Thomas Shelby, Peaky Blinders, om-om ganteng berjenggot, Christian Bale nyengir-nyengir. Belakangan ini beberapa hal (cringe) di atas telah ditonton berjuta-juta orang di banyak platform sosial media dan di bawah satu hastag yang sama, #SigmaMale. Entahlah sejak kapan dan dari siapa tren sigma male ini bisa menjadi viral di sosial media. Saking viralnya, tren sigma male ini bahkan sudah menjadi culture yang menyetir mindset dan tingkah laku bagi para pengikutnya, pria-pria muda delusional yang kebelet disebut cool.
Yah awalnya sih saya biasa-biasa aja melihat narasi-narasi sigma male ini berseliweran. Dulunya saya menganggap narasi ini sebagai media self-improvement bagi kaum “jantan” untuk memaksimalkan potensi maskulinitasnya. Tapi kok saya lihat-lihat, tren ini kok lama-lama makin keluar jalur dan semakin meresahkan bagi nusa, bangsa, dan stabilitas dunia.
Sebelum membahas masalahnya lebih dalam, mari kita memahami konsep asli dari sigma male terlebih dahulu. Pada dasarnya, istilah ini pertama kali muncul dari klasifikasi The Socio Sexual Hierarchy yang dipopulerkan oleh Vox Day. Klasifikasi ini membagi kepribadian manusia secara hierarkis dalam berbagai tingkatan Alpha, Beta, Delta, Gamma, dan Omega. Dalam hierarki tersebut, tipe Alpha menjadi tipe yang menempati posisi paling tinggi dan tipe Omega menjadi tipe yang paling “nrimo ing pandum”.
Lantas bagaimana dengan tipe Sigma? Menurut klasifikasi The Socio Sexual Hierarchy, tipe Sigma adalah tipe unggulan yang berada di luar hierarki tadi. Dengan kata lain, tipe Sigma adalah versi lain dari tipe Alpha sebagai tipe unggulan tapi dalam versi yang bebas dan “fuck off” dengan sistem hierarki sosial mainstream.
Lebih lanjut, ciri-ciri dari tipe kepribadian sigma bagi kaum pria sendiri antara lain: introvert, mandiri, rebel, eksentrik, misterius, bisa debus, kebal tembak peluru gotri, serta sifat-sifat keren nan menggatelkan lainnya.
Dari ulasan konsep kepribadian sigma male tadi, dapat kita lihat bahwa tipe kepribadian ini sukses mengangkat kesan maskulinitas dan sesuai dengan penggambaran “cowok jantan” yang selama ini dipropagandakan. Dan oleh karena itu lah, banyak cowok-cowok—biasanya yang kurang hoki di percintaan—yang tertarik dan akhirnya mencoba peruntungan mereka dengan mengadopsi secara prematur sifat-sifat sigma male tadi.
Baca halaman selanjutnya
Dari sinilah permasalahannya bermula…