Sebenarnya salah nggak, sih, memikirkan jurusan kuliah semenjak duduk di bangku kelas 10 SMA? Apakah tindakan semacam itu hanyalah sebuah kegabutan belaka? Toh, antara kelas 10 dan jenjang kuliah itu masih terlampau lama, ngapain coba?
Saya sendiri mulai mengenal dunia perkuliahan dan beberapa jurusan kuliah itu semenjak duduk di bangku kelas 10 SMA. Lebih tepatnya, saat itu saya mulai cari info ke beberapa teman saya yang sudah mengenyam bangku kampus. Mulai dari perihal model pembelajaran kuliah, jurusannya apa saja, tugas-tugasnya bagaimana, dan lain sebagainya. Tindakan saya ini sama sekali bukan karena saya gabut atau bagaimana. Melainkan karena saya ingin setidaknya memiliki gambaran bagaimana saya kuliah kelak, terutama jurusan apa yang cocok dengan saya.
Kenapa banyak orang yang sambat salah jurusan? Ya salah satu faktornya karena kurang kemantapan dalam memilih jurusan, bahkan terburu-buru memilih jurusan tanpa pikir panjang. Jika sudah mulai memikirkan jurusan kuliah sejak kelas 10 SMA, kalian akan dapat menentukan jurusan kuliah secara matang, mantep jejeg. lebih mendalam, dan nggak ada lagi kata “salah jurusan”.
Asal kalian tahu, memilih jurusan kuliah di kelas 12 SMA itu menurut saya terlalu dadakan. Pasalnya, kita akan kekurangan informasi dan kemantapan diri dalam tempo yang sesingkat itu. Belum lagi, di kelas 12 kita akan disibukkan dengan ujian akhir yang tiada henti. Jadi, otak kita keburu ambyar mikirin jurusan kuliah. Paling mentok bisa mikir jurusan kuliah secara total itu pas libur setelah ujian akhir di kelas 12, yang hanya beberapa bulan saja. Terlebih, dengan waktu sesingkat itu, menurut saya, akan memunculkan keputusan jurusan kuliah yang nggak sesuai diri kita sendiri dan saya jamin juga akan terjadi fenomena salah jurusan.
Oleh karena itu, alangkah baiknya memikirkan jurusan kuliah itu semenjak duduk dibangku kelas 10 SMA. Dan kali ini, saya akan memberikan sedikit panduan dan beberapa hal yang harus dipertimbangkan untuk menentukan jurusan kuliah semenjak duduk di bangku SMA. Tolong dibaca saksama, ya, Adik-adik.
#1 Kenali bakat dan minat
Sebenarnya perihal bakat dan minat ini merupakan hal yang paling fundamental untuk menentukan jurusan kuliah apa yang akan diambil kelak. Oleh karena itu, pemahaman mengenai bakat dan minat yang dimiliki oleh diri sendiri sangatlah penting.
Kenali dirimu sendiri sejak duduk di bangku kelas 10 SMA. “Oh, ternyata saya suka dengan ini” atau, “Oh, ternyata saya punya kelebihan di bidang ini.” Pahami diri sendiri secara mendalam. Jika suka menggambar, carilah jurusan kesenian. Jika memiliki kelebihan dalam berhitung, carilah jurusan di bidang eksakta.
Jika sampai nggak mengenali bakat dan minat diri sendiri, atau baru memahami bakat dan minat di akhir sekolah saja alias kelas 12, maka saya jamin, jurusan yang diambil ketika kuliah kebanyakan nggak sesuai dengan minat yang dimiliki.
Kalau menurut Indonesia Career Center Network (ICCN) di tahun 2017, sejumlah 87 persen mahasiswa Indonesia mengaku jurusan yang diambil nggak sesuai dengan minatnya. Dari sini saja, kita sudah dapat lihat bagaimana sistem memahami bakat dan minat diri sendiri yang kurang mendalam, bahkan terkesan dadakan. Oleh karena itu, jangan sampai kalian menjadi salah satu dari di antara mereka yang “salah jurusan”.
#2 Pahami kelemahan diri
Selain memahami potensi maupun kegemaran yang dimiliki, tentunya harus memahami kelemahan diri sendiri juga. Kelemahan diri sendiri itu jangan dilawan, yang ada malah bobrok belakangan. Pahami kelemahan diri dan hindari jurusan yang berkutat mengenai kelemahan yang dimiliki.
Misalnya, saya nggak begitu lihai dalam berhitung, makanya saya masuk IPS saat SMA yang berhitungnya nggak sebanyak jurusan IPA. Begitu juga seterusnya, saya konsisten dalam bidang yang saya geluti hingga masuk jurusan Sosiologi di sebuah kampus negeri di Surabaya.
Menurut saya, kelemahan itu sulit untuk diasah, meskipun bukan berarti nggak mungkin, ya. Hanya saja, orang nggak bakal memandang kelemahan seseorang ketika orang tersebut lihai pada bidang yang merupakan kelebihannya. Kelemahan diri itu akan tertutupi dengan sendirinya oleh kelebihan yang dimiliki.
#3 Jangan terpaku dengan pelajaran di sekolah
Mungkin ini pengalaman pilu saya yang sebaiknya nggak ditiru oleh kalian adik-adik yang masih duduk dibangku SMA. Semasa SMA, saya sangat menggeluti pelajaran yang dapat mengasah berpikir kritis perihal berbagai fenomena. Dan itu hanya saya temui di pelajaran Sosiologi. Walhasil, saya mengambil jurusan Sosiologi ketika kuliah.
Padahal setelah saya kuliah, ternyata ada jurusan yang lebih kritis dibandingkan Sosiologi, yang menjadi induk ilmu pengetahuan, yakni Filsafat. Saat itu saya agak menyesal kenapa saya dulu nggak mengambil jurusan Filsafat saja. Kesalahan saya di sini adalah terlalu terpaku pada pelajaran di sekolah.
Saya dulu menganggap bahwa macam-macam jurusan kuliah itu sama dengan banyaknya pelajaran di sekolah. Namun, ternyata ilmu pengetahuan nggak sesimpel itu. Di Indonesia sendiri menurut Kemendikbud, di tahun 2020 telah tercatat terdapat 29.413 program studi yang tersebar di seluruh Nusantara. Jadi, pelajaran sekolah itu hanyalah secuil dari representasi jurusan di dunia kuliah
Nah, saran saya, lebih baik sejak dini—terutama sejak kelas 10—cobalah memahami dan mencocokkan antara minat bakat yang dimiliki dengan berbagai macam jurusan di kuliah. Pasalnya, jurusan kuliah itu buanyak banget dan jangan terpaku pada pelajaran yang ada di sekolah saja.
#4 Jangan terlalu memikirkan output pekerjaan dari sebuah jurusan
Salah satu kesalahan terbesar kebanyakan orang memilih jurusan adalah memikirkan output pekerjaan yang akan diperoleh dari suatu jurusan. “Oh, kalau jurusan ekonomi itu bakal kerja di bank”, “Oh, jurusan teknik itu akan jadi teknisi”, “Oh, kalau jurusan pendidikan itu bakal jadi guru” dan lain sebagainya.
Padahal, asal kalian tahu, menurut hasil survei dari Indonesia Career Center Network (ICCN) di tahun 2017, ada 71,7 persen pekerja berprofesi yang bekerja nggak sesuai dengan latar belakang pendidikannya. Lah, gitu, kok, masih ngotot milih jurusan karena pekerjaannya?
Memikirkan pekerjaan dari sebuah jurusan itu ya nggak salah-salah banget, cuma jangan terlalu terpaku dengan itu. Seperti yang saya katakan sebelumnya bahwa tolok ukur memilih jurusan adalah minat dan bakat.
Carilah jurusan yang membuat kalian doyan banget dengan bidang itu, yang membuat kalian totalitas dalam bidang itu, siang malam bergelut dengan bidang itu, bahkan sampai tua sekalipun tetap kekeuh dengan bidang itu.
Sementara perihal pekerjaan akan datang dengan sendirinya ketika kalian memang kekeuh, hidup mati dengan bidang yang kalian geluti. Toh, esensi pendidikan itu untuk mencerdaskan, dan dari kecerdasan itulah kalian akan bernilai.
#5 Cari tahu model pembelajaran dari jurusan yang dituju
Oke, mungkin ini tips terakhir dari saya untuk memantapkan diri sejak dini, terutama bagi kalian yang duduk di bangku kelas 10 SMA, perihal memilih jurusan kuliah kelak.
Ketika kalian telah memahami diri sendiri secara mendalam, sudah menentukan jurusan apa yang dinginkan, maka tahap selanjutnya adalah menggali mekanisme pembelajaran dari jurusan yang diinginkan.
Misalnya, nih, seperti Sosiologi yang berkutat dalam penelitian sosial, wawancara, dan terjun ke lapangan bersama masyarakat. Maka setidaknya kalian memiliki kegemaran dengan kegiatan-kegiatan semacam itu. Jika kalian sejak di SMA sudah ogah-ogahan dengan kegiatan di lapangan, sukanya di ruangan saja, jangan sekali-kali memilih Sosiologi.
Nah, dari sini kalian sudah dapat merencanakan jauh-jauh hari perihal kenyamanan, keasyikan, maupun loyalitas kalian dengan jurusan yang dipilih. Sehingga kalian nggak akan merasa terbebani ketika mengikuti mekanisme perkuliahan di jurusan yang kalian inginkan, apalagi sampai sambat salah jurusan.
BACA JUGA Bikin Skripsi Sampai Ratusan Halaman Itu buat Apa, sih? dan tulisan Mohammad Maulana Iqbal lainnya.