Selama sekira empat tahun bekerja sebagai recruiter, entah berapa banyak kandidat yang sudah saya interview sekaligus diajak berdiskusi tentang posisi yang dilamar juga latar belakang dari para pelamar kerja. Tingkah lakunya pun beragam antara kandidat satu dengan lainnya.
Dari sekian banyak, ada satu hal yang selalu membikin saya keheranan. Yakni, selalu saja ada pelamar kerja yang lupa apa nama perusahaan dan posisi yang dilamar. FYI, itu fatal sekali. Sangat fatal. Apalagi, hal tersebut menjadi sesuatu yang sangat mendasar pada proses wawancara kerja tahap awal.
Sebab, pada saat wawancara kerja tahap awal, sebagian besar HRD akan bertanya tentang, “Apa yang kamu ketahui tentang perusahaan ini?” atau “Apa yang kamu ketahui tentang posisi yang dilamar saat ini? Apa saja yang menjadi job desc-nya?” Saya, menjadi salah satu recruiter yang akan mengajukan pertanyaan tersebut—jika diperlukan.
Normalnya, pelamar kerja akan menjawab pertanyaan tersebut berdasarkan pengetahuan masing-masing. Ada banyak cara yang bisa dilakukan. Bertanya kepada teman atau mencari tahu secara mandiri melalui internet merupakan sesuatu yang sangat mungkin dan lumrah dilakukan, selama ada kuota dan koneksi internet yang mumpuni.
Namun, akan menjadi situasi yang menyebalkan ketika ada kandidat yang menjawab, “Saya nggak tahu, Pak, ini perusahaan apa.” Atau yang lebih membagongkan, ketika responsnya, “Saya lupa, Pak. Saya apply buat posisi apa, ya? Saya nggak merasa kirim lamaran untuk posisi ini.” FYI, sampai dengan saat ini, selalu saja ada kandidat yang menjawab seperti itu ketika saya melakukan proses wawancara.
Pada waktu dan situasi serupa, sering kali saya mbatin sambil menahan rasa mangkel yang mendalam, “Yang bener aja, Bro/Sis? Sampeyan yang kirim lamaran, buktinya ada di Jobstreet, email, atau LinkedIn, kok bisa-bisanya lupa—bahkan nggak tahu pernah kirim lamaran kerja?”
Setelah saya lakukan probing, jawaban para kandidat selalu template, “Maaf, Pak, saya lupa karena sudah banyak kirim lamaran ke berbagai perusahaan. Posisi yang dilamar pun beda-beda.” Suwer. Sama persis.
Lantaran sudah sering menghadapi kasus serupa—tiap waktu, tiap saat—saya akan coba menawarkan beberapa solusi kepada para pelamar kerja agar bisa tidak begitu saja melupakan sesuatu yang fundamental saat mencari pekerjaan, sekaligus mengirimkan beberapa CV dan/atau surat lamaran kerja ke berbagai perusahaan: mengingat nama perusahaan dan posisi yang dilamar.
#1 Catat nama perusahaan dan berbagai posisi yang dilamar
Serius. Hal ini sangat mudah dilakukan. Metode pencatatan ini bisa kalian tulis di buku catatan atau fitur notes pada hape. Kalau perlu, catat juga kapan kalian kirim CV/surat lamarannya. Entah melalui email atau suatu platform iklan lowongan pekerjaan. Agar bisa menerka-nerka juga, berapa lama kalian menunggu sampai akhirnya mendapat panggilan setelah kirim CV.
Tahap kedua, setelah mencatat nama perusahaan, ketahui juga gambaran tentang profil perusahaan. Minimal kalian mengetahui, perusahaan yang kalian kirimi CV bergerak di bidang apa. Setelah itu, catat juga, kalian apply untuk posisi apa. Percaya sama saya, hal ini akan menjadi satu kesatuan yang sulit dipisahkan saat proses wawancara kerja berlangsung.
#2 Cek history dari beberapa platform
Jika kalian kesulitan dalam mengingat sekaligus terlalu malas untuk mencatat nama perusahaan dan posisi yang dilamar, di berbagai platform lowongan pekerjaan, sudah tersedia fitur history untuk mengecek kembali kedua hal tersebut. Ya, semacam timeline ketika bermain media sosial. Dalam fitur tersebut, dilengkapi juga waktu kalian mengirimkan lamaran.
Saran saya, maksimalkan fitur ini dengan baik. Kalian bisa melakukan pengecekan secara berkala. Atau sekadar mengecek kembali, sudah berapa lamaran yang dikirim ke berbagai perusahaan. Statusnya bagaimana, termasuk mengingat kembali nama perusahaan sekaligus posisi yang dilamar.
#3 Respons dengan cara memberi jawaban atau alasan yang lebih bisa diterima
Ada banyak jawaban yang bisa diberikan dibanding hanya sekadar “lupa”, apalagi tanpa usaha. Iya, siapa pun bisa lupa. Nggak ingat karena memang sudah banyak mengirim lamaran pekerjaan ke berbagai perusahaan. Namun, setidaknya, beri respons yang lebih bisa diterima.
Misalnya, jika ditanya secara langsung atau melalui telepon, kalian bisa menjawab, “Maaf, Pak/Bu. Saya coba cek terlebih dahulu, ya, saya apply kapan dan untuk posisi apa.” Hal ini bisa dilakukan sambil kalian mengecek catatan atau history dari suatu platform. Nggak ada salahnya kok melakukan pengecekan ulang ketika ditelepon secara mendadak oleh HRD.
Boleh jadi, persoalan ini memang terlampau sederhana. Sepele. Namun, jika tidak mempersiapkan segala respons dengan baik, apalagi kalian malah menyepelekan prosesnya, ya apa mau dikata. Pasalnya, pada akhirnya, kalian sendiri yang akan menentukan hasil akhir dari suatu proses wawancara kerja.
BACA JUGA 3 Alasan Resign yang Sebaiknya Dihindari oleh Para Karyawan di Setiap Perusahaan dan artikel Seto Wicaksono lainnya.