Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Mau Sampai Kapan Pakai Detergen yang Ngerusak Air dan Mencemari Lingkungan?

Annatiqo Laduniyah oleh Annatiqo Laduniyah
18 November 2019
A A
Mau Sampai Kapan Pakai Detergen yang Ngerusak Air dan Mencemari Lingkungan?
Share on FacebookShare on Twitter

Pernah dengar tidak, sebuah pernyataan yang mengatakan, “apa-apa yang tidak natural akan semakin sulit dicerna oleh tubuh dan bumi?” Saya sendiri sering membaca kalimat tersebut di artikel atau tulisan-tulisan yang membahas tentang lingkungan.

Ya, pepatah itu saya rasa semakin relevan dengan kondisi di lingkungan kita saat ini. Semakin berkembangnya teknologi dan pemikiran manusia, semakin tidak sedikit pula kerusakan atau dampak negatif yang diakibatkan olehnya. Misalnya dengan penggunaan bahan kimia yang berlebihan dan senyawa tidak alami lainnya.

Pasalnya, sesuatu apa pun yang mempermudah manusia (dalam beraktivitas) itu pada akhirnya akan merusak manusia itu sendiri. Contohnya saja sabun dan detergen yang tidak pernah luput dari aspek kehidupan domestik. Selain menimbulkan masalah kesehatan, sabun dan detergen juga dapat menimbulkan masalah lingkungan yang serius.

Dilansir dari Health Grid, air berbusa yang dihasilkan dari detergen dengan bahan kimia (konvensional atau yang banyak dijual dipasaran), akan menghilang ke saluran pembuangan air dan akan mencemari lingkungan melalui aliran dan proses infiltrasi.

Air bekas mencuci ini akan menimbulkan berbagai masalah pencemaran yang juga dapat merusak ekosistem dalam air, seperti: mencemari kualitas air tanah dengan bahan kimia, pertumbuhan ganggang atau tumbuhan air berlebihan yang merusak ekosistem dalam air, hingga menipisnya oksigen dalam air yang akhirnya membunuh ikan dan organisme lainnya.

Alhasil, dampaknya akan kembali kepada kita sendiri. Kita akan menggunakan air hasil pencemaran detergen, atau makan ikan yang sudah terpapar berbagai bahan kimia tersebut. “Semua jenis detergen punya efek beracun pada ekosistem air” kata EPA (Environment Protection Authority Victoria).

Saya sendiri akhir-akhir ini sedang tertarik ketika ada sebuah tanaman yang tumbuh dari tumpukan sampah organik milik tetangga kamar kos. Saat saya tanyakan, ternyata itu berasal dari biji lerak yang ditimbun bersama sampah-sampah organik. Tanaman itu tumbuh tanpa sengaja, katanya. Bahkan tidak disiram air dan terbilang tidak mendapatkan sinar matahari yang cukup. Namun jika dilihat, daun-daunnya bisa tumbuh subur.

Saya yang semakin kepo lalu bertanya, memang buat apa biji lerak?

Baca Juga:

Wajar Ada Orang yang Mau Keluar Duit Ratusan Juta demi Masuk Polisi, karena Polisi Amat Dihormati di Lingkungan, Tak Peduli Pangkatnya Apa

Dilema Pabrik di Purbalingga: Meningkatkan Kesejahteraan, Menghajar Lingkungan

Dia bilang, untuk mencuci baju.

Bagaimana caranya sebuah biji tanaman bisa dijadikan detergen?

Kita tinggal mencampurkan buah lerak yang sudah dipotong-potong ke dalam air, lalu rebus hingga airnya berkurang. Dan jadilah detergen lerak cair. 3/4 kg buah lerak bisa menghasilkan 6 liter sabun lerak siap pakai, katanya.

Dan lanjut ke pertanyaan, dapet leraknya dari mana?

Jika kita benar-benar berniat mencari, segala sesuatu itu pasti dapat ditemukan kok. Apalagi cuma lerak. Di Jogja, kamu bisa cari saja di Pasar Beringharjo. Pasar yang menjual segala kebutuhan, tapi tidak menjual gebetan. Di lantai satu, area pasar rempah. Selain menjual biji leraknya, di sana juga tersedia lerak yang sudah dalam bentuk cair, jadi kita tinggal pake aja kayak detergen biasa. Satu kantong cuma 20 ribu.

Nah, jika kita punya lahan yang cukup, bisa menanam sendiri. pohonnya bisa tumbuh 10 sampai 50 meter dengan diameter satu meter, pohonnya pun punya kualitas yang baik dan setara seperti pohon jati. Kan lumayan bisa buat ngadem sambil rujakan. Hehehe.

Pada dasarnya, lerak bukanlah hal baru bagi masyarakat Indonesia yang notabene penghasil rempah-rempah. Namun, karena ketergantungan kepada detergen dan bahan kimia lain untuk pembersih, kita jadi tidak mengenal potensi yang dihasilkan oleh lingkungan kita sendiri. Padahal kan, selain lerak ada banyak sekali tanaman yangi lebih berkhasiat dari olahan dengan bahan-bahan kimia itu. Tapi dasarnya kita mah, maunya yang instan-instan.

Detergen sendiri datang ke Indonesia pada tahun 1970-an. Apakah berarti sebelum itu masyarakat Indonesia tidak mencuci? Justru masyarakat sebelum mengenal sabun dan detergen, mereka menggunakan lerak. Tanaman yang seratus persen alami dan biodegradable.

Tapi ya balik lagi, kitanya mau belajar dan cari tahu nggak?

Saya jadi ingat perkataan Pak Bambang, Pendiri Lintang Panglipuran, “Semakin banyaknya kita memproduksi produk-produk berbahan kimia tinggi, berbanding lurus dengan semakin rendahnya kepercayaan kita kepada khasiat-khasiat tanaman secara alamiah yang diolah tanpa bahan kimia.”

Padahal dari hal kecil seperti itu dampaknya kan bisa gede banget. Buat lingkungan terutama. Seperti mengganti penggunaan detergen dengan biji lerak. Bumi kita semakin tua dan rusak, kalau bukan kita yang menyelamatkannya, siapa lagi?

BACA JUGA Plastik Tercipta untuk Selamatkan Bumi, Sekarang Malah Jadi Masalah Lingkungan atau tulisan Annatiqo Laduniyah lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 18 November 2019 oleh

Tags: detergenlerakLingkungan
Annatiqo Laduniyah

Annatiqo Laduniyah

ArtikelTerkait

Setiap Orang Punya Nama, Kenapa Masih Memanggil dengan Profesi? terminal mojok.co

Mengurangi Sampah Plastik Ketika Lebaran, Kenapa Tidak?

8 Juni 2019
membuang makanan

Membuang Makanan itu Melukai Kemanusiaan Kita

7 Agustus 2019
agribisnis menthek kafe tengah sawah KKN wabah corona pemandangan pagi sawah mojok

Dampak yang Muncul Akibat Tren Kafe Tengah Sawah

17 Februari 2021
Rinso vs Daia, Detergen Mana yang Ampuh Bersihkan Noda Pakaian_ terminal mojok

Rinso vs Daia, Detergen Mana yang Ampuh Bersihkan Noda Pakaian?

8 Juni 2021
sampah plastik

4 Langkah untuk Mengurangi Penggunaan Plastik Pribadi

13 Mei 2019
Dilema Pabrik di Purbalingga: Meningkatkan Kesejahteraan, Menghajar Lingkungan

Dilema Pabrik di Purbalingga: Meningkatkan Kesejahteraan, Menghajar Lingkungan

1 November 2023
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Pengalaman Transit di Bandara Sultan Hasanuddin: Bandara Elite, AC dan Troli Pelit

Pengalaman Transit di Bandara Sultan Hasanuddin: Bandara Elite, AC dan Troli Pelit

1 Desember 2025
Betapa Merananya Warga Gresik Melihat Truk Kontainer Lalu Lalang Masuk Jalanan Perkotaan

Gresik Utara, Tempat Orang-orang Bermental Baja dan Skill Berkendara di Atas Rata-rata, sebab Tiap Hari Harus Lawan Truk Segede Optimus!

30 November 2025
Jogja Sangat Layak Dinobatkan sebagai Ibu Kota Ayam Goreng Indonesia!

Jogja Sangat Layak Dinobatkan sebagai Ibu Kota Ayam Goreng Indonesia!

1 Desember 2025
Logika Aneh di Balik Es Teh Solo yang Bikin Kaget (Unsplash)

Logika Ekonomi yang Aneh di Balik Es Teh Solo, Membuat Pendatang dari Klaten Heran Sekaligus Bahagia

30 November 2025
Korupsi Masa Aktif Kuota Data Internet 28 Hari Benar-benar Merugikan Pelanggan, Provider Segera Tobat!

Korupsi Masa Aktif Kuota Data Internet 28 Hari Benar-benar Merugikan Pelanggan, Provider Segera Tobat!

3 Desember 2025
Menanti Gojek Tembus ke Desa Kami yang Sangat Pelosok (Unsplash)

“Gojek, Mengapa Tak Menyapa Jumantono? Apakah Kami Terlalu Pelosok untuk Dijangkau?” Begitulah Jeritan Perut Warga Jumantono

29 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.