Dalam mempersiapkan pesta pernikahan, banyak calon pengantin yang tentu ingin mendapatkan pengalaman berkesan. Wajar saja, karena menikah adalah salah satu momen yang terbilang sakral dalam hidup. Maka dari itu, sudah selayaknya para calon pengantin membuat perencanaan sebaik mungkin—dengan ide yang tak kalah mumpuni.
Dalam persiapan pesta pernikahan, tak jarang pula para calon pengantin dan besan bertukar pikiran perihal konsep pesta yang akan diusung. Karena kesibukan masing-masing pihak keluarga dan ketidakmungkinan mengurus juga merencanakan setiap saat sampai dengan hari dilangsungkannya pesta pernikahan, seringkali pihak dari kedua mempelai menggunakan jasa WO (Wedding Organizer) untuk membantu dalam pembuatan konsep acara dan pesta hingga prosesnya secara langsung.
Dalam pemilihan Wedding Organizer, biasanya seseorang akan memilih sesuai dengan selera, karena tentu setiap Wedding Organizer memiliki konsep masing-masing, meski tetap pada akhirnya menyesuaikan selera pelanggan atau menyesuaikan permintaan para pelanggan. Selain itu, ada juga yang memilih menggunakan jasa Wedding Organizer berdasarkan asas kepercayaan—saling percaya satu sama lain. Entah karena sudah lama saling mengenal atau baru saja berkenalan juga melihat melalui akun instagram.
Sayangnya, ada Wedding Organizer yang tidak memegang teguh komitmen seperti persetujuan awal yang sudah disepakati, membatalkan persetujuan secara sepihak, bahkan ada pula yang kabur dan tidak diketahui keberadaannya di mana! Biasanya, Wedding Organizer abal-abal seperti ini seringkali ditemui di media sosial dan tidak memiliki kantor tetap. Sehingga, ketika ada laporan penting atau perlu follow-up bahkan pertanggungjawaban acara, mereka dapat dengan leluasanya kabur setiap saat.
Cerita serupa seringkali ditemui di linimasa akun Twitter saya yang memang sudah diretweet sebelumnya oleh beberapa teman. Ketika membaca utasannya, rasanya kok miris. Betapa tidak, biaya yang sudah disetorkan sudah pasti tentu tidak sedikit. Ada yang sudah mentransfer DP belasan hingga puluhan juta, bahkan ada pula yang sudah melunasi pembayarannya.
Hal seperti itu sudah seharusnya diantisipasi sedari awal agar kejadian tersebut tidak terulang kembali. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan, diantaranya dengan mengecek apakah Wedding Organizer memiliki lokasi tetap atau tidak. Kroscek dapat dilakukan melalui penelusuran di internet. Jika memang kredibel dan informasi valid, biasanya akan muncul juga beberapa testimoni dari pengguna jasa WO tersebut.
Biasanya, Wedding Organizer yang kredibel memiliki rekanan atau vendor tetap untuk catering, wardrobe, beserta MUA-nya. Semakin lama WO ini beroperasi, pasti semakin banyak pula review tentang bagaimana pelayanan mereka.
Jangan tertipu dengan manisnya foto ruang gedung, hasil dari beberapa proses resepsi yang sudah dilakulan, feed pada media sosial yang rapi, menarik, dan lain sebagainya. Tetap lakukan perbandingan dari sisi kualitas dan juga harga. Harga murah dibanding dengan vendor lain pun belum menjadi jaminan pelayanan meragukan. Lha gimana, harga mahal pun masih ada saja yang tidak komitmen dan kabur begitu saja, kok.
Saya sendiri lebih memilih Wedding Organizer langsung dari gedung resepsinya saja dengan harga yang sudah dipaketkan. Mungkin cara ini terkesan jadul dan kuno diantara berbagai cara yang lebih mudah—sambil melihat katalog di media sosial. Namun, saya meyakini cara tersebut lebih aman dan terpercaya. Bisa bertemu dengan tim WO pada waktu yang ditentukan, mengecek lokasi kantor, terpenting dan yang menjamin adalah diberi keleluasaan untuk merasakan tester makanan jika sedang ada pesta yang dilangsungkan. Jadi, validitas dan kinerja tim WO juga bisa sambil dimonitoring secara langsung sebelum giliran saya di waktu mendatang.
Tentu, tidak semua Wedding Organizer yang ditemui pada platform media sosial seperti itu. Ada juga yang memang dibentuk demi memberi kepuasan pada para pelanggan—calon pengantin—dan memiliki komitmen tinggi dalam bekerja dengan harga yang terbilang bersaing.
Tulisan ini pun dibuat bukan untuk menjatuhkan Wedding Organizer yang melakukan pemasaran di platform media sosial. Lebih kepada agar kita semua bisa berhati-hati terhadap segala modus penipuan yang mengatasnamakan Wedding Organizer dan memilah mana yang dapat dipercaya dan mana yang tidak.
Pada akhirnya, resepsi atau pesta pernikahan hanya sebuah acara tambahan yang sudah terlanjur membudaya di negara berflower ini. Bukan suatu kewajiban, bukan pula suatu paksaan—lebih disarankan menyesuaikan dengan budget yang ditetapkan. Saat ini, banyak juga kok pasangan yang lebih memilih menggelar pesta pernikahan secara sederhana, lalu alokasi resepsi pernikahan ditabung dan dijadikan “modal” untuk bulan madu ke tempat yang diinginkan. Meski pada akhirnya, semuanya tergantung kepada pilihan dan rencana masing-masing. (*)
BACA JUGA Gagal Nikah Gara-Gara Larangan Menikah Anak Pertama dengan Anak Ketiga (JiLu) atau tulisan Seto Wicaksono lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.