Timnas Inggris berhasil memulai petualangan mereka di Piala Dunia 2022 dengan hasil memuaskan. Tim berjuluk The Three Lions itu sukses mengandaskan perlawanan wakil Asia, Iran, dengan skor fantastis, 6-2.
Jude Bellingham, Raheem Sterling, Marcus Rashford, dan Jack Grealish masing-masing menyumbangkan sebiji gol, sebelum ditambahkan brace dari sang Star Boy, Bukayo Saka. Sementara dua gol hiburan untuk Iran dilesakkan oleh si Nomor 9, Mehdi Taremi.
Bagi fans timnas Inggris, kemenangan ini tentu akan membuat mereka senang bukan kepalang dan optimis menyambut laga-laga selanjutnya. Lalu untuk pendukung Iran, saya pikir mereka juga akan berbangga hati karena penampilan tim kebanggaannya sama sekali nggak malu-maluin.
Jauh lebih baik daripada Qatar, sang tuan rumah yang betul-betul dibuat tak berdaya oleh Ekuador di laga pembuka. Lagian, para fans Iran pun harus ingat: bisa tampil di Piala Dunia dan mencetak dua gol ke gawang Inggris merupakan prestasi yang nggak boleh disepelekan. Susah, loh, untuk melakukannya.
Begitu pertandingan usai, media sosial langsung dibanjiri dengan deretan komentar dari para penggemar The Three Lions. Ya, apa lagi kalau bukan “It’s Coming Home”. Tiga kata tersebut tak pernah mereka lupakan setiap kali timnas Inggris meraih hasil positif di sebuah turnamen akbar.
Sebagai contoh, pada Piala Dunia 2018 lalu, “It’s Coming Home” telah digaungkan sejak laga perdana Inggris. Namun, apakah akhirnya sepak bola benar-benar pulang ke “rumah”-nya? Ya, tidak, dong. Lah, wong justru Harry Kane dkk. yang harus pulang setelah disingkirkan Kroasia di semifinal.
Kemudian, marilah kita beranjak ke ajang Euro 2020 lalu. Lagi-lagi, tiga kata penuh makna itu kembali ramai disuarakan. Namun, pada akhirnya para fans kembali harus gigit jari setelah Inggris tumbang di tangan Italia pada laga puncak.
Jika ada penghargaan untuk fans sepak bola tersabar, saya yakin penggemar Timnas Inggris sangat layak untuk memenanginya. Selain itu, fans MU juga sama layaknya, kok. Hehehe.
Kini, marilah kita melupakan segala memori pahit itu. Di ajang Piala Dunia 2022 ini, Inggris telah bertransformasi menjadi tim yang lebih kuat. Tengok betapa bek-bek mereka mampu bergerak begitu nyaman dalam mengalirkan bola ke depan.
Di lini tengah, bagaimana kita tidak bisa menikmati penampilan sang maestro muda, Jude Bellingham? Sulit untuk percaya bahwa usianya masih 19 tahun, hanya sekitar setahun lebih muda dari saya, wahai pembaca sekalian. Dia bisa tampil begitu tenang, “dewasa”, dan tak terlihat bahwa ini merupakan debut perdananya bermain di Piala Dunia.
Dan di sektor penyerangan, pujian sebesar-besarnya mesti dilayangkan kepada Bukayo Saka. Dua golnya ke gawang Iran sungguh istimewa. Namun, bagi yang rutin menyaksikan pertandingan-pertandingan Arsenal, seharusnya kalian sudah tidak begitu terkejut akan kegemilangan sang winger kanan andalan. Singkatnya: Saka memang sejago itu. No debat.
Selain itu, secara mentalitas, kini para penggawa The Three Lions juga pasti makin tangguh. Toh, mayoritas dari mereka memang bermain di Liga Inggris, liga yang katanya terbaik di seluruh dunia itu.
Lalu, untuk Bellingham sendiri, meskipun “hanya” berkompetisi di Bundesliga, tetapi dia telah mengantongi banyak menit bermain di ajang-ajang besar seperti Champions League. Jadi singkatnya, tim Inggris yang sekarang sangat jauh dari kata “kaleng-kaleng”.
Dengan modal seperti itu, apakah “It’s Coming Home” akan segera terwujud? Apakah Gareth Southgate dan pasukannya mampu membawa pulang trofi Piala Dunia ke tanah Inggris?
Saya pikir, hal itu sangat mungkin terjadi. Tidak ada yang tidak mungkin dalam dunia si kulit bulat. Namun, ada baiknya Inggris tidak langsung terbang ke langit ketujuh setelah pesta gol ini; mereka harus kembali menapak bumi dan menyadari bahwa ini barulah partai pembukaan.
Artinya, masih banyak laga-laga main yang mesti mereka mainkan sebelum mengukuhkan diri sebagai juara dunia. Masih banyak tim lain yang lebih tangguh dari Iran yang harus dapat mereka taklukkan.
Di Fase Grup, mungkin mereka cuma akan bersua Amerika Serikat dan Senegal (selain Iran, tentunya). Dua negara tersebut levelnya cenderung di bawah Inggris, sehingga belum dapat dikatakan sebagai penantang yang benar-benar sulit.
Namun, bagaimana di babak 16 besar? Lalu 8 besar? Semifinal? Dengan catatan, kalau Inggris mampu untuk terus melaju, loh, ya. Kalau ternyata malah tereliminasi duluan? Ya, bye-bye, Piala Dunia. Sampai jumpa di lain kesempatan, “It’s Coming Home”.
Jadi, kepada anak asuh Gareth Southgate, izinkan saya mengingatkan satu hal: cepatlah kembali ke bumi, jangan terlalu terbawa euforia. Ingatlah, perjalanan kalian masih sangat panjang.
Walaupun begitu, saya juga mesti mengakui bahwa hasil mengesankan di laga pembuka ini akan menjadi bekal yang sangat penting bagi timnas Inggris. Saat ini, jujur saya cukup optimis bahwa mereka memiliki peluang besar untuk “Bring it home”.
Jika mereka dapat terus tampil konsisten di level yang sama seperti yang mereka tunjukkan di hadapan Iran, impian itu pasti dapat terwujud. Pada akhirnya, bukan tak mungkin bahwa di ujung turnamen ini, kalimat “It’s Coming Home” tak hanya akan menjadi ocehan di dunia maya saja, melainkan menjelma doa yang benar-benar terkabul dan berubah menjadi kenyataan.
Benar, kan, Timnas Inggris?
Penulis: Bintang Ramadhana Andyanto
Editor: Yamadipati Seno
BACA JUGA Gareth Southgate dan Alasan Timnas Inggris Dianggap Overrated