Entah mengapa, akhir-akhir ini beranda YouTube saya dipenuhi dengan film pendek Korea yang meromantisasi cewek-cewek bertubuh mungil. Biasanya cowoknya tampan dan tinggi, sementara si cewek tentu saja mungil. Mereka digambarkan berkawan dan berteman baik. Adegan terlihat lucu dengan cewek yang selalu mengadah dan cowok yang puk-puk kepala si cewek. Lalu adegan spesialnya, di akhir kisah, si cewek akan digendong di punggung. Wow! Nampak menggemaskan memang. Tapi saya, meskipun bertubuh mungil, sungguh nggak relate dengan adegan-adegan romatis tersebut.
Saya nggak tahu persis tinggi dan berat badan saya berapa, tapi sebagai gambaran, di geng dan lingkaran mana pun saya berada, tubuh saya selalu menjadi yang paling menggemaskan. Kalau orang lain bilang tinggi badan itu genetik, saya tetap saja menjadi yang paling kecil meskipun di keluarga sendiri. Terakhir seorang kawan bilang kalau dia senang berada di dekat saya lantaran sebelum bertemu saya dia yang menjadi paling kecil di gengnya. Dikatain dan diisengin, sih, sudah jadi makanan sehari-hari, tapi saya akan menjabarkan beberapa hal-hal ngeselin lain yang saya hadapi.
#1 Disuruh renang atau main basket
Ini adalah poin yang aduh banget. Sebenarnya ini nasihat yang benar. Kedua olahraga tersebut juga olahraga favorit saya semenjak SD. Tapi kenyataannya, tinggi saya tetap segini-segini saja. Meskipun katanya tinggi saya tetap segini karena usaha olahraga saya nggak maksimal. Hiks.
#2 Dibilang imut
Imut memang pujian. Tapi saya dipuji imut ketika kuliah, oleh adik tingkat yang lebih muda pula. Rasanya saya tetap ingin bersedih. Untungnya saya berani bilang ketidaknyamanan saya disebut imut dan akhirnya panggilan itu dihentikan. Sampai sekarang tetap sering dibilang imut, sih, tapi saya lebih bawa enjoy. Bilang saja, “Memang saya imut kok dari lahir”, tapi dengan muka sejutek mungkin. Walaupun yang ada tetep diketawain karena katanya makin gemeeesh.
#3 Sering disangka lebih muda dari usia sebenarnya
Kata siapa disangka lebih muda dari usia sebenarnya adalah anugerah? Nyatanya saya pernah dikatain kalau muka saya bocah banget dan “nggak dewasa”. Makjleb lah, heyyy. Ini memang salah satu poin paling klasik dari menjadi cewek bertubuh mungil. Tapi terkadang, saya merasa lelah saja dikira dan diperlakukan seperti anak kecil. Untungnya yang satu ini, meskipun menyebalkan, benar-benar tetap anugerah.
#4 Selalu disangka lemah
Memang, sih, karena tubuh kami yang imut ini berukuran mungil, kami nggak setangguh kakak-kakak yang bertubuh lebih besar. Tapi bukan berarti lemah di setiap hal. Meskipun saya beneran paham, orang lain membantu saya karena kasihan saja melihat perempuan bertubuh kecil melakukan usaha-usaha yang terlihat besar. Saya juga senang-senang saja dibantu. Tapi kadang saya suka pengin ngomong gitu, loh, kalau saya juga bisa sendiri, kok.
#5 Nggak bisa naik permainan ekstrem
Yang ini nggak perlu dijelaskan lah, karena meskipun saya nggak tahu tinggi badan saya, mendekati permainan yang pelu mengukur badan itu bikin minder. Saya belum memastikan tinggi badan saya lagi dan mencoba apakah saya bisa ikutan permainan-permainan ekstrem, sih. Tapi mungkin saya harus cek sendiri dan hadapi kenyataannya, kalaupun seandaianya saya memang nggak layak.
Untunglah, meskipun hal-hal menyebalkan tadi beneran eksis di kehidupan saya, saya merasa banyak hal menyenangkannya juga. Saya juga nggak terlalu khawatir dan jaim kalau lagi mood berkelakuan atau berpenampilan “lebih muda”. Meskipun jadi cewek mungil nggak selamanya se-sweet yang ada di drama Korea.
BACA JUGA Jangan Asal Pilih Model Celana Jeans, Sesuaikan dengan Bentuk Tubuhmu biar Kelihatan Makin Stylish dan tulisan Azizah Amatullah lainnya.