Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Biarkan Perempuan Berjilbab seperti Saya Bebas Berekspresi dan Menjadi Diri Sendiri

Husnil Khatimah Nst oleh Husnil Khatimah Nst
9 April 2021
A A
Biarkan perempuan berjilbab bebas berekspresi dan jadi diri sendiriterminal mojok
Share on FacebookShare on Twitter

“Mending nggak usah pakai jilbab aja, Mbak, kalau berjilbab cuma gaya-gayaan!” Kira-kira begitulah komentar yang saya dapatkan dari seorang pria, tepat setelah teman saya menggunggah video saya di status WhatsApp miliknya. Dalam video tersebut, saya sedang menikmati musik sambil berjoget dan tentu saja gerakan tubuh saya belum bisa menandingi jogetan Papi Chulo di TikTok.

Mengapa saya harus melepas jilbab padahal saya cuma joget-joget santai? Alhasil saya jadi overthinking, kan. Saya membayangkan apabila tuntutan semacam itu dilakukan oleh banyak orang, secara tidak langsung hal tersebut menunjukkan bahwa berjilbab artinya kita harus bersedia mengikuti standar “kemuliaan” agar kelak menjadi penghuni surga.

Contoh lain yang menurut saya cukup relevan dengan kasus saya, yaitu fenomena hijrah yang saya ketahui seperti perempuan yang awalnya tidak berjilbab lantas mengenakan jilbab. Atau yang telah berjilbab menjadi menggunakan jilbab yang lebih lebar dari sebelumnya, ringkasnya jauh lebih tertutup dari segi penampilan. Biasanya ruang ekpresi yang mereka miliki kurang atau bahkan tidak ada sama sekali dalam hal tertentu. Salah satu di antaranya yang masih saya ingat, ada komentar: tidak seharusnya perempuan berjilbab lebar atau bercadar mengunggah foto selfienya di media sosial dengan alasan “khawatir menjadi fitnah” dan bisa berujung pada dosa.

Selain itu, saya pernah sedikit berdiskusi dengan seorang teman perihal konten di YouTube, di mana ada pasangan suami istri sedang memberi tahu gaya bercinta dan kebetulan si istri mengenakan jilbab yang cukup lebar. Bagi teman saya, konten tersebut tergolong cringe karena ukuran jilbab yang digunakan oleh perempuan tersebut.

Dugaan saya, orang yang berpikiran sama seperti teman saya ini tidak satu atau dua orang saja, mungkin banyak. Padahal siapa pun boleh membahas urusan seks terlepas dari bagaimana pakaian yang ia kenakan.

Kemudian, setahu saya konteks berjilbab di Indonesia itu sebagai bentuk kemerdekaan bagi perempuan muslim. Apalagi sempat terjadi pelarangan penggunaan jilbab di sekolah-sekolah pada masa orde baru yang tentu saja menuai kontroversi.

Jadi. bisa dibilang berjilbab saat ini adalah sebuah privilege. Apa salahnya jika memanfaatkan keistimewaan tersebut? Bukankah seharusnya dengan berjilbab, hak ekpresi yang perempuan miliki tetaplah sama selayaknya perempuan pada umumnya?

Namun, mungkin menjadi perempuan muslimah yang berjilbab memang rawan akan tudingan, peringatan, dan bahkan mendapatkan penghakiman. Helaian rambut terlihat dibilang berjilbabnya belum benar, pakai cadar dibilang kayak ninja, berjilbab tapi tidak menutupi dada disamakan dengan orang berpakaian tapi telanjang. Apalagi kalau sampai melepas jilbab sama sekali, mungkin mendapatkan seluruh sumpah serapah yang pernah ada di muka bumi ini. Padahal setahu saya, aturan berjilbab itu sendiri masih sering diperdebatkan, khususnya tentang sebatas mana perempuan dewasa menutup auratnya.

Baca Juga:

Muslimah Pakai Jilbab, tapi Dibuat Merasa Hina

Bokep Jilbab, Bokep Amatir Pemuas Fetish Jilbab yang Menguasai Twitter

Bukan hanya dikomentari bagaimana seharusnya ia menggunakan jilbab, tak jarang perempuan berjilbab dianggap sebagai orang yang saleh. Padahal belum tentu begitu dan tidak menutup kemungkinan ketika ia melakukan kekeliruan, jilbab bisa menjadi faktor sebesar apa sanksi sosial yang ia dapatkan. Dalam artian, mungkin cemoohan yang ia terima akan jauh lebih besar dari pada perempuan yang tidak berjilbab.

Seperti halnya kabar yang beberapa saat lalu menggemparkan seantero Indonesia, yaitu berita perselingkuhan yang dilakukan oleh personel dari grup musik Islami, Sabyan Gambus. Bisa kita lihat bagaimana reaksi masyarakat Indonesia melalui media sosial terhadap skandal tersebut.

Tanpa disadari banyak orang telah menghakimi si perempuan dengan berlebihan, bahkan bisa saya katakan itu sudah merupakan bentuk eksploitasi perempuan. Walaupun pihak laki-laki tetap disalahkan, namun tetaplah porsinya masih jauh lebih baik.

Padahal kalau kita mau berpikir ulang mengenai kasus tersebut, mungkin kita akan bersikap biasa-biasa saja karena perselingkuhan bukanlah hal baru. Main serong dari pasangan sudah eksis sejak dulu sekali, cuma sayangnya tidak ada yang mendokumentasikan dan menyebarluaskan, apalagi mau “digoreng” cantik di sosial media. Mana bisa. Tapi lagi-lagi, kekeliruan yang dilakukan oleh perempuan berjilbab akan tampak lebih menjijikkan dan mengenaskan di mata masyarakat kita.

Terlepas dari tudingan-tudingan tersebut, bagi saya menjadi perempuan itu repotnya bukan main. Ini harus ditambahi persoalan kesesuaian perilaku dengan cara berpakaian, makin ruwet. Padahal cara berpakaian itu kadang tercipta karena banyak faktor, salah satunya adalah kebiasaan, sama seperti yang saya lakukan saat ini.

Saya sudah berjilbab sejak kelas 6 SD dan itu pun karena disuruh oleh ayah saya, khususnya ketika berpergian. Kemudian selama sekolah menengah pertama dan atas, saya memilih institusi yang dinaungi Kementerian Agama, jadilah saya semakin terbiasa mengenakan jilbab dalam kehidupan sehari-hari. Sekali lagi, perdebatan bagaimana seharusnya perempuan berjilbab berperilaku itu sungguh menyebalkan.

Lagi pula, bagi saya pakaian adalah bagian dari budaya yang modenya bisa berubah-ubah sesuai dengan situasi dan kondisi. Sebagai contoh jilbab syar’i yang kita kenal saat ini, yang oleh kelompok tertentu distandarisasikan dengan bentuk jilbab berukuran lebar hingga menutupi hampir seluruh badan bagian atas. Lantas, apakah pemahaman terhadap bentuk jilbab syar’i akan terus bertahan seperti itu? Belum tentu, bisa jadi mode atau standarnya berubah di kemudian hari.

Lalu jika masih ingat, dulu di zaman penjajahan sempat berkembang anggapan bahwa berpakaian seperti orang Eropa adalah haram hukumnya dan dianggap kafir. Bagaimana model pakaian kita saat ini? Ya kita sama-sama tahu.

Bayangkan, pada masanya, cuma meniru gaya berpakaian bisa dianggap kafir, lho. Sementara saya malah disuruh lepas jilbab. Apa iya goyangan tersebut membuat saya menjadi kafir? Kan tidak juga. Atau sebuah goyangan yang biasa-biasa saja itu membuatmu gregetan sehingga mampu meruntuhkan imanmu, Mas? Mungkin saja.

Lebih dari itu, menurut saya tidak ada standar yang mutlak terhadap bagaimana seharusnya perempuan berperilaku baik berjilbab ataupun tidak. Tetapi tidak bisa dimungkiri bahwa dalam lingkungan masyarakat terdapat ideal moral yang dijadikan sebagai acuan, baik yang bersumber dari dalil-dalil maupun dari nilai dan norma yang berlaku. Kendati demikian, acuan tersebut seharusnya bisa dipahami dengan lebih luwes lagi.

Saya pikir ada baiknya untuk mengatur ulang pola pikir mengenai hubungan cara berpakaian dengan tingkah laku manusia, karena bagi saya pakaian hanyalah faktor kecil dari banyak faktor untuk kita bisa menilai seseorang itu seperti apa. Sekalipun terjadi ketidaksesuaian dengan ideal moral yang berlaku selama ini, tidak perlu berlebihan juga dan sikapilah dengan penuh kebijaksanaan.

Jadi, biarkan saya yang berjilbab ini tetap bebas berekspresi dan menjadi diri saya sendiri. Jika pun perlakuan saya berujung dosa tentu itu menjadi urusan Tuhan.

BACA JUGA Tipe-tipe Pemakai Jilbab yang Harus Kita Ketahui biar Nggak Gampang Menghujat.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 9 April 2021 oleh

Tags: hijabersJilbabjilbab besarPakai Hijab
Husnil Khatimah Nst

Husnil Khatimah Nst

Perempuan ganteng yang suka mie ayam.

ArtikelTerkait

Tipe-Tipe Pemakai Jilbab yang Harus Kita Ketahui biar Nggak Gampang Menghujat terminal mojok

Tipe-tipe Pemakai Jilbab yang Harus Kita Ketahui biar Nggak Gampang Menghujat

24 Maret 2021
kosmetik dan jilbab halal

Dilema Kosmetik dan Jilbab Halal: Serba Halal dan Dihalalkan

20 Mei 2019
Tradisi Kupatan sebagai Tanda Berakhirnya Hari Lebaran Masa Lalu Kelam Takbir Keliling di Desa Saya Sunah Idul Fitri Itu Nggak Cuma Pakai Baju Baru, loh! Hal-hal yang Dapat Kita Pelajari dari Langgengnya Serial “Para Pencari Tuhan” Dilema Mudik Tahun Ini yang Nggak Cuma Urusan Tradisi Sepi Job Akibat Pandemi, Pemuka Agama Disantuni Beragama di Tengah Pandemi: Jangan Egois Kita Mudah Tersinggung, karena Kita Mayoritas Ramadan Tahun Ini, Kita Sudah Belajar Apa? Sulitnya Memilih Mode Jilbab yang Bebas Stigma Kenapa Saf Tarawih Makin Maju Jelang Akhir Ramadan? Kenapa Kita Sulit Menerima Perbedaan di Media Sosial? Masjid Nabawi: Contoh Masjid yang Ramah Perempuan Surat Cinta untuk Masjid yang Tidak Ramah Perempuan Campaign #WeShouldAlwaysBeKind di Instagram dan Adab Silaturahmi yang Nggak Bikin GR Tarawih di Rumah: Ibadah Sekaligus Muamalah Ramadan dan Pandemi = Peningkatan Kriminalitas? Memetik Pesan Kemanusiaan dari Serial Drama: The World of the Married Mungkinkah Ramadan Menjadi Momen yang Inklusif? Beratnya Menjalani Puasa Saat Istihadhah Menghitung Pengeluaran Kita Kalau Buka Puasa “Sederhana” di Mekkah Apakah Menutup Warung Makan Akan Meningkatkan Kualitas Puasa Kita? Kenapa Saf Tarawih Makin Maju Jelang Akhir Ramadan? Apakah Menutup Warung Makan Akan Meningkatkan Kualitas Puasa Kita? Mengenang Serunya Mengisi Buku Catatan Ramadan Saat SD Belajar Berpuasa dari Pandemi Corona Perlu Diingat: Yang Lebih Arab, Bukan Berarti Lebih Alim Nonton Mukbang Saat Puasa, Bolehkah? Semoga Iklan Bumbu Dapur Edisi Ramadan Tahun Ini yang Masak Nggak Cuma Ibu

Sulitnya Memilih Mode Jilbab yang Bebas Stigma

13 Mei 2020
bahan Jilbab Ternyata Bisa Dimaknai Sebagai Perlawanan

Jilbab Ternyata Bisa Dimaknai Sebagai Perlawanan

1 Mei 2020
Kok Ada Orang Tua yang Memaksa Anak Balitanya Pakai Hijab? terminal mojok.co

Kok Ada Orang Tua yang Memaksa Anak Balitanya Pakai Hijab?

9 Maret 2021
Tukang Ojek Bercadar: Progresif atau Salah Kaprah?

Tukang Ojek Bercadar: Progresif atau Salah Kaprah?

23 Desember 2019
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

5 Alasan Danau UPN Veteran Jatim Adalah Tempat Nongkrong Paling Romantis Sekaligus Paling Mlarat

5 Alasan Danau UPN Veteran Jatim Adalah Tempat Nongkrong Paling Romantis Sekaligus Paling Mlarat

2 Desember 2025
Alasan Orang Surabaya Lebih Sering Healing Kilat ke Mojokerto daripada ke Malang Mojok.co

Alasan Orang Surabaya Lebih Sering Healing Kilat ke Mojokerto daripada ke Malang

5 Desember 2025
3 Sisi Lain Grobogan yang Nggak Banyak Orang Tahu

3 Sisi Lain Grobogan yang Nggak Banyak Orang Tahu

4 Desember 2025
Madiun, Kota Kecil yang Banyak Berbenah kecuali Transportasi Publiknya Mojok.co

Madiun, Kota Kecil yang Sudah Banyak Berbenah kecuali Transportasi Publiknya

2 Desember 2025
Pengakuan Pengguna Tumbler Lion Star: Murah, Awet, dan Tidak Mengancam Masa Depan Karier Siapa pun

Pengakuan Pengguna Tumbler Lion Star: Murah, Awet, dan Tidak Mengancam Masa Depan Karier Siapa pun

29 November 2025
Video Tukang Parkir Geledah Dasbor Motor di Parkiran Matos Malang Adalah Contoh Terbaik Betapa Problematik Profesi Ini parkir kampus tukang parkir resmi mawar preman pensiun tukang parkir kafe di malang surabaya, tukang parkir liar lahan parkir

Rebutan Lahan Parkir Itu Sama Tuanya dengan Umur Peradaban, dan Mungkin Akan Tetap Ada Hingga Kiamat

2 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.