Sebagian besar dari orang di muka bumi paham akan perangai Dora, temannya Boots si Monyet. Dora adalah gadis periang yang suka berpetualang, punya barang-barang ajaib, dan musuh bebuyutannya adalah seekor rubah yang suka mencuri. Dora memang rajin membantu, namun ia super duper telmi. Walau saat kita masih TK, Dora adalah wujud idola yang sebenar-benarnya idola bocah.
Saat sudah masuk SD, saya yakin Dora akan menjadi sosok yang memuakkan bagi kita. Karena saya sendiri nonton kartun ini saat SD, jadi saya paham betapa menyebalkannya Dora. Ia tak punya inisiatif, lambat, bahkan tak punya fokus yang baik. Bayangkan, tempat yang dituju sudah kelihatan, tapi ia tetap harus buka peta dan tanya ke kita. Yang lebih jengkel lagi perihal fokusnya yang buruk. Ia sering bingung pada suatu masalah sederhana, yang bahkan solusinya berada di depan matanya. Karena itulah, banyak orang yang jengkel sama si bocah ini.
Namun, Nickelodeon tak pernah berhenti membuat kita jengkel. Bahwa sebenarnya tak hanya Dora yang bikin mangkel. Sebuah acara berjudul Blue’s Clues adalah jawabannya. Bahkan ia lebih senior dari si Dora. Dengan kata lain, ia lebih dulu hadir di dunia untuk bikin jengkel banyak orang.
Acara ini dipandu oleh Steve (Steve Burns), seorang remaja pria yang kala itu hobi mengenakan kaus hijau garis-garis, mirip baju warok versi vegetarian. Steve yang sebenarnya lebih cocok disebut pria dewasa itu, punya perangai yang mirip dengan Dora. Ia adalah Dora versi kebapakan. Steve adalah pria yang akan menurut dengan segala yang Blue lakukan. Siapa bilang manusia budak kucing, nyatanya ada juga yang jadi budak anjing dua dimensi.
Steve juga tak punya inisiatif, dan Blue tak mau langsung berterus terang. Ia serupa gadis remaja labil yang jika ditanya mau makan di mana selalu jawab terserah. Blue tak langsung mau mengungkapkan apa yang ia mau, ia berbelit-belit. Dengan cap kakinya yang berwarna biru, ia akan memberikan petunjuk. Tugas Steve adalah mencari semua petunjuk, menggambarkannya di sebuah buku catatan, lalu menebaknya bersama botol garam yang bisa bicara.
Steve bisa saja memaksa Blue untuk berterus terang. Nyatanya ia malah lebih senang mencari petunjuk. Masalahnya, Steve ini juga tak punya fokus yang baik, telmi, dan mungkin sulit ditolong. Ia tak pernah melihat petunjuk kalau tak kita bantu, bahkan saat petunjuk itu ada di depan matanya. Perlu usaha ekstra untuk membuat Steve mengerti maksud kita, ia tak langsung paham meski kita sudah berteriak. Pokoknya mirip banget sama Dora.
Meski harus saya akui Steve itu jago gambar. Ia mungkin adalah orang yang kreatif meski kurang bersosialisasi. Setidaknya Dora punya Beni sapi, Isa iguana, bahkan Swiper. Sementara Steve hanya berteman dengan meja, kotak surat, botol garam, dan benda-benda lain di dalam rumahnya. Dan yang paling menyebalkan dan aneh adalah Steve diterima kuliah. Lewat jalur mana ia diterima kuliah, atas dasar apa seseorang yang nggak mudengan macam Steve berkuliah. Tapi, nyatanya ia pergi dan digantikan oleh Joe (Donovan Patton) sepupunya.
Tapi, akhirnya waktu membuka tabir. Setelah kini dewasa, acara-acara tak masuk akal itu justru kita rindukan. Apalagi saat kita menontonnya bareng anak atau keponakan. Mau diakui atau tidak, makin dewasa kok, rasanya lebih nyaman menonton Blue’s Clues, Dora, Chibi Maruko Chan, apalagi Doraemon. Hal yang mulanya kita anggap bodoh, ternyata membekas kuat dan memberikan banyak hal baik pada kita. Apalagi saat kemarin Steve yang tampak sudah matang dan botak muncul lagi September tahun lalu. Setelah 19 tahun ia hilang, tiba-tiba ia mengajak kita untuk kembali mengingat kenangan kita bersamanya. Dan obat apa yang lebih ampuh dalam menghadapi kegilaan masa dewasa, selain mendengar lagi petuah-petuah Steve soal masa dewasa yang rupanya memang tak mudah bagi banyak orang.
Penulis: Bayu Kharisma Putra
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA 5 Serial Netflix yang Bikin Berhenti Nonton bahkan Saat Episode Awal.