Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Perempuan Cuman Jadi Kanca Wingking itu Gara-Gara Bangsa Eropa!

Paksi Raras Alit oleh Paksi Raras Alit
19 September 2019
A A
perempuan
Share on FacebookShare on Twitter

Jika menengok sejarah budaya Jawa, isu ketidaksetaraan perempuan bisa saja dimentahkan. Bangsa Eropa adalah biang keladi ketimpangan gender ini, yang serentak diperteguh oleh patriarki agama Timur Tengah.

Eropa yang semula menjadi ‘mitra dagang’ berubah jadi benar-benar penjajah yang merangsek hingga ke tatanan sosial masyarakat Jawa, setelah kehancuran VOC (1799). Ditambah reaksi berlebihan mereka pasca Perang Jawa. Era inilah yang disebut ‘high colonial period’ sampai kedatangan Jepang 1942.

Adalah si Tangan Besi Willem Deandels, tokoh ‘anti perempuan’ yang mulai menyingkirkan peran wanita dalam politik dan sosial di wilayah jajahannya. Kutipan tulisannya dalam surat Residen Jogja “perempuan tidak punya tempat dalam penghormatan umum, dan terhadap mereka hanya ada urusan pribadi” sangat kental akan sentimen ‘male chauvinist’ ala Romawi yang memang sangat mempengaruhi Eropa. Paham dalam agama yang menomorduakan perempuan juga makin berkembang di Jawa. Hingga muncul anggapan mereka sekadar ‘kanca wingking’ yang membuat Kartini berteriak di pergantian abad 19-20.

Padahal di Jawa sebelum itu (hingga Perang Jawa) perempuan punya posisi unggul dalam keluarga, politik, sosial, niaga, dan lainnya. Sebut saja Pramodhawardani era Borobudur-Prambanan, Ken Dedes seorang sarjana brahmin yang menguasai sastra Sansekerta era Singosari, Gayatri dan Tribhuwana Tungga Dewi yang memimpin Majapahit. Di era Mataram Yogyakarta kita tahu legion-legion perempuan yang bahkan menjadi pasukan elite Kraton, hingga Nyi Ageng Serang yang menjadi senopati perang Jawa. Tidak sekadar menjadi ibu, namun kita juga mendapati betapa perkasanya peran para ibu suri dalam mengatur politik kerajaan. Dalam dunia spiritual Jawa kita juga melihat pengkultusan tokoh feminim semacam Dewi Sri hingga Nyi Roro Kidul.

Saya heran ‘ibuisme’ yang memosisikan peran perempuan seolah hanya sebagai ibu dan perawat anak justru sedang marak dikampanyekan dalam parenting masa kini.

Jauh sebelum mereka ‘rusak’ oleh kolonial Eropa dan agama, budaya Jawa sesungguhnya mewarisi matriarki Polinesia yang mendudukkan perempuan terhormat di masyarakat.

Yang menarik perhatian saya dari kacamata sastra dan seni, perongrongan peran perempuan ini juga dilakukan melalui seni dan sastra. Sastra dan sandiwara era kolonial banyak yang menggambarkan status Putri Pribumi yang sangat cantik, namun lemah dan kopong otaknya. Hal yang coba ‘dilawan balik’ oleh seniman dan sastrawan Indonesia misalnya dengan tokoh Nyai Ontosoroh karya Pram. Di seni pertunjukan tradisi, kita cermati bagaimana Basiyo acap kali menempatkan istri sebagai juragan dalam sandiwaranya, serta dominasi peran Bu Jujuk dalam Srimulat, yang seakan mengungkapkan kultur perempuan terhormat dan berkuasa, yang memang sebenarnya menjadi ciri sosial masyarakat Jawa, sejak jaman dahulu.

Sebagai pelajar kebudayaan Jawa, saya mengerti bagaimana terhormatnya peran perempuan dalam peradaban. Makanya saya berprinsip “tiada apapun yang aku takuti di dunia ini, kecuali istriku!”

Baca Juga:

Tradisi Rewang di Desa: Gotong Royong yang Kini Jadi Ajang Pamer

4 Hal yang Perlu Dipertimbangkan Perempuan Sebelum Tinggal di Kos Campur

BACA JUGA Perempuan dan 3M (Masak, Macak, Manak) atau tulisan Paksi Raras Alilt lainnya. Follow Facebook Paksi Raras Alit.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 19 September 2019 oleh

Tags: budaya jawaketimpangan genderPerempuan
Paksi Raras Alit

Paksi Raras Alit

ArtikelTerkait

jubah batman

Jubah Batman dan Meme yang Tidak Ada Gunanya

6 Mei 2019
Beberapa Alasan Perempuan Selalu Beli Kerudung padahal Sudah Punya Banyak terminal mojok

Alasan Perempuan Selalu Beli Kerudung padahal Sudah Punya Banyak

28 Agustus 2021
Alasan Perempuan Sangat Suka Makan Seblak

Alasan Perempuan Sangat Suka Makan Seblak

23 Februari 2023
masih banyak perempuan indonesia yang takut periksa ke dokter kandungan mojok.co

Demi Tuhan, Ternyata Banyak Sekali Perempuan Indonesia Takut Periksa ke Dokter Kandungan

25 September 2020
pelecehan seksual

Waspada, Pelecehan Seksual Masih Terjadi dan Merajalela di KRL

28 Agustus 2019
Romantisme Hollywood Memfasilitasi Kecintaan Kita pada Badboy dan Fakboi terminal mojok.co

Seandainya Saya Jadi Sinta dalam Kisah Ramayana

31 Maret 2020
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Desa Ngidam Muncar, Desa Terbaik di Kabupaten Semarang (Unsplash)

Desa Ngidam Muncar, Desa Terbaik di Kabupaten Semarang dengan Pesona yang Membuat Saya Betah

4 Desember 2025
8 Aturan Tak Tertulis Tinggal Surabaya (Unsplash)

8 Aturan Tak Tertulis di Surabaya yang Wajib Kalian Tahu Sebelum Datang ke Sana

1 Desember 2025
3 Alasan Soto Tegal Susah Disukai Pendatang

3 Alasan Soto Tegal Susah Disukai Pendatang

30 November 2025
Indomaret Tidak Bunuh UMKM, tapi Parkir Liar dan Pungli (Pixabay)

Yang Membunuh UMKM Itu Bukan Indomaret atau Alfamart, Tapi Parkir Liar dan Pungli

6 Desember 2025
5 Hal yang Jarang Diketahui Orang Dibalik Kota Bandung yang Katanya Romantis Mojok.co

5 Hal yang Jarang Diketahui Orang di Balik Kota Bandung yang Katanya Romantis 

1 Desember 2025
Logika Aneh di Balik Es Teh Solo yang Bikin Kaget (Unsplash)

Logika Ekonomi yang Aneh di Balik Es Teh Solo, Membuat Pendatang dari Klaten Heran Sekaligus Bahagia

30 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lagu Sendu dari Tanah Minang: Hancurnya Jalan Lembah Anai dan Jembatan Kembar Menjadi Kehilangan Besar bagi Masyarakat Sumatera Barat
  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.