Ramadan telah tiba. Toko-toko fashion sudah membuka promo Ramadan Sale sejak bulan lalu, paket buka bersama mulai digelontorkan restoran, jalanan makin ramai, tiket mudik terjual ludes. Eh, tidak boleh mudik ding, ya. Pokoknya semua sudah bersiap menyambut Ramadan tahun ini.
Termasuk di dunia permusikan. Saya sebagai pendengar musik (dibaca kebalikan: nggak blass memperhatikan musik) banget ini, mencoba untuk tidak ketinggalan mencari tahu lagu-lagu religi baru apa yang dikeluarkan oleh para musisi tanah air atau mancanegara.
Kemarin, saya membaca koran fisik yang mulai ditinggalkan masyarakat kita karena beralih ke digital itu. Sekilas info, saya masih membacanya agar tetap menjaga kewarasan saya di dunia empat titik kosong ini. Di sana saya menemukan dua berita yang kebetulan menginformasikan soal apa yang saya cari. Ada dua musisi yang diberitakan mengeluarkan lagu spesial untuk menyambut bulan puasa tahun ini. Adalah lagu dari Maher Zain dan Sabyan Gambus, musisi internasional dan satunya musisi yang sedang kena kasus tanah air.
Maher Zain merilis lagu berjudul “Ramadan Gana” yang berarti Ramadan telah datang pada kita. Sementara Sabyan merilis lagu “Maha Kasih”. Menariknya, kedua berita ini dikemas dengan cara yang berbeda. Maher Zain diberitakan dengan penuh sukacita dan bahagia, sementara lagu milik Sabyan diberitakan dengan menonjolkan sisi kontroversi personilnya yang sempat ramai kala itu. Eh, sampai sekarang kali, ya. Nggak tau juga, sih, saya tidak mengikuti.
Setelah saya baca berita di koran itu, saya langsung meluncur ke kanal YouTube untuk mendengarkan kedua lagu tersebut. Lagu dari Maher Zain bagi saya cukup nyaman didengar meskipun di awal seperti orang mau murotal-an. Meskipun terdengar nyaman, tapi saya kurang puas karena hanya dua menit. Padahal kalau mau dipanjangkan lagu itu mungkin bisa menggeser lagu “Ramadan”-nya sendiri yang dulu.
Usut punya usut, ternyata lagu tersebut adalah recycle lagu Mesir yang hits pada 1943 dan dinyanyikan oleh musisi legendaris Mesir, Abdel-Mottaleb. Sungguh cocok digunakan sebagai lagu tema Ramadan tahun ini.
Setelah selesai dengan lagu itu, saya beralih menuju kanalnya Sabyan. Entah karena saya bias atau terpengaruh oleh pemberitaan di koran yang saya baca itu, mendengarkan “Maha Kasih”-nya Sabyan, seperti mendengarkan nyanyian pertobatan dari personilnya. Apalagi lagu ini ditulis oleh Ayus yang masih kena kasus.
Terutama di bait keduanya yang menggambarkan penyesalan dan pertobatan, menjadikan lagu ini jadi gimana gitu jika mengaitkannya dengan kasus baru-baru ini. Malah bagi saya, lagu ini tidak cocok digunakan untuk menyambut bulan puasa. Akan tetapi, lagu ini cocok bagi mereka sendiri atau orang-orang yang ingin bertobat.
Setelah mendengar kedua lagu itu, guna untuk memperluas khazanah lagu-lagu religi di Ramadan ini, saya coba mencari lagu lain yang dirilis oleh para musisi. Ada dua lagu dari Ungu dan Wali, musisi yang rajin merilis lagu baru saat Ramadan, yang saya temui. Ungu dengan lagu “Bismillah Cinta”-nya dan Wali dengan “Mati Masuk Surga”.
Meski dua lagu itu relevan dengan situasi terkini, yakni pandemi, terutama lagunya Ungu, tetap bagi saya belum menggambarkan kemeriahan Ramadan tahun ini. Sampai saya mendapati sebuah story WhatsApp teman saya yang menayangkan video parodi atau aransemen “Ramadan Tiba”-nya Opick oleh @galurhorlandooo. Di video itu dengan notasi lagunya Opick, si empunya akun mengubah lirik dari Opick ke versinya sendiri.
Baris Ramadan tiba diganti dengan diluk ngkas poso (sebentar lagi puasa). Kemudian Marhaban ya Ramadan diganti dengan sok-sokan melok poso (sok-sokan ikut puasa), dan seterusnya. Hal ini cukup membuat saya ngakak dan terpingkal-pingkal. Keren juga bisa mengaransemen dengan demikian komediknya.
Akan tetapi, itu tidak berhenti sampai di situ. Di story yang lain dari kawan yang lain pula, saya mendapati lagunya Opick kembali. Kali ini dengan sedikit aransemen jedug-jedug model DJ begitu dan menampilkan Tony Stark yang sedang berjoget. Iya tahu ini video sudah cukup lama, tapi bagi saya tetap bisa membikin hati saya gembira dan makin bersemangat menyambut bulan suci Ramadan.
Nah, di sini saya sedikit berkesimpulan, sebanyak apa pun lagu religi baru rilis, sebagus apa pun aransemennya, kalau itu sudah masuk bulan Ramadan, sadar tidak sadar akan tetap kalah dengan ambience yang telah dibangun dari lagu “Ramadan Tiba”-nya Opick.
Bagi saya lagu ini sudah seperti lagu kebangsaan kita semua ketika bulan puasa tiba. Bagaimana tidak, setiap masuk bulan Ramadan, satu dua kali kita sebagai masyarakat awam pasti mendengarkannya, bukan?
Lagu yang masuk album Cahaya Cinta pada 2012 ini aslinya masih tergolong lagu yang masih baru jika dibandingkan dengan lagunya Haddad Alwi, “Marhaban Ya Ramadan” yang rilis pada 2009. Sebenarnya lagunya Haddad Alwi pun juga berkarakter dan sangat cocok juga digunakan sebagai lagu kebangsaan tiap masuk Ramadan.
Namun, karena views di YouTube-nya kalah (iya saya memparameteri kepopuleran lagu dengan itu) lebih rendah 5 juta dari Opick, ya saya mau tidak mau harus mengakui kalau lagu “Ramadan Tiba” memanglah cocok digunakan sebagai lagu kebangsaan menyambut bulan Ramadan kita semua. Gimana setuju, tidak?
Oh iya terakhir, saya juga mensyukuri datangnya bulan Ramadan kali ini. Pasalnya, dengan datangnya bulan ini, otomatis akan menggeser musisi nomor satu kita saat ini: Aldi Taher. Sudah cukup bagi saya dengar “I love you so much” yang bikin telinga meradang itu.
*Takjilan Terminal adalah segmen khusus yang mengulas serba-serbi Ramadan dan dibagikan dalam edisi khusus bulan Ramadan 2021.
BACA JUGA Merasakan Ramadan yang Sama dari Tahun ke Tahun karena Lagu-lagu Ini dan tulisan Kevin Winanda Eka Putra lainnya.