Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Merah Putih Tetap Berkibar di Papua

Rebbeca Marian oleh Rebbeca Marian
2 September 2019
A A
merah putih

merah putih

Share on FacebookShare on Twitter

Papua bagian integral NKRI, sehingga bendera Merah Putih wajib berkibar luas di lingkungan masyarakat. Apabila ada bendera selain Merah Putih dikibarkan sebagai simbol separatisme harus ditindak tegas sesuai aturan hukum yang berlaku.

Suasana rusuh di Papua beberapa waktu lalu disertai dengan aksi long march serta pengibaran bintang kejora dari sejumlah massa. Bendera ini ditengarai disiapkan untuk bendera Papua Merdeka.

Namun, sejumlah elemen masyarakat serta aparat keamanan mencegah dan menolak pengibaran tersebut. Tak hanya bernilai provokasi, namun juga bisa meresahkan warga lainnya. Hal ini memang masuk akal, mengingat para massa ini masihlah menjadi NKRI bahkan sampai kapanpun jua.

Menko Polhukam Wiranto menilai pengibaran bendera bintang kejora dilarang dalam aksi unjuk rasa, apalagi di Istana Kepresidenan. Menurut dia, bendera yang diperbolehkan hanyalah bendera Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Ia menyatakan pengibaran semacam ini memiliki aturan hukum yang berlaku sendiri. Sehingga akan ada hukuman menurut undang-undangnya. Dia berhayang telah ada, karena pemerintah berjalan sesuai aturan pula.

Sebelumnya diberitakan Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko yang tidak permasalahkan pengibaran bendera bintang kejora ini. Dia menilai pemerintah tak boleh emosional menghadapi aksi semacam ini. Implikasinya jika pemerintah melakukan serangan balasan maka keadaan akan semakin tidak kondusif.

Karena pihaknya merasa hal ini merupakan bagian dari provokasi yang sengaja dilakukan agar pemerintah melakukan tindakan. Apalagi angkatan bersenjata seperti TNI dan Polri, sangat mereka harapkan. Ada korban, baru berita digulirkan ditambahi pemberitaan yang mungkin membuat semuanya makin ruwet.

Terkait kerusuhan yang terjadi kemudian dilakukanlah sejumlah Negoisasi. Negosiasi yang alot antara aparat dengan perwakilan massa bahkan sempat terjadi. Apalagi sejumlah mahasiswa terlihat memaksa mobil komando untuk terus melaju menuju Istana Merdeka. Sehingga membuat kondisi terlihat kacau dan rusuh.

Baca Juga:

5 Pekerjaan yang Bertebaran di Indonesia, tapi Sulit Ditemukan di Turki

Pengalaman Melepas Penat dengan Camping ala Warlok Queensland Australia

Namun, tak berapa lama negoisasj berlangsung, aparat terlihat memberi jalan.  Serta memberikan izin bagi massa menuju Istana dengan mengibarkan bendera Bintang Kejora tersebut. Sang orator menyuarakan berbagai aspirasi massa yang menyertainya. Isi orasi termasuk kecaman kejadian pengepungan asrama mahasiswa Papua di Surabaya, Malang dan Semarang beberapa waktu lalu.

Mereka juga menyesalkan tindakan yang  pemukulan di Ternate dan Ambon yang berujung penangkapan. Selain itu masyarakat Papua menuntut tindakan rasialisme dihentikan. Kerugian secara spiritual serta indikasi diskriminasi yang mereka rasakan harus diperhatikan dan ditindaklanjuti.

Mereka menilai pemerintah lalai dan membuat persoalan ini makin panjang. Menyebabkan masyarakat Papua merasa menderita.  Mereka juga menyatakan jika pemerintah menganak tirikan Papua. Ada pula yang menyebut mereka sebagai bangsa monyet, marjinal juga sebutan menyakitkan lainnya.

Mereka meminta aparat TNI/Polri yang melakukan provokasi untuk segera dilengser Hal itu dinilai patut dilakukan karena menimbulkan respon yang kurang baik hingga sekarang. Secara resmi, massa menolak perpanjangan Otonomi Khusus Papua. Karena mereka ingin Papua menentukan nasibnya sendiri.

Saat demonstrasi itu, massa terpantau tengah menari dengan iringan lagu perjuangan Gerakan Papua Merdeka. Pemandangan lain yang terlihat ialah pembakaran ban bekas yang membuat kepulan asap membumbung di atas langit Istana. Aparat hanya berjaga serta membentuk barikade agar para massa tidak merangsek ke gerbang istana Negara.

Terkait hal ini sebenarnya pemerintah telah berusaha secara optimal meredam permasalahan. Pemerintah menurunkan aparatur keamanan terbaik guna mencegah keadaan kembali rusuh. Menyelidiki hingga menangkap oknum-oknum yang dinilai tak bertanggung jawab sehingga menyebabkan konflik tersulut kembali.

Setidaknya permerintah juga bersyukur telah menemukan sejumlah titik terang terkait masalah ini. Termasuk menangkap pelaku utama provokasi tindakan rasialis di Surabaya beberapa waktu lalu. Pihaknya sangat menyesalkan tindakan pelaku yang dinilai gegabah dalam menyikapi masalah.

Terlebih semua terasa lengkap ketika aneka hoax digulirkan, disulut hingga mengobarkan berbagai isu yang merugikan. Media sosial yang sekiranya berperan sebagai kemudahan teknologi disalahgunakan untuk kepentingan pribadi maupun kelompok. Tanpa mempedulikan hal lainnya. Tindakan separatispun membuat keadaan makin mencekam.

Kelumpuhan akses publik lumpuh membuat masyarakat Papua kembali merugi merasakan dampaknya. Padahal himbauan-himbauan terkait masalah ini terus digencarkan. Agar situasi tetap kondusif dan aman. Namun, agaknya sulutan emosi akibat berbagai opini publik yang dinilai memojokkan masyarakat Papua terlanjur berkobar.

Seharusnya Tetap tenang dalam menyikapi aneka maslaah dengan tidak menghiraukan aneka berita yang belum tentu kebenarannya sangatllah penting. Sehingga kejadian semacam ini bisa dihindarkan. Terkait pengibaran bendera saya setuju sekali untuk dilarang, bagaimanapun juga Papua tetap bagian NKRI, Harga Mati! (*)

BACA JUGA Kerusuhan Menyengsarakan Masyarakat: Damailah Papua atau tulisan Rebbeca Marian lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 18 Februari 2021 oleh

Tags: Indonesiamerah putihnkri harga matipapuaseparatisme
Rebbeca Marian

Rebbeca Marian

ArtikelTerkait

syiah indonesia muslim sunni mojok

Begini Rasanya Jadi Orang Syiah di Indonesia

7 Oktober 2020
11 Kosakata Sehari-hari yang Sebenarnya Berasal dari Bahasa Belanda Mojok.co

11 Kosakata Sehari-hari yang Sebenarnya Berasal dari Bahasa Belanda

20 Desember 2023
batu bara

Wacana Pindah Ibu Kota di Tengah Tekanan Bisnis Sawit dan Batu Bara

28 Agustus 2019
Kapan Indonesia Jadi Negara Ramah Anjing?

Kapan Indonesia Jadi Negara Ramah Anjing?

5 Juli 2023
Pemegang Paspor Indonesia Memang Harus Siap Sengsara di Luar Negeri Mojok.co

Pemegang Paspor Indonesia Memang Harus Siap Sengsara di Luar Negeri

21 Januari 2025
tas siaga bencana mojok

Tas Siaga Bencana yang Selalu Dianggap Sebelah Mata

3 Agustus 2021
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Nasi Goreng Palembang Nggak Cocok di Lidah Orang Jogja: Hambar!

Nasi Goreng Palembang Nggak Cocok di Lidah Orang Jogja: Hambar!

1 Desember 2025
Ketika Warga Sleman Dihantui Jalan Rusak dan Trotoar Berbahaya (Unsplash)

Boleh Saja Menata Ulang Pedestrian, tapi Pemerintah Sleman Jangan Lupakan Jalan Rusak dan Trotoar Tidak Layak yang Membahayakan Warganya

3 Desember 2025
5 Hal yang Jarang Diketahui Orang Dibalik Kota Bandung yang Katanya Romantis Mojok.co

5 Hal yang Jarang Diketahui Orang di Balik Kota Bandung yang Katanya Romantis 

1 Desember 2025
Menengok Bagaimana Penjaga Palang Kereta Api Bekerja, Termasuk Berapa Gajinya dan Gimana Cara Mendaftarnya  

Menengok Bagaimana Penjaga Palang Kereta Api Bekerja, Termasuk Berapa Gajinya dan Gimana Cara Mendaftarnya  

1 Desember 2025
Rekomendasi 8 Drama Korea yang Wajib Ditonton sebelum 2025 Berakhir

Rekomendasi 8 Drama Korea yang Wajib Ditonton sebelum 2025 Berakhir

2 Desember 2025
4 Hal yang Membuat Orang Solo seperti Saya Kaget ketika Mampir ke Semarang Mojok.co

4 Hal yang Membuat Orang Solo seperti Saya Kaget ketika Mampir ke Semarang

3 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.