perempuan Pakai Baju PKB, Bikin Netizen Pengin Gabung Meski Nggak Jelasin Ideologi Partai terminal mojok.co

Konten TikTok Perempuan Pakai Baju PKB, Bikin Netizen Pengin Gabung Meski Nggak Jelasin Ideologi Partai

27 April 2021
Mengenang Kejayaan Ragnarok Online, Game Online Paling Fenomenal di Indonesia Alasan Saya Ketagihan Nonton Aplikasi Bigo Live Derita Pemain Game Online yang Main Pakai HP

Alasan Lelaki Memilih Ngaku-ngaku Perempuan saat Main Game

10 Juni 2020
Reaksi Saya sebagai Orang Sunda Saat Dipanggil Mas terminal mojok.co

Reaksi Saya sebagai Orang Sunda Saat Dipanggil Mas

2 Desember 2021
tradisi adu domba garut mojok

Mengenal Tradisi Adu Domba, Tradisi Khas Masyarakat Kota Garut

10 November 2020
perempuan

Perempuan Cuman Jadi Kanca Wingking itu Gara-Gara Bangsa Eropa!

19 September 2019
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Suzuki Karimun Wagon R Boleh Mati, tapi Ia Mati Terhormat

Suzuki Karimun Wagon R Boleh Mati, tapi Ia Mati Terhormat

1 Desember 2025
Nggak Ada Gunanya Dosen Ngasih Tugas Artikel Akademik dan Wajib Terbit, Cuma Bikin Mahasiswa Stres!

Dosen yang Minta Mahasiswa untuk Kuliah Mandiri Lebih Pemalas dari Mahasiswa Itu Sendiri

5 Desember 2025
Rekomendasi Tempat Jogging Underrated di Semarang, Dijamin Olahraga Jadi Lebih Tenang Mojok.co

Rekomendasi Tempat Jogging Underrated di Semarang, Dijamin Olahraga Jadi Lebih Tenang

3 Desember 2025
4 Hal tentang Untidar Magelang yang Belum Diketahui Banyak Orang Mojok.co

4 Hal tentang Untidar Magelang yang Belum Diketahui Banyak Orang

29 November 2025
Dosen yang Cancel Kelas Dadakan Itu Sungguh Kekanak-kanakan dan Harus Segera Bertobat!

Dosen yang Cancel Kelas Dadakan Itu Sungguh Kekanak-kanakan dan Harus Segera Bertobat!

3 Desember 2025
Culture Shock Orang Lamongan Menikah dengan Orang Mojokerto: Istri Nggak Suka Ikan, Saya Bingung Lihat Dia Makan Rujak Pakai Nasi

Culture Shock Orang Lamongan Menikah dengan Orang Mojokerto: Istri Nggak Suka Ikan, Saya Bingung Lihat Dia Makan Rujak Pakai Nasi

2 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.