Kelompok KKN saya beranggotakan 10 mahasiswa dengan berbagai macam latar jurusan kuliah. Ada yang berasal dari jurusan Ilmu Tanah, Arsitektur Lanskap, Ilmu Ekonomi, Ekonomi Syariah, Fisika, Matematika, Biologi, Statistika, dan Peternakan. Dari kesepuluh mahasiswa ini, hanya empat mahasiswa yang benar-benar menjalankan program kerja (proker KKN) sesuai dengan jurusannya. Sisanya melaksanakan proker yang sama sekali nggak linear dengan latar pendidikannya, dan saya salah satunya.
Saya adalah mahasiswa jurusan Peternakan yang selama kuliah tentunya belajar tentang ternak, perawatan, pakan, hingga hasil olahannya. Namun selama KKN, saya berhadapan dengan proker KKN yang mengharuskan saya mengurus ikan lele. Memang bener sih saya belajar tentang ternak, tapi ya bukan ternak lele juga. Hal serupa juga dialami teman proker saya yang merupakan mahasiswa Ilmu Ekonomi.
“Di kelas aku belajar kurva sama grafik, lha sampai sini malah ngurusin lele,” sambat teman saya tiap kali merasa pusing dengan proker KKN kami.
Proker KKN memang dirancang sesuai dengan kebutuhan daerah tempat mahasiswa melaksanakan KKN. Walaupun kadang nggak nyambung dengan jurusan kuliah, kami sebagai mahasiswa harus berdamai dengan itu. Karena sejatinya KKN bukan ajang saling membanggakan jurusan, melainkan pengabdian. Kalaupun antara proker dan jurusan kuliah nggak nyambung, pada akhirnya ada pelajaran yang bisa didapatkan.
Daftar Isi
Proker KKN yang nggak nyambung sama jurusan kuliah bikin saya bisa mempelajari hal-hal baru
Untuk pertama kalinya saya berurusan langsung dengan ikan lele yang hidup. Sejujurnya saya paling takut berurusan dengan ikan hidup karena fisiknya yang licin membuat saya geli. Rekan kerja saya pun demikian, kami berdua sama-sama buta soal budidaya lele. Dan proker KKN ini mengharuskan kami bertanya kepada teman-teman dari jurusan Perikanan, bahkan sampai ke Dinas Ketahanan Pangan tempat kami melaksanakan KKN.
Kami juga membaca banyak jurnal dan menonton video tutorial soal budidaya lele di YouTube. Semakin banyak menonton, bukannya mendapat pencerahan, kami justru semakin bingung. Sebab, beda channel YouTube, beda pula saran yang diberikan. Namun bermodalkan nekat dan keyakinan penuh, proker KKN kami dapat terlaksana walau banyak lubang di perjalanannya.
Mendapatkan pengalaman menarik
Saya nggak pernah membayangkan bakal mengurusi ikan lele selama kurang lebih 40 hari. Beli pakan, ngasih makan setiap hari, mengganti air kolamnya, bahkan mengecek kondisi lele dalam kolam.
Pengalaman mengerjakan proker KKN yang nggak sejalan dengan jurusan kuliah saya ini tentu menjadi pengalaman yang menarik. Bahkan saya sampai kepikiran untuk membudidayakan lele di rumah sepulang KKN. Bagi sebagian orang, budidaya lele mungkin awalnya hobi semata. Padahal kalau ditekuni, bisa menjadi mata pencaharian yang nggak bisa dipandang sebelah mata, lho.
Bisa berkenalan dengan orang baru
Proker KKN saya yang nggak sejalan dengan jurusan kuliah saya membuat saya harus bertemu dan berkonsultasi dengan orang baru. Saya dan rekan saya kebetulan nggak punya teman di jurusan Budidaya Perikanan yang tentunya lebih paham soal budidaya lele ketimbang jurusan lainnya di Fakultas Perikanan. Alhasil, kami berkenalan dengan rekan mahasiswa lain dari jurusan Budidaya Perikanan. Untuk teman saya yang sudah bersedia saya repotin sepanjang perjalanan proker ini, saya ucapkan terima kasih banyak.
Kami juga meminta banyak saran pada salah satu staf Dinas Ketahanan Pangan. Bahkan, hal sesederhana pakan lele pun kami tanyakan kepada beliau. Syukurlah beliau adalah orang yang low profile dan cepat tanggap, jadi kami nggak sungkan bertanya padanya. Panjang umur, Pak!
Proker KKN yang nggak nyambung sama jurusan kuliah bikin saya menghargai banyak hal
Dari proker KKN soal budidaya lele, saya jadi lebih menghargai setiap kegiatan, kehadiran, waktu, tenaga, pikiran, serta kontribusi sekecil apa pun dari orang lain. Saya dan rekan saya sama-sama takut memegang lele secara langsung. Jadi, tanpa bantuan teman-teman lainnya, mungkin proker ini nggak bisa terlaksana sebagaimana seharusnya.
KKN telah memberikan saya pengalaman terbaik selama berkuliah. Bahwa ternyata, pengabdian bukan hanya menerapkan disiplin ilmu yang kita tekuni, tetapi lebih jauh dari itu, mahasiswa diminta menerapkan ilmu sepanjang hayatnya. Selama KKN, mahasiswa bukan dituntut serba bisa, melainkan diminta menjadi insan yang bersedia mengosongkan gelasnya.
Pada hakikatnya, mahasiswa hanyalah manusia biasa. Titel “maha” yang disematkan berarti mahasiswa siap tumbuh dengan segala perkembangan yang ada dan mengikuti segala dinamikanya. Hidup mahasiswa!
Penulis: Aulia Syafitri
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Bikin Plang, Proker KKN Primitif yang Paling Nggak Guna.