Melintas di jalur kereta api tujuan akhir Ketapang Banyuwangi, Stasiun Garahan Jember menjadi pemberhentian yang mudah diingat sebagian pengguna jasa si ular besi yang membelah Gunung Gumitir. Meskipun saat ini Stasiun Garahan tidak lagi menjadi tempat pemberhentian kereta api, tempat ini menyimpan secuil nostalgia bagi banyak penumpang setia kereta api Daops IX Jember.
Penyebabnya adalah kuliner pecel pincuk yang menjadi daya tarik bagi para penumpang yang melintas di stasiun tersebut sebelum medio 2015. Fyi, Stasiun Garahan terletak tak jauh dari Terowongan Garahan yang berada di Dusun Krajan, Desa Garahan, Kecamatan Silo, Kabupaten Jember. Stasiun ini menjadi landmark cukup ikonik di wilayah tersebut selain terowongan dengan sejarah yang panjang.
Pecel pincuk Garahan
Penumpang kereta api yang akrab dengan Stasiun Garahan Jember mungkin akan mengingat masa di mana mereka menikmati kuliner pecel pincuk di stasiun. Ya, stasiun ini memang terkenal sebagai tempat transaksi penjualan nasi pecel pincuk yang dilakukan saat kereta berhenti.
Pecel Garahan memang telah menjadi kuliner yang melegenda di kalangan penumpang kereta yang melintas di daerah ini. Rasanya yang lezat dan khas membuat pecel Garahan jadi makanan favorit yang tak terlupakan.
Disajikan dengan nasi putih hangat dan berbagai sayuran serta sambal khas membuat pecel Garahan menggugah selera siapa pun yang melintas. Tak heran kalau penikmatnya selalu ingin kembali mencicipi kuliner satu ini. Apalagi sebelum tahun 2015, seperti yang saya bilang sebelumnya, kuliner ini bisa dinikmati langsung di stasiun dan menjadi incaran para penumpang KA Pandawangi relasi Jember-Banyuwangi.
Tetap bertahan untuk jualan
Sayangnya, saat ini penumpang kereta yang melintas tidak bisa menyantap seporsi nasi pecel pincuk secara langsung seperti dulu. Akan tetapi, apabila kita berkendara menggunakan motor dari Jember menuju Banyuwangi, kita masih bisa melihat beberapa pedagang pecel pincuk di sekitaran Stasiun Garahan. Beberapa pedagang terlihat masih bertahan berjualan di sekitar stasiun. Maka tak berlebihan kalau warisan kuliner ini layak untuk diapresiasi.
Desa Garahan kini menjadi tempat yang dikunjungi mereka yang ingin merasakan kelezatan nasi pecel pincuk sambil mengenang momen perjalanan naik kereta api. Saat saya datang ke sekitaran stasiun, tentu saya langsung teringat masa kecil dulu naik kereta api dan berhenti untuk menyantap seporsi nasi pecel pincuk.
Hingga kini, pecel pincuk di Stasiun Garahan mungkin menjadi secuil kenangan yang akan terus diingat para penumpang kereta api. Menuliskan tentang stasiun ini adalah salah satu cara saya untuk membangkitkan nostalgia semasa kecil melintas di stasiun ini. Sejarah dan kuliner yang berkaitan erat dengan stasiun ini memang patut dipertahankan dan dikenang.
Penulis: Anik Sajawi
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Malang This, Bondowoso That, Gimana kalau Jember Aja yang Jadi Ibu Kota Jatim?