Di Aceh sebenarnya ada sembilan bahasa, yang terdiri dari bahasa Aceh, Gayo, Alas, Tamiang, Kluet, Aneuk Jamee, Simeulu, Haloban, dan Singkil. Kesembilan bahasa ini tersebar di wilayah-wilayah tertentu yang ada di Aceh. Misalnya, penutur bahasa Aceh ada di Kabupaten Pidie, Aceh Besar, Aceh Utara, Bireuen, Aceh Timur, Aceh Barat, Kota Madya Banda Aceh, Kota Madya Sabang, dan di sebagian wilayah di Kabupaten Aceh Selatan, Aceh Tengah, Aceh Tenggara, dan Simeulu.
Kalau bahasa Gayo digunakan oleh masyarakat yang mendiami Kabupaten Aceh Tengah, sebagian masyarakat Aceh Tenggara, dan masyarakat Lokop Kabupaten Aceh Timur. Adapun bahasa Alas digunakan oleh masyarakat di Kabupaten Aceh Tenggara dan masyarakat di hulu sungai Singkil, Kabupaten Singkil.
Begitu juga dengan bahasa lainnya digunakan oleh masyarakat yang mendiami wilayah-wilayah tertentu yang ada di Aceh. Jadi, tidak semua masyarakat Aceh menggunakan bahasa Aceh dalam aktivitasnya dan tidak semua bisa menggunakan bahasa ini.
Beruntungnya, kita punya bahasa Indonesia yang universal sehingga kami tetap terhubung satu dengan yang lain. Nah! Berhubung saya lahir di sebuah dusun kecil yang ada di Kabupaten Pidie, secara otomatis bahasa ibu bagi saya adalah bahasa Aceh.
Sekarang, mari kita bahas inti dari tulisan ini yaitu kata ganti orang dalam bahasa ini. Ada tiga macam kata ganti orang: kata ganti orang pertama, orang kedua, dan orang ketiga.
#1 Kata ganti orang pertama
Kata ganti orang pertama ini bisa dibagi lagi menjadi dua, yang tunggal dan jamak. Kata ganti orang pertama tunggal di dalam bahasa ini ada “lontuwan” atau “ulontuwan” yang artinya saya. Biasanya, “lontuwan” ini dianggap lebih sopan untuk digunakan, dan sering dipakai oleh pihak yang umurnya tidak muda lagi. Ia juga dipakai oleh kaum muda ketika berhadapan dengan lawan bicara yang lebih tua darinya. Misalnya, “Lontuwan teugoh pajoh kueh.” Artinya, saya sedang makan kue.
Namun, saya sendiri sering memakai kata “ulon”, “lon”, atau “long” yang artinya juga saya. Kebanyakan yang saya kenal juga lebh sering pakai kata ini. Ia terasa lebih pas, nggak dianggap kasar, dan tidak dianggap terlalu sopan. Posisinya ada di tengah. Misalnya, “Lon meurunoe basa Aceh.” Artinya, saya belajar bahasa Aceh.
Nah, kalau kalian ingin lebih garang atau gaul bisa memakai kata “kee” (aku). Namun saran saya, jangan digunakan ketika bercakap-cakap dengan orang yang lebih tua dari Anda ya, bisa dianggap nggak sopan, lo. Misalnya, “Kee singoh kujak u kampus.” Artinya, aku besok pergi ke kampus.
Sedangkan untuk kata ganti orang pertama jamak, ada kata “kamoe” yang artinya kami dan “geutanyoe” yang artinya kita. Menurut saya, keduanya aman digunakan lintas usia, tidak perlu khawatir soal ini. Misal penggunaannya, “Kamoe teugoh meukoh pade.” Artinya, kami sedang memotong padi.
#2 Kata ganti orang kedua
Di kata ganti orang kedua, kata “drouneh” dan “gata” yang artinya adalah Anda, paling sering kami gunakan. Misalnya, “Drouneh neujak u blang, singoh?” Artinya, Anda pergi ke sawah, besok?
Namun, bisa juga menggunakan kata “kah” yang artinya kamu. Ketiga kata ini, “drouneh”, “gata”, dan “kah” merupakan kata ganti orang kedua tunggal. Misalnya digunakan dalam kalimat seperti ini, “Di kah kuto lagee mie pajoh aneuk.” Artinya, kamu kotor seperti kucing memakan anak.
Kalau untuk menyatakan jamak, biasanya kata-kata itu tinggal ditambah dengan kata “mandum” (semua). Misalnya, “Drouneh mandum jeuet neutamong.” Artinya, Anda semua boleh masuk. Namun, bisa juga “awak” (orang). Misalnya, “Awak kah bek karu that!” Artinya, kalian janganlah ribut sekali!.
#3 Kata ganti orang ketiga
Di dalam bahasa ini, ada tiga kata yang digunakan untuk kata ganti orang ketiga. Ada “droeneuhnyan” dan “gopnyan” yang artinya beliau. Misalnya, “Gopnyan ka mupeng jinoe.” Artinya, beliau sudah punya banyak uang sekarang. Ada pula “jih” yang artinya dia. Misalnya, “Jih jisipak lon bak tuleung gasien.” Artinya, dia menendang saya pada tulang kering. Baik “droeneuhnyan”, “gopnyan”, dan “jih” termasuk kata ganti tunggal.
Sementara untuk menyatakan kata ganti jamak, sama seperti yang saya jelaskan di kata ganti orang kedua tadi. Ya, tinggal menambah kata “mandum” (semua), maka terbentuklah “droeneuhnyan mandum”, “gopnyan mandum”, dan “jih mandum”.
Itulah pedoman singkat kata ganti orang di dalam bahasa Aceh. Bagaimana, nggak sulitkan belajar bahasa ini? Meski tidak sulit, cara paling jitu untuk belajar suatu bahasa adalah tinggal bersama penutur bahasa tersebut. Artinya, untuk bisa lancar berbahasa ini, Anda sebaiknya tinggal dengan penutur bahasa Aceh, seperti saya ini. Hehehe.
Sumber gambar: Unsplash.com