Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Musim Hujan dan Banjir Tiba, Berhenti Menyalahkan Sampah!

Dini N. Rizeki oleh Dini N. Rizeki
8 Desember 2019
A A
Musim Hujan dan Banjir Tiba, Berhenti Menyalahkan Sampah!
Share on FacebookShare on Twitter

Musim penghujan sudah tiba, isu banjir pasti akan (atau mungkin sudah) jadi topik pembahasan di media negara kita. Repot ya, musim panas kebakaran dan penuh asap, saat musim hujan malah banjir. Kedua hal ini semacam sudah identik sekali, dan seiring berjalannya tahun, isu banjir ini bukannya malah berkurang malah semakin banyak. Semakin lebar wilayah di Indonesia yang terkena dampak banjir saat musim penghujan. Merata mulai dari desa dan kampung di kota kecil sampai kota besar seperti Surabaya dan (uhuk) DKI Jakarta.

Siapa yang (di)salah(kan)?

Sampah.

Karena menyumbat aliran air di kali atau sungai.

Hmmm, yakin?

Saya mau cerita sedikit.

Beberapa waktu lalu saat menemani krucil kegiatan renang bersama teman-temannya, saya sempat kaget karena ternyata kebiasaan yang ditanamkan para orang tua itu memang berbeda-beda.

Sebelum memasuki area kolam renang, sambil menunggu yang lain, kami membeli es tebu. Beberapa teman anak saya membuang plastik bekas es tersebut begitu saja, ada yang ditegur oleh ibunya (hanya ditegur), ada yang malah disarankan oleh ibunya. Sedangkan anak saya rela berjalan kurang lebih 50 meter untuk membuang plastik tersebut ke tong sampah tanpa saya suruh. Saya kaget. Usia mereka sama tapi kebiasaannya beda. Dan lucunya, anak saya ditertawakan karena dia melakukan hal yang benar.

Baca Juga:

Jalanan Jakarta Saja Sudah Menyebalkan, Ditambah Musim Hujan Makin Mengesalkan

Derita Punya Rumah Pinggir Sungai, Angan-angan Hidup Damai Rusak karena Banjir dan Reptil

Saya bukan membela anak saya, bukan juga menyalahkan anak yang lain. Yang saya salahkan adalah sikap orang tuanya yang tidak membiasakan hal sekecil itu kepada anaknya. Saya tahu itu tidak mudah. Anak saya dulu juga suka mengomel bila saya minta untuk membuang sampah di tempat yang benar, tapi akhirnya mereka terbiasa.

Sama, saya juga diajarkan begitu oleh orang tua saya. Bila bepergian, saya tak bisa lepas dari permen. Dan tak mungkin saya membuang bungkus permen begitu saja di sepanjang jalan. Saku belakang celana saya sebelah kanan adalah saksi bahwa saya selalu ‘menyimpan’ bungkus-bungkus permen itu daripada harus membuangnya sembarangan. Saat tiba di tujuan atau malah setelah sampai di rumah barulah saya buang ke tempat sampah.

Ini hal kecil. Kebiasaan kecil. Tapi efeknya bisa sangat besar. Bagaimana bila yang membuang plastik es itu lebih dari lima anak? Bagaimana bila yang membuang bungkus permen itu separuh dari penumpang angkutan umum? Oh, ayolah. Akan jadi apa lingkungan kita? Lalu saat banjir karena air sungai meluap kita menyalahkan banjir? Menyalahkan hujan atau pemerintah? Ngaca, Gaes!

Dulu saat masih tergabung di sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang concern ke permasalahan lingkungan hidup, setiap 3 sampai 5 kali dalam satu tahun, saya dan beberapa teman biasanya mengadakan agenda bersih-bersih. Kami menyebutnya ‘Bebersih Bumi’ karena kami memang datang ke tempat wisata seperti gunung atau pantai untuk membantu membersihkan sampah yang ditinggalkan oleh pemiliknya secara sembarangan di sana.

Efektif? Tidak juga.

Frekuensi agenda bersih-bersih kami dan ‘datangnya’ sampah sangat tidak seimbang. Pernah di satu gunung yang belum di puncaknya saja kami sudah bisa mengumpulkan sampai dengan lima kantung sampah ukuran besar. Jumlah yang cukup fantastis.

Belum lagi di pantai, di mana banyak pedagang makanan dan minuman. Tentu jumlah sampah bisa sampai dua kali lipatnya. Bukannya tidak mungkin sampah yang kalian tinggalkan itu akan mengalir ke lautan. Saya sedih bila mendengar berita banyak hewan laut yang mati karena mengkonsumsi sampah plastik kita. Seruan untuk mengurangi penggunaan plastik dan membuang sampah pada tempatnya ini sudah ada sejak lama, kenapa kita masih belum bisa sadar juga? Sekarang banyak hewan laut yang jadi korbannya, mau nunggu kita sendiri yang makan plastik lalu mati baru bisa sadar?

Sekali lagi, ini tentang kebiasaan kecil.

Jalan-jalan ke pantai, boleh. Silakan. Tapi bertanggung jawablah. Buang sampah jangan sembarangan, saya yakin pedagang makanan dan minuman itu juga ada yang menyediakan tempat sampah kok.

Mau merasakan ditempa oleh alam dengan mendaki gunung? Boleh. Sekaligus mempererat kekompakan dan kerjasama tim dengan sahabat-sahabat kalian, kan?

Tapi ingat untuk selalu membawa turun lagi sampah kalian. Jangan ditinggal begitu saja di gunung atau tempat berkemah. Kalau sudah begitu barulah pantas kalian disebut seorang pencinta alam.

Bukan, saya menulis ini bukan untuk pencitraan atau event hari tertentu. Saya menulis ini karena sudah muak. Bila masih ada kebiasaan baik yang bisa kita lakukan dan tanamkan pada anak, kenapa kita membiasakan diri melakukan yang kurang baik?

Nah, sampai di sini yakin nih masih mau menyalahkan sampah kalau daerah tempat tinggal kalian kebanjiran?

BACA JUGA Tangani Banjir Jakarta dengan Ajak Air Bicara atau tulisan Dini N. Rizeki lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 8 Desember 2019 oleh

Tags: banjirmusim hujanSampah
Dini N. Rizeki

Dini N. Rizeki

Seorang yang menulis supaya tetap waras.

ArtikelTerkait

5 Ruas Jalan di Kota Kediri yang Menyimpan Bahaya dan Wajib Diwaspadai Saat Turun Hujan

5 Ruas Jalan di Kota Kediri yang Menyimpan Bahaya dan Wajib Diwaspadai Saat Turun Hujan

8 Januari 2024
Berkunjung ke Gunung Telomoyo Saat Musim Hujan Hanya Mendatangkan Kecewa, Mending Urungkan Niatmu dan Rebahan di Rumah

Berkunjung ke Gunung Telomoyo Saat Musim Hujan Hanya Mendatangkan Kecewa, Mending Urungkan Niatmu dan Rebahan di Rumah

5 Maret 2025
Masjid di dekan kawasan simpang lima semarang underground city bekasi

Pembangunan Underground City Simpang Lima Semarang: Yakin Bisa Lolos dari Banjir?

3 Maret 2023
Adakah Dana Istimewa untuk Sampah yang Tidak Istimewa? TPST Piyungan, ASEAN Tourism Forum, Jogja krisis sampah di jogja bantargebang

TPST Piyungan Ditutup Lagi, Kapan Jogja akan Benar-benar Menemukan Solusi untuk Sampah yang Makin Melimpah?

22 Juli 2023
7 Benda Kecil yang Diperlukan para Pekerja di Musim Hujan Terminal Mojok

7 Benda Kecil yang Diperlukan para Pekerja di Musim Hujan

11 Oktober 2022
Hujan Itu Indah, tapi Tidak buat Orang yang Rumahnya Dekat Sungai

Hujan Itu Indah, tapi Tidak buat Orang yang Rumahnya Dekat Sungai

7 Desember 2023
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Fakta Kerja di Bali Tidak Seindah Kata Orang (Unsplash)

Fakta Kerja di Bali Tidak Seindah Kata Orang

5 November 2025
Kuliah Merantau di Jogja, eh Dikira Klitih karena Pakai Scoopy (Unsplash)

Pengalaman Pahit Menjadi Mahasiswa Rantau di Jogja ketika Motor Scoopy Saya Disangka Motornya Pelaku Klitih

3 November 2025
Indosat Sebenarnya Provider yang Unggul kecuali Notifikasinya yang “Mengotori” Layar Mojok.co

Indosat Sebenarnya Provider yang Unggul kecuali Notifikasinya yang “Mengotori” Layar

4 November 2025
Resep Membuat Nasi Goreng agar Rasanya Mirip dengan yang Dimasak Abang-abang Penjual Nasgor Mojok.co

Resep Membuat Nasi Goreng agar Rasanya Mirip dengan yang Dimasak Abang-abang Penjual Nasgor

4 November 2025
Kartasura Sering Dikira Bagian dari Solo padahal Sudah Beda Kabupaten

Kartasura Sering Dikira Bagian dari Solo padahal Sudah Beda Kabupaten

8 November 2025
Selama Real Madrid Tidak Percaya dengan Strikernya, Lupakan Meraih Gelar UCL ke-16

Selama Real Madrid Tidak Percaya dengan Strikernya, Lupakan Meraih Gelar UCL ke-16

6 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=rrP1NPUFHS0

DARI MOJOK

  • Pameran “Petak Umpet Sastra Anak” Mengumpulkan Orang Dewasa yang Rindu dengan Novel Anak Karya Penulis Indonesia
  • Di Balik Tangkapan Jitu Kiper Futsal UGM: Cedera di Jari Tangan hingga Doa Orang Tua yang Selalu Mengiringi
  • El Capitano dan Sepasang Decker yang Menjaga Irama Permainan Tim Futsal Putri UGM
  • Simbol Semarang “Kota Pelestari Budaya”: Festival Wayang, Patung Bima Srikandi, hingga Akademi Wayang
  • Guru Tak Pernah Benar-benar Merasa Pulang, Raga di Rumah tapi Pikiran dan Hati Tertinggal di Sekolah
  • Starcross Membuktikan bahwa Nilai Kreativitas dan Komunitas Lebih Kuat dari Tren yang Datang dan Pergi

Summer Sale Banner
  • Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
  • Laporan Transparansi
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.