Pekerjaan Rumah Besar Soal Sampah: Negara Luar Malah Nambahin – Terminal Mojok
  • Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
Terminal Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Gaya Hidup
    • Game
    • Fesyen
    • Otomotif
    • Olahraga
    • Kuliner
    • Cerita Cinta
    • Gadget
    • Hewani
    • Personality
    • Nabati
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Acara TV
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Pojok Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Politik
  • Media Sosial
  • Nusantara
  • Luar Negeri
  • Gaya Hidup
    • Game
    • Fesyen
    • Otomotif
    • Olahraga
    • Kuliner
    • Cerita Cinta
    • Gadget
    • Hewani
    • Personality
    • Nabati
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Acara TV
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Pojok Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Politik
  • Media Sosial
  • Nusantara
  • Luar Negeri
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Pojok Tubir
  • Kampus
  • Politik
  • Media Sosial
  • Nusantara
  • Luar Negeri
Home Gaya Hidup Kesehatan

Pekerjaan Rumah Besar Soal Sampah: Negara Luar Malah Nambahin

Hafis Hamdan oleh Hafis Hamdan
23 Juni 2019
0
A A
Menebak Pikiran Orang yang Suka Buang Sampah Sembarangan

Menebak Pikiran Orang yang Suka Buang Sampah Sembarangan

Share on FacebookShare on Twitter

Beberapa hari terakhir masyarakat Indonesia kembali terkejut dan terheran-heran oleh penyelundupan sampah dari negara luar. Porsi pemberitaannya pada layar kaca memang tak sebesar sidang gugatan Pilpres di MK atau seheboh pikniknya Papa-minta-saham yang berkeliaran di luar Lapas sambil pelesiran ke toko bangunan mewah di Bandung. Namun menjadi hantaman keras bagi beberapa instansi yang kerjaannya berkutat pada lingkungan,kemaritiman dan impor.

“Ini tidak tepat—penyelundupan sampah—dan kami tidak ingin menjadi tempat pembuangan,” komentar salah seorang pejabat senior Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang penulis kutip secara verbatim melalui kanal media online Tempo.

Nah, yang lebih menghebohkan ketika data dari Lembaga Ecoton membeberkan bahwa ada sekira 35 negara yang menyelundupkan sampah ke Indonesia,dan tak hanya sampah ada juga limbah berbahaya dan beracun. Bisa dibayangkan bagaimana kiranya negara luar menganggap Indonesia TPA (Tempat Pembuangan Akhir) bagi mereka.

Masyarakat Indonesia secara umum yah tahunya Narkoba yang paling sering masuk ke daratan Indonesia—diselundupkan. Namun ternyata sampah juga menjadi ancaman bagi bangsa-bukan hanya karena masyarakat kita yang tiap hari memproduksi sampah dalam skala besar plus budaya buang sampah sembarang tempat yang sudah mengakar namun ternyata ada andil negara luar terhadap terbentuknya kolam-kolam dan gundukan sampah bahkan sudah terjadi dalam kurun waktu yang cukup lama—kembali mengutip data Ecoton.


Jika hal semacam ini sudah lama terjadi,penulis mengasumsikan ada kelalaian dari Pemerintah yang seharusnya sudah mengambil langkah konkrit dari tindakan seenak dan semaunya negara luar. Sebenarnya persoalan sampah bagi Indonesia sendiri saja telah menjadi PR yang tak berkesudahan—berganti pemimpin suatu daerah pasti tetap akan menemui permasalahan macam ini, sebut saja Gubernur Anies Baswedan atau sebelumnya Ahok yang kerap kali dihadapkan pada permasalahan serupa. Gundukan sampah Bantar Gebang yang bahkan memantik diskusi luas pada ruang publik ketika aktor kawakan ganteng—peraih piala Oscar pada penantian karirnya sekaligus tokoh utama kesuksesan film Titanic—Leonardo Di Caprio turut berkomentar terkait permasalahan gunungan sampah masyarakat ibukota dan tetangga-tetangganya.

Permasalahan sampah di Indonesia yang tergolong dalam isu lingkungan tetap menarik dibahas dari segi apapun—mau itu sosial, ekonomi, budaya maupun politik. Masih ingat nggak, agan-agan sekalian—ketika debat capres saja isu lingkungan tak menjadi perhatian khusus—pemahaman serta solusi—bagi masing-masing kandidat.

Sebut saja capres 01 yang mengutarakan bahwa kebakaran hutan dan lahan gambut selama tiga tahun terkahir sudah tak terjadi—yang jadi pertanyaan sebenarnya kemana aja beliau yang tak mengetahui si jago merah yang melahap hutan dan lahan gambut di beberapa titik di Indonesia hingga tahun 2018. Bahkan data-datanya ada di kabinetnya sendiri. Walau belakangan beliau meralat ucapannya bahwa bukan tak terjadi namun berkurang dari tahun ke tahun—duh.

Capres 02 lebih-lebih malas menanggapi isu lingkungan terkait dampak pertambangan terhadap lingkungan—maklumlah beliau juga punya perusahaan yang bergerak di bidang tersebut. Terlebih setelah warga dunia maya berkunjung ke kanal YouTube milik Dhandy Dwi Laksono dan menonton proyek investigasi dalam bentuk audio visual yang berhasil membongkar hegemoni kekuasaan pada praktek bisnis tambang yang merugikan lingkungan dan komoditi penduduk sekitar.

Di atas hanya contoh dari beberapa kasus soal lingkungan yang terjadi di Indonesia. Lalu bagaimana dengan sampah yang tergolong dalam permasalahan serius—iya serius, seserius aku sama kamu~

Mengutip data dari Asosiasi Industri Plastik Indonesia (INAPLAS) dan BPS—setiap tahunnya sampah di Indonesia mencapai 64 juta ton dan sebanyak 3,2 juta ton sampah plastik. Indonesia sendiri berada pada peringkat kedua penghasil sampah plastik setelah Cina. Bahkan sampah plastik ini tak hanya mengancam daratan namun juga lautan tempatmu liburan, surving, menikmati sunset dengan sang kekasih. So romantic—asal tak kau buang sampah di sana, itu sudah cukup menjaga keindahan dan ekosistem.

Ibu Susi bahkan sempat mengatakan bahwa di tahun 2030 lautan Indonesia tak lagi memiliki banyak ikan namun sampah plastik. Wajar saja, Bung—masyarakat kita masih doyan pake plastik. Ini bukan masalah doyannya saja namun buang plastik sembarangan itu lo yang kemudian menjadi masalah besar dan bom waktu bagi semua elemen masyarakat. Nah disinilah hukum sebab akibat berlaku—sebab masyarakat kita tak sadar pada bahaya sampah hingga lempar sana lempar sini berakibat pada berbagai musibah sebut saja banjir, longsor, timbulnya berbagai macam penyakit dan rusaknya terumbu karang di lautan.

Masih ingat nggak kawan-kawan, menolak lupa pada tragedi TPA di Leuwigajah cimahi 2005 yang menelan korban ratusan jiwa karena longsor akibat hujan yang terus mengguyur. Pun sampah TPA tersebut menggunakan sistem dumping yakni dibuang dan ditumpuk begitu saja. Akibatnya pemukiman warga berubah menjadi lahan sampah ketika banjir menghantar sampah hingga ke rumah-rumah mereka. Tragedi ini mungkin pertama kali terjadi dalam sejarah peradaban manusia—tragedi hilangnya manusia akibat tertimbun sampah.

Suatu ketika kawan saya yang rumahnya tak jauh dari TPA yang berlokasi di Antang Makassar berucap, “Kau tau tidak Makassar itu kota dengan produksi sampah terbanyak ketiga di Indonesia, ini bukan prestasi namun entah mengapa persoalan sampah tak asik dibahas oleh mahasiswa.” Bukan saya mendiskreditkan mahasiswa di kampus saya, namun ucapan kawan saya satu ini cukup benar. Setiap kawan yang saya temui entah dia organisatoris, aktivis atau tergabung dalam kelompok pecinta alam bahkan enggan membaca atau terlibat dalam dialog bertemakan lingkungan. Bahkan diajak ngobrol perihal lingkungan pun yang timbul adalah mimik malas—bukan karena kurang referensi—namun entah mengapa isu satu ini kurang peminat.

Semacam kurang wow lah dimata kebanyakan mahasiswa. Seperti hal yang asyik bagi mereka sudah tentu apa yang disebut romantisme, anarkisme, politik—tataran kampus,daerah atau nasional—atau olahraga alam. Namun bukan berarti tak ada yang peduli atau tergabung dalam gerakan isu-isu lingkungan—namun sudah pasti tak sebanyak dari tak peduli.

Jika ditelisik saat ini masing-masing Pemda Kota dan Kabupaten giat mensosialisasikan program yang boleh kita sebut ‘’lingkungan bersih’’. Di Makassar ada Gerakan Makassar Ta ‘No Rantasa (Makassar tak kotor dan kumuh) sedangkan di Mamuju ada Mamuju Mapaccing (Mamuju bersih dan indah). Gerakan ini sudah tentunya mendulang partisipasi warga agar semua elemen tak hanya Pemerintah sebaga pembuat regulasi namun keterlibatan warga adalah andil besar dalam menyukseskan program.

Semoga kita tak hanya sibuk bertikai soal politik—menonton sidang gugatan Pilpres bak sinetron, heboh perihal berislamnya Deddy Corbuzier atau sang Papa yang kembali berulah—namun selundupan sampah dari negara luar cukup memantik diskusi hangat pada ruang-ruang sosial hingga kita sadar persoalan sampah adalah PR bersama.

Terakhir diperbarui pada 14 Januari 2022 oleh

Tags: impor sampahLingkunganluar negeriSampahSampah Plastik
Hafis Hamdan

Hafis Hamdan

Artikel Lainnya

9 Merek Fesyen Lokal yang Kualitasnya Tak Kalah dengan Brand Fast Fashion Luar Terminal Mojok.co

9 Merek Fesyen Lokal yang Kualitasnya Tak Kalah dengan Brand Fast Fashion Luar

29 April 2022
Kemampuan Bahasa Inggris Orang Indonesia Memang Rendah, Terus Kenapa?

Kemampuan Bahasa Inggris Orang Indonesia Memang Rendah, Terus Kenapa?

24 Maret 2022
Moto GP Mandalika

Bukan Pawang Hujan, Ini Pihak yang Harus Dihujat dari Gelaran MotoGP Mandalika

22 Maret 2022
8 Varian Indomie yang Hanya Beredar di Luar Negeri dan Tak Ada di Indonesia Terminal Mojok.co

8 Varian Indomie yang Hanya Beredar di Luar Negeri dan Tak Ada di Indonesia

11 Maret 2022
4 Barang Indonesia yang Sebaiknya Dibawa Merantau ke Luar Negeri Terminal Mojok

5 Barang Indonesia yang Sebaiknya Dibawa Merantau ke Luar Negeri

12 Februari 2022
Seni Memulung Sampah di Jepang terminal mojok

Seni Memulung Sampah di Jepang

17 Desember 2021
Pos Selanjutnya
Facial Treatment bagi Saya Seperti Membayar untuk Disakiti terminal mojok.co

Menghilangkan Jerawat Membandel Dengan Cara Menikah

Terpopuler Sepekan

Cara-cara Starbucks Membuat Pembeli Mengeluarkan Uang Lebih Banyak

Cara Starbucks Membuat Orang Tertarik Beli meski Tahu Harganya Mahal

13 Mei 2022
Sebagai Orang Magelang, Saya Menuntut Adanya Malioboro di Kota Ini Terminal Mojok.co

Sebagai Orang Magelang, Saya Menuntut Adanya Malioboro di Kota Ini

16 Mei 2022
3 Rahasia Sukses Bisnis Toko Kelontong ala Orang Cina

3 Rahasia Sukses Bisnis Toko Kelontong ala Orang Cina

14 Mei 2022
Transportasi Publik di Surabaya Dibuat Sekadar untuk Gimik Politik Terminal Mojok

Transportasi Publik di Surabaya Dibuat Sekadar untuk Gimik Politik

15 Mei 2022
10 Lagu Bahasa Inggris dengan Lirik yang Mudah Dihafal dan Dinyanyikan Terminal Mojok

10 Lagu Bahasa Inggris dengan Lirik yang Mudah Dihafal dan Dinyanyikan

2 Januari 2022
4 Alasan Surabaya Nggak Bisa Diromantisasi Layaknya Jogja Terminal Mojok.co

4 Alasan Surabaya Nggak Bisa Diromantisasi Layaknya Jogja

19 Mei 2022
Rekomendasi 5 Drama Korea Makjang Terbaik Sepanjang Masa Terminal Mojok

Rekomendasi 5 Drama Korea Makjang Terbaik Sepanjang Masa

17 Mei 2022

Dari MOJOK

  • Syaeful Cahyadi: Menceritakan Makam Untuk Menggali Konteks Kesejarahan
    by Ali Ma'ruf on 20 Mei 2022
  • Konsep Transmigrasi Sudah Kuno, Kemendes Terapkan Transpolitan
    by Yvesta Ayu on 20 Mei 2022
  • Rahasia Mie Gacoan Jadi Jagoan Mie Pedas di Jawa dan Bali
    by Isidorus Rio Turangga Budi Satria on 19 Mei 2022
  • Nasirun, Santrinya, dan Lukisan-lukisan yang Pulang
    by Arif Hernawan on 19 Mei 2022
  • Cerita Simone Inzaghi yang Sering Dibandingkan dan Stefano Pioli yang Kerap Diremehkan
    by Ali Ma'ruf on 19 Mei 2022

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=GwazDvZPZ_Q&t=619s

Subscribe Newsletter

* indicates required

  • Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
DMCA.com Protection Status

© 2022 Mojok.co - All Rights Reserved .

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Gaya Hidup
    • Cerita Cinta
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Hewani
    • Kecantikan
    • Kuliner
    • Nabati
    • Olahraga
    • Otomotif
    • Personality
  • Hiburan
    • Acara TV
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Pojok Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Politik
  • Media Sosial
  • Luar Negeri
  • Mau Kirim Tulisan?
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2022 Mojok.co - All Rights Reserved .

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In