Pertengahan Maret, saya dan istri menempati rumah di salah satu kompleks perumahan cluster yang berada di Bandung. Kami mendapatkan informasi tentang rumah tersebut setelah mencari-cari selama beberapa hari. Pun sebelum menempati rumah itu, saya sempat melihat beberapa opsi perumahan yang ada. Dalam proses tersebut, saya juga sempat melihat tawaran perumahan syariah.
Setelah saya cari tahu agak dalam, saya akhirnya tahu bahwa perumahan syariah dirancang agar kental nuansa Islaminya. Ya iyalah, namanya juga syariah. Tapi, yang paling unik, menurut saya sih, di tiap rumahnya, ada ruang kecil untuk salat. Jadi, tak hanya tatanan perumahannya, desain rumahnya pun dibikin bernuansa syariah.
Nah, dalam proses mencari tahu tersebut, akhirnya saya tahu bahwa stereotip perumahan syariah yang saya pegang selama ini keliru semua. Ada banyak sebenarnya, tapi saya akan membagikan dua stereotip paling umum yang ternyata keliru. Kenapa hanya dua? Karena ini yang paling penting bagi saya.
#1 Hanya untuk muslim
Memang, mendengar dari namanya, banyak orang yang beranggapan kalo kompleks perumahan ini hanya untuk ditujukan kepada pemeluk agama Islam. Jadi, orang-orang non-Islam nggak boleh tinggal di kompleks perumahan ini. Perumahan ini eksklusif banget, lah.
Dan ternyata itu semua tidak benar, Sodara-sodara.
Hal itu dibuktikan dengan jawaban beberapa customer service developer perumahan syariah yang saya hubungi. Ternyata, perumahan tersebut menerima pemeluk agama lain. Kalau cuman satu developer, nggak valid lah ya. Lah, ini banyak je.
Jadi, gugur sudah premis perumahan jenis ini tuh eksklusif untuk pemeluk Islam. Kalian malah jadi ngerasa aneh nggak? Tunggu dulu, ada yang lebih aneh.
#2 Transaksi bebas riba
Kalo kita baca tulisan-tulisan tentang kompleks perumahan syariah via internet, perumahan syariah selalu digembor-gemborkan menerapkan nilai-nilai syariah, mulai dari hal kecil hingga yang besar. Salah satunya menggunakan sistem pembayaran syariah. Namun, kenyataannya nggak (selalu) demikian. Malah, pembayaran angsurannya bisa juga secara konvensional.
Saya tahu informasi ini ya masih dari CS developer. Beliau menawarkan transaksi non-syariah pada saya. Mungkin karena kebanyakan nanya, dikira mau beli kali ya. Nah, di titik itu saya merasa aneh. Kalaupun menerima penghuni selain pemeluk Islam, bukankah transaksi seharusnya tetap pake akad syariah?
Dan ini yang paling penting, jualan utama perumahan syariah adalah transaksi yang bebas dari riba kan. Sedangkan, transaksi konvensional pada umumnya kan dianggap riba. Lalu, kenapa masih dipakai?
Entah apa alasan mereka, yang jelas, dua stereotip perumahan syariah yang saya pahami dan pegang selama ini ternyata keliru. Pada akhirnya, yang namanya bisnis, ya kayak gitu. Kayak gitu gimana? Aaah paham lah maksud saya.
Kalau penjelasan ini bikin Anda jadi ragu beli, coba diubah cara pandangnya. Mungkin perumahan syariah lebih tepat disebut kemasan, atau tawaran suasana Islami dari fisik dan lingkungan. Saya yakinnya sih, meski bisa dibeli oleh pemeluk agama lain, tetap saja akan ludes dibeli oleh Muslim kok. Mayoritas kok.
Jadi, itulah penjelasan saya tentang stereotip ini. Saran saya, setelah ini, sebaiknya nggak usah yakin-yakin banget atas apa pun, kecuali pada Tuhan. Itu mah wajib.
Penulis: Rahadian
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Dear Fans Manchester United, Belajarlah dari Kesombongan Kalian Selama Ini