Satu bulan ini, sebagai karyawan baru di kantor, saya merasakan pergolakan batin yang sangat besar. Untungnya, ada satu orang yang bisa menenangkan saya di kantor. Bukan atasan, bukan rekan satu divisi, bukan juga karyawan dari divisi lain, orang tersebut adalah office boy kantor.
Hampir semua kantor, mulai dari kantor pemerintah hingga swasta, pasti memiliki office boy yang kehadirannya terkesan sepele, padahal sangat vital untuk keberlangsungan hidup di kantor. Blio bertugas merapikan kantor, mengantar surat, membeli sejumlah kebutuhan kantor seperti galon, kopi, hingga alat tulis. Bahkan, blio bisa dimintai tolong untuk keperluan pribadi seperti membeli makanan dan minuman, hingga rokok sekalipun supaya karyawan bisa fokus bekerja.
Saat pertama masuk kerja, office boy di kantor saya yang baru adalah orang yang mengajak saya bicara seputar kehidupan pribadi saya. Mulai dari tempat tinggal, kondisi keluarga saya, bahkan bertanya apakah saya betah bekerja di sana setelah beberapa hari bekerja. Saya pun merasakan kehangatan yang luar biasa ketika berbicara dengannya. Blio tak segan-segan memberi arahan warung makan yang murah dan enak, serta sejumlah tips-tips bekerja di kantor seperti mengingatkan saya supaya tidak lupa mengisi presensi ketika datang dan pulang, sampai mengingatkan saya supaya tidak lupa untuk mengisi form cuti atau form sakit agar tidak ada pemotongan gaji.
Kejadian tersebut bukan kejadian yang pertama. Saat masih kuliah, saya berteman dengan sejumlah office boy kampus. Sama seperti office boy di kantor, mereka bisa saya ajak bicara apa saja di luar topik perkuliahan seperti kehidupan pribadi masing-masing. Mereka pun kerap memberikan tips dan trik untuk menghadapi sejumlah dosen pembimbing. Misalnya, ketika berhadapan dengan dosen A, kita harus tepat waktu. Atau ketika berhadapan dengan dosen B, kita harus menghampirinya secara langsung ketika berpapasan di lorong kampus karena blio adalah orang yang pelupa. Tips yang mereka berikan terbukti sangat manjur lantaran mereka sudah bertahun-tahun bekerja di kampus dan sudah hafal kepribadian masing-masing dosen.
Selama ini, semua office boy yang saya temui adalah sekumpulan orang baik yang bisa kita mintai tolong, asal kita katakan dengan baik-baik. Bahkan, mereka kerap menawarkan bantuan tanpa diminta. Misalnya, ketika lagi sibuk bekerja, ketika lewat depan meja saya blio berkata, “Sambil ngopi atuh. Mau saya bikinin?”
Saya menolak dengan halus tawaran blio dan bilang bahwa saya akan membuat kopi sendiri saja. Sejak dulu, saya selalu merasa segan untuk meminta pertolongan office boy kantor untuk keperluan pribadi seperti membeli makanan atau minta dibuatkan kopi. Saya lebih memilih untuk melakukannya seorang diri. Mungkin, ini disebabkan karena saya tumbuh tanpa adanya kehadiran asisten rumah tangga di rumah, jadi terbiasa melakukan apa-apa seorang diri dan tidak enak untuk meminta bantuan office boy untuk hal sepele. Kecuali, meminta bantuan mereka untuk keperluan kantor, seperti minta tolong dibelikan tinta printer atau alat tulis ke toko terdekat.
Berteman dengan office boy kantor pun memberi saya sejuta manfaat seperti mendapatkan tips dan trik dalam bekerja seperti laci mana saya harus saya buka untuk menemukan alat tulis yang saya butuhkan, hingga memberikan arahan supaya saya bisa betah bekerja di kantor. Blio pun kerap kali mengingatkan saya untuk tidak menghambur-hamburkan gaji yang saya dapatkan setiap bulannya. Sungguh bikin adem.
Mengingatkan saya untuk pulang tepat waktu dan melanjutkan pekerjaan keesokan harinya—kecuali kalau lagi disuruh lembur—juga sering ia lakukan. Terlebih, blio tahu kalau saya hanya tinggal berdua dengan ibu saya karena ayah saya sudah meninggal dunia. Bahkan, teman-teman kantor saya yang lain tidak ada yang tahu hal tersebut karena kami jarang sekali membicarakan hal-hal di luar pekerjaan.
Ketika sedang jenuh bekerja, saya kerap kali nongkrong di teras kantor sambil ngobrol dengan blio yang lagi asyik main gim Mobile Legend dengan santainya. Bahkan, saya lebih merasa kehilangan ketika office boy kantor saya tidak masuk kerja karena cuti dibandingkan ketika rekan kerja satu divisi yang tidak masuk kerja.
Ketika blio cuti, saya merasa kantor jauh lebih berantakan seperti biasanya karena tidak ada yang berinisiatif mencuci piring atau gelas yang sudah mereka pakai. Surat-surat yang seharusnya dikirim ke kantor pusat jadi menumpuk tidak jelas di sudut ruangan. Kantor juga terasa sepi karena saya jadi kehilangan sosok untuk diajak ngobrol untuk sejenak rehat dari aktivitas kerja yang tidak akan ada habisnya ini. Office boy kantor memang tidak bisa kita mintai bantuan untuk membuat laporan bulanan yang rumit karena mereka tidak terlalu paham komputer, tapi mereka dengan tulus bisa kita mintai bantuan apa saja.
Untuk kalian, para karyawan baru, cobalah berteman dengan office boy kantor sebelum berusaha berteman dengan rekan satu divisi atau dengan atasan kalian. Saya merasa, berteman dengan office boy kantor jauh lebih besar manfaatnya, karena berteman dengan mereka, kita tidak akan segan lagi untuk meminta bantuan mereka baik untuk urusan kantor maupun untuk urusan pribadi dibandingkan rekan kerja satu divisi, apalagi dengan atasan kita.
BACA JUGA 5 Jenis Teman Baik yang Bisa Kita Temui di Lingkungan Kantor dan tulisan Raden Muhammad Wisnu lainnya.