Pekerjaan yang paling diidam-idamkan oleh kebanyakan orang tua adalah anaknya menjadi PNS. Namun, itu tidak berlaku bagi kebanyakan orang tua di desa saya. Mereka memposisikan Pegawai Astra Honda motor di urutan pertama sebagai profesi yang membanggakan. Sedangkan PNS di urutan kedua. Hal ini berdampak juga dalam hal pernikahan. Banyak orang tua di desa saya mencari menantu yang menjadi Pegawai Astra Honda Motor.
Di desa saya, Pegawai Astra Honda Motor itu identik dengan lulusan SMK Otomotif. Oleh karena itu, banyak yang melanjutkan ke sekolah tersebut dengan harapan kelak akan menjadi Pegawai Astra. Menurut penuturan para orang tua yang anaknya bekerja di Astra Honda Motor, gaji dan tunjangan yang didapatkan begitu besar.
Saya sendiri tidak dapat memverifikasi kebenaran akan informasi ini. Namun, saya percaya saja karena satu tahun kerja di sana mereka bisa membeli motor ninja. Itulah salah satu faktor yang membuat Pegawai Astra Honda Motor masuk ke dalam kriteria menantu idaman di desa saya.
Gara gara ini pula saya dicemooh oleh kerabat saya, maklum saja saya ini bukan lulusan SMK.
“Seharusnya kamu itu setelah lulus SMP melanjutkan ke SMK supaya bisa kerja. Lihat tuh si Dul bekerja di Astra, kemarin ke sini memberikan saya uang,” ujarnya. Meskipun usianya sudah tua, tetapi ucapannya begitu nyelekit sekaligus sering menjatuhkan mental saya.
Akan tetapi untungnya orang tua saya membebaskan saya untuk menjadi apa pun. Hal yang terpenting bagi orang tua saya adalah menjadi manusia yang bermanfaat.
“Menuntut ilmu itu jangan niatnya untuk mendapatkan pekerjaan, jangan hanya dunia saja yang dipikirkan,” ujar Ayah saya.
Ketika saya diterima di Perguruan Tinggi Negeri di Ibu kota, otomatis saya harus meninggalkan kampung halaman. Alhasil banyak orang di sekitar rumah yang menanyakan keberadaan saya. Ibu saya tentu saja menjawab sedang kuliah, tetapi tidak ada yang mempercayainya.
Maklum saja banyak orang di desa saya yang memiliki pandangan bahwa yang bisa kuliah itu hanya orang yang memiliki sawah berhektar-hektar, sementara orang tua saya tidak memiliki sawah. Jadi wajar saja mereka tidak mempercayainya.
Ketidakpercayaan mereka juga ditambah dengan saya di rumah saja selama satu tahun lebih. Akibat adanya pandemi sehingga pembelajaran dilakukan secara online. Mereka tidak mengetahui bahwa pembelajaran dilakukan secara daring. Alhasil saya dikira sebagai pengangguran tanpa kegiatan yang jelas di rumah.
Orang tua yang anaknya bekerja di Astra Honda Motor selalu menceritakan kehebatan anaknya. Mereka membicarakannya baik itu di pasar, emper tetangga, jalan, dan lain-lain. Hal itu pula yang dilakukan oleh tetangga saya sebut saja namanya Tsiqoh.
“Anak saya baru saja mengirimkan gajinya kepada saya. Terus, saya langsung belanjakan untuk membeli emas. Saya bangga sekali anak saya menjadi pegawai Astra Honda Motor,” ujarnya saat gosip di emper tetangga.
Hal senada juga diungkapkan oleh Himah saat membeli nasi uduk.
“Anaknya Bu Rois katanya diterima menjadi pegawai Astra, bangga sekali pastinya Bu Rois. Saya sendiri yang tetangganya juga ikut bangga,” ujarnya kepada ibu-ibu yang sama-sama membeli nasi uduk.
Saya punya keinginan sekali untuk memberikan sosialisasi bagi para warga di desa saya terkait pekerjaan. Bahwa sesungguhnya pekerjaan itu banyak ragam jenisnya. Supaya yang mereka tahu tidak hanya Pegawai Astra Honda Motor.
Selain itu, saya khawatir jika menjadi Pegawai Astra Honda Motor dijadikan syarat untuk melamar seseorang. Pasalnya, kalau ternyata saya nanti nggak bekerja di sana dan ndilalah jodoh saya orang desa sini, kan malah repot. Apalagi, sekarang saya dikenal sebagai anak muda yang punya aktivitas nggak jelas karena kuliah daring. Duh, belum-belum saya sudah malas dengan dramanya.
BACA JUGA 3 Keunggulan dan 3 Penyakit Honda Astrea Grand dan tulisan Malik Ibnu Zaman lainnya.