Anime musim panas 2021 akhirnya tayang juga. Seperti musim sebelumnya, ada puluhan anime yang tayang dan berusaha merebut perhatian pecinta anime. Kira-kira ada lebih dari 30 serial televisi baru yang tayang dalam musim ini. Itu belum menghitung serial lanjutan dari musim sebelumnya seperti Tokyo Revengers dan serial panjang seperti One Piece.
Dari semua anime yang tayang dalam satu musim, saya biasanya punya perhatian khusus ke anime original. Di dalam anime original, kita bisa melihat kreativitas dari sutradara, penulis skenario, dan animator diekspresikan ke dalam medium anime. Anime original juga biasanya menjadi tempat buat banyak sutradara anime bereksperimen dengan ide personal mereka. Salah satu dari anime original yang tayang musim ini adalah Sonny Boy.
Serial yang dibuat oleh studio Madhouse ini disutradarai dan ditulis oleh Shingo Natsume. Natsume sebelumnya merupakan sutradara dari One Punch Man dan Boogiepop and Others. Namun jauh sebelum mendapatkan debutnya sebagai sutradara, Natsume telah malang melintang di industri anime. Mulai dari menjadi animator Gurren Lagann, sutradara episode 6 Tatami Galaxy hingga asisten sutradara Space Dandy. Kali ini, Natsume mendapatkan kesempatan pertamanya untuk membuat anime buatan idenya sendiri.
Sonny Boy bercerita tentang 36 pelajar tahun ketiga SMA yang secara tiba-tiba ditransfer ke dunia hampa, bersama gedung sekolah mereka. Di saat bersamaan, muncul kekuatan super di antara beberapa pelajar secara tiba-tiba. Tanpa pelajar lainnya ataupun guru, para pelajar berusaha membuat serangkaian aturan untuk menjaga keseimbangan antar kelompok pelajar yang memiliki kekuatan super dan tidak memiliki.
Dari segi plot, Sonny Boy merupakan perpaduan antara manga The Drifting Classroom dan novel Lord of the Flies. Di sini para pelajar dihadapkan kepada sebuah krisis yang mereka harus selesaikan bersama. Ditambah keberadaan beberapa pelajar yang memiliki kekuatan super, para pelajar SMA dihadapkan pada kenyataan bahwa mereka harus membuat suatu sistem masyarakat untuk memastikan mereka bisa bertahan hidup bersama-sama. Di sini saya bisa melihat hal-hal apa saja yang penonton bisa harapkan dari anime Sonny Boy pada episode selanjutnya.
Pertama, adalah anime ini merupakan komentar sosial atas bagaimana masyarakat terbentuk. Upaya para pelajar untuk menciptakan serangkaian aturan beserta legitimasinya bisa dibilang adalah skala kecil dari bagaimana sebuah negara bekerja. Faksionalitas antara pelajar anggota OSIS dan pelajar pemberontak menjadi fokus utama alur cerita dua episode pertama anime ini. Dari konflik tersebut, ada banyak hal filosofis yang bisa didiskusikan. Mulai dari justifikasi agar seseorang bisa berkuasa, hingga apakah suara mayoritas selalu absolut.
Kedua, Sonny Boy menunjukkan bahwa serial ini akan mengandalkan kepribadian para karakternya untuk menciptakan konflik dan menggerakkan plot anime ini. Pada episode pertama, terdapat beberapa hint mengenai kepribadian dan cara berpikir yang berbeda dari setiap pelajar. Para pelajar pemberontak seperti Nozomi dan Asakaze walaupun menolak mengikuti aturan namun mereka tidak secara khusus mengganggu pelajar lainnya.
Mereka hanya merasa aturan yang dibuat fraksi OSIS sewenang-wenang dan tidak memiliki justifikasi. Sedangkan salah satu anggota OSIS bernama Hoshi, memiliki cara pikir bahwa dalam setiap kelompok harus ada yang memerintah dan diperintah. Dia lalu memutuskan untuk memanipulasi serangkaian kejadian yang berujung terhadap pemilihan pemimpin para pelajar di episode pertama.
Namun, hal yang membuat saya tertarik akan anime ini selain perdebatan filosofi dan dinamika antarkarakter adalah kebebasan kreatif yang diberikan studio Madhouse kepada sutradara Shingo Natsume. Bukan suatu hal berlebihan jika dibilang Sonny Boy merupakan eksperimen dari Natsume sebagai sutradara. Banyak keputusan direktorial yang bisa dibilang cukup berani dilihat dari episode pertama Sonny Boy.
Seperti tidak terdapatnya soundtrack apa pun selama 20 menit episode pertama. Hal ini untuk menunjukkan bahwa gedung sekolah dan ke-36 pelajar benar-benar di transfer ke dalam ruang hampa. Pemilihan ruang hampa sebagai latar belakang episode pertama hingga poster promosi anime ini, memperlihatkan juga bahwa anime ini bukanlah genre Isekai, di mana para karakter tertransfer ke dunia fantasi.
Di lain pihak, pengaruh dari sutradara seperti Shinichiro Watanabe dan Masaaki Yuasa bisa dilihat dalam banyak adegan Sonny Boy. Natsume pernah bekerja bersama Watanabe dalam anime Space Dandy dan Yuasa dalam anime Tatami Galaxy. Pengaruh Yuasa bisa dilihat dari perspektif beberapa adegan yang sengaja dibuat tidak proporsional. Sedangkan penggunaan insert song yang tepat sasaran untuk memecah keheningan di akhir episode pertama, jelas merupakan pengaruh dari Watanabe.
Sebagai penonton yang selalu menghargai keberanian bereksperimen, saya punya harapan cukup besar terhadap Sonny Boy. Saya juga melihat keberadaan anime ini sebagai bukti bahwa anime auteur (sinema di mana sutradara memiliki kontrol kreatif penuh atas karyanya) belum mati. Dengan tayangnya serial Wonder Egg Priority pada awal tahun, dan selesainya Odd Taxi pada bulan lalu, anime dengan ide anti-mainstream masih bisa diadaptasi ke layar kaca. Sonny Boy adalah bukti lainnya bahwa di tengah gempuran adaptasi anime manga terkenal, anime orisinal masih punya tempat khusus di industri ini.
Sumber gambar: YouTube FlyingDog
BACA JUGA Mengenal Demografi Shonen, Shoujo, Seinen, dan Josei dalam Manga dan Miskonsepsi Seputarnya dan tulisan Raynal Arrung Bua lainnya.