Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

Jalan Daendels di Purworejo dan Jalan Anyer-Panarukan Itu Dibangun oleh Orang yang Berbeda, Jangan Sampai Keliru!

Christianto Dedy Setyawan oleh Christianto Dedy Setyawan
22 Februari 2021
A A
jalan daendels anyer panarukan kolonialisme voc mojok

daendels anyer panarukan kolonialisme voc mojok

Share on FacebookShare on Twitter

Topik mengenai Daendels yang mengemuka di kalangan netizen belakangan ini mengarahkan saya pada hal lain. Soal kiprah Daendels dengan pemberian upah bagi pekerja pembangun jalan Bogor-Cirebon sebelumnya pernah saya bahas di Mojok. Soal mengapa netizen masih ingat dengan sosok penjajah yang pernah didengar di pelajaran sejarah juga mudah disimpulkan. Nama Daendels sudah diajarkan di jenjang SMP dalam lingkup kecil, sebelum dibahas lagi di jenjang SMA dengan cakupan agak luas. Publik tentunya lebih gampang mengingat tokoh kolonial dengan kebijakan keji atau kontroversial. Oleh karena itu, nama seperti Daendels atau Raffles relatif masih membekas di kepala meskipun cuma sekilas. Pokoknya yang serba gampang dikenang itu yang mudah diidentifikasi. Seperti halnya mantanmu, Mylov.

Di luar materi kerja rodi yang rutin diajarkan di pelajaran Sejarah kelas dua SMA, sadarkah kalau kita sering keliru menyebut nama Daendels dalam lingkup keseharian? Selain mereka yang berkecimpung di dunia pendidikan dan ilmu sejarah, barangkali masyarakat Purworejo adalah orang yang kerap menyebut nama Daendels. Mengapa saya sebut demikian karena banyak teman saya yang asli Purworejo selalu menyebut nama Jalan Daendels sebagai rute andalan setiap bepergian. Jadi maafkan jika dalam judul di atas saya tidak menulisnya sebagai Daendels versi orang Kulon Progo, Kebumen, atau daerah lainnya yaaa. Kawan-kawan saya beranggapan kalau jalan raya yang disebut sebagai Jalan Daendels itu ya jalan besar melintasi Purworejo dari timur ke barat. Tidak sedikit orang yang menyimpulkan kalau Daendels yang sedang viral itu juga mengembangkan cabang jalan pos melewati Purworejo. Istilahnya semacam proyek Anyer-Panarukan jilid dua. Anggapan ini menjadi wawasan lisan turun temurun yang sebenarnya perlu diluruskan.

Patut digarisbawahi kalau Daendels-nya orang Purworejo dengan Daendels-nya Anyer-Panarukan adalah dua orang yang berbeda. Jangan coba-coba menyamakan daripada berujung pada salah kaprah. Tiga hal berikut barangkali dapat sedikit menjelaskannya.

Riwayat dua Daendels

Daendels yang namanya akrab di kuping kita adalah Herman Willem Daendels. Dia dikenal sebagai Gubernur Jenderal Hindia Belanda yang memimpin dalam kurun waktu 1808-1811. Daendels yang kita kenal ini mewakili kepentingan Perancis meski ada embel-embel Belanda dalam dirinya. Gambarannya adalah di era tersebut Perancis menguasai Belanda dan Hindia Belanda alias Indonesia selaku jajahannya pula. Napoleon Bonaparte duduk sebagai penguasa Perancis, saudaranya yang bernama Louis Napoleon berdinas di Belanda, serta Daendels yang dipercayai untuk mengurus Hindia Belanda. Sebagai sosok yang jadi bos di negeri kita tercinta ini, blio berhak melakukan aneka rupa kebijakan guna melanggengkan hegemoni Perancis, mempertahankan wilayah dari ancaman Inggris, dan melakukan pembangunan yang diperlukan. Dari sini muncul proyek pembangunan jalan Anyer-Panarukan.

Berbeda dengan Daendels versi orang Purworejo, nama ini tidak disebutkan di buku sejarah anak sekolah. Sejauh yang saya amati sih nggak ada yang menuliskan namanya sedikit pun. Yang dimaksud adalah Augustus Derk Daendels. Ia adalah asisten residen di Ambal yang menjabat per 1838. Ambal merupakan salah satu wilayah yang berada di bawah naungan Karesidenan Bagelen. Jalan yang disebut sebagai Jalan Daendels sejatinya tidak hanya melintasi Purworejo saja karena jika dicermati lebih lanjut jalan yang ia bangun membentang dari Karang Bolong (Kebumen) hingga Brosot (Kulon Progo). Pembangunan jalan ini memiliki dua makna. Pertama untuk sarana transportasi, ekonomi, dan memperlancar mobilitas pertahanan-keamanan. Kedua, alasan politis karena di era sebelumnya ruas jalan tersebut dikenal warga sebagai jalan Diponegoro. Daendels yang satu ini ingin menghapus nama Diponegoro dari ingatan kolektif masyarakat. Ia juga ingin namanya sendiri yang dikenang abadi melalui nama jalan utama. Dalam menggerakkan Perang Jawa, Diponegoro memang melintasi jalan ini sebagai salah satu rute gerilyanya. Data detailnya dapat disimak di buku Kuasa Ramalan (tiga jilid) karya Peter Carey atau Strategi Menjinakkan Diponegoro karya Saleh As’ad Djamhari.

Dua rute jalan yang berbeda

Jalan Anyer-Panarukan yang legendaris adalah rute yang sebagian besarnya kini dikenal dengan nama jalur pantura. Jelas bahwa jalan yang dulunya menjadi jalur utama mudik Lebaran sebelum banyak tol dibangun ini merupakan warisannya Herman Willem Daendels. Jalur pantura membantu sendi-sendi transportasi masyarakat dalam aspek sosial, politik, hingga niaga. Jalur yang ramai ini menjadi andalan masyarakat selama bertahun-tahun. Ulasan apik soal ini dapat dibaca di buku Dua Abad Jalan Raya Pantura karya Endah Sri Hartatik. Jadi, kalau kamu lewat jalur pantura nggak ada salahnya kalau sesekali teringat Daendels. Itu lebih bernuansa akademis ketimbang teringat utangmu pada temanmu yang kalau belum ditagih ya belum akan dikembalikan.

Berbeda dengan Jalan Daendels-nya orang Purworejo, jalan ini melintasi jalur selatan. Istilah jalur selatan ini lazim terdengar di kuping kaum pemudik, penglaju, dan anak muda penghobi touring. Meski dari segi panjangnya jauh berbeda dengan jalur pantura, pembangunan jalur ini juga disertai pertimbangan aspek ekonomi. Jalur pantura dan jalur selatan sama-sama terletak tidak jauh dari wilayah pantai. Tanpa ditulis di sini pasti sudah tahu kan jalur mana yang banyak memiliki pantai yang indah untuk wisata?

Ruang pembahasan yang tidak sama

Menemukan ulasan soal Herman Willem Daendels terbilang mudah. Di buku sejarah anak sekolahan, nama dan kiprahnya pasti tertera. Mencarinya di Google pun gampang banget. Aneka informasi soal Raden Mas Galak ini dapat kita baca sepuasnya. Lain halnya jika berbicara tentang Augustus Derk Daendels. Sepengetahuan saya sih namanya tidak tercantum sama sekali di buku sejarah dari SMP hingga SMA. Mencari di dunia maya pun tidak banyak situs yang menjelaskan sosoknya dengan detail. Untuk urusan pengabadian dalam wujud tiga dimensi juga berbeda. Rupa Herman Willem Daendels diabadikan dalam bentuk patung di Cadas Pangeran (Sumedang) yang sedang bersalaman dengan Pangeran Kornel alias Pangeran Kusumadinata IX, yang tangan satunya memegang gagang keris dengan mode siaga. Di sisi lain, perihal label yang melekat pada jalan, jalur selatan lebih unggul ketimbang jalur pantura. Hal ini karena penyebutan Jalan Daendels lebih familiar bagi orang yang tinggal di jalur selatan atau warga yang melintasi rute tersebut. Aplikasi Google Maps juga senada dengan hal ini. Ketik saja “Jalan Daendels” maka yang muncul adalah jalur selatan.

Baca Juga:

Jalur Pansela Kebumen, Jalur Maut Perenggut Nyawa Tanpa Aba-aba

Jalan Daendels Pansela Tidak Kalah Hancur dari Pantura, Tak Layak Dilewati padahal Menyimpan Potensi

Ada alasan mengapa Augustus Derk Daendels dikenal memiliki sikap yang sama arogan dan kejamnya dengan Herman Willem Daendels. Ada penjelasan mengapa keduanya sama-sama giat dalam “politik jalan” di rezimnya. Ya wajar saja lha wong relasi mereka adalah bapak dan anak. Augustus Derk Daendels adalah putra Herman Willem Daendels dengan Alida Elisabeth Reiniera van Vlierden. Meski demikian jangan berpikir kalau ini semacam politik dinasti lho. Yo jelas beda. Daendels senior telah meninggalkan Hindia Belanda per 1811, sedangkan Daendels junior menjabat sebagai asisten residen di Ambal per 1838, jauh setelah Daendels senior wafat. Bapaknya berdinas di sini di bawah komando Napoleon Bonaparte, sementara anaknya bertugas di sini di bawah naungan Belanda yang kala itu dipimpin Gubernur Jenderal Dominique Jacques de Eerens. Dunia yang telah berubah drastis sebab jauh sebelum tahun tersebut Napoleon telah tewas dalam pengasingan di Pulau Saint Helena pasca kekalahannya di Waterloo.

Gimana, masih menganggap Daendels-nya jalur selatan dan Pantura sebagai satu orang yang sama, Bro?

Sumber gambar: Akun Twitter @bajrul.

BACA JUGA Betapa Gobloknya Orang-orang yang Memuji dan Minta Maaf ke Daendels dan tulisan Christianto Dedy Setyawan lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 6 Januari 2022 oleh

Tags: herman willem daendelsjalan daendels
Christianto Dedy Setyawan

Christianto Dedy Setyawan

Pencinta literatur yang hobi blusukan sejarah

ArtikelTerkait

Jalan Daendels Pansela Tidak Kalah Hancur dari Pantura, Tak Layak Dilewati padahal Menyimpan Potensi

Jalan Daendels Pansela Tidak Kalah Hancur dari Pantura, Tak Layak Dilewati padahal Menyimpan Potensi

28 November 2025
Jalan Daendels, Penghubung Jogja-Purworejo yang Mirip Neraka. Jangan Lewat Sini kalau Nggak Mau Celaka

Jalan Daendels, Penghubung Jogja-Purworejo yang Mirip Neraka. Jangan Lewat Sini kalau Nggak Mau Celaka

22 Februari 2024
Jalan Nasional Purworejo vs Kulon Progo Ketimpangannya Begitu Terasa: Dalam Hitungan Meter, Dunia Begitu Berbeda

Jalan Nasional Purworejo vs Kulon Progo Ketimpangannya Begitu Terasa: Dalam Hitungan Meter, Dunia Begitu Berbeda

24 September 2025
Jalan Daendels Adalah Secuil Neraka yang Tumpah di Gresik, Pengendara Motor Selalu Diuji Kesabarannya Mojok.co

Jalan Daendels Adalah Secuil Neraka yang Tumpah di Gresik, Pengendara Motor Selalu Dibuat Kerepotan

5 Maret 2024
Jalur Pansela Kebumen, Jalur Maut Perenggut Nyawa Tanpa Aba-aba

Jalur Pansela Kebumen, Jalur Maut Perenggut Nyawa Tanpa Aba-aba

2 Desember 2025
Jalan Daendels, Jalan Penghubung Yogyakarta-Purworejo yang Mirip Simulasi Neraka

Jalan Daendels, Jalan Penghubung Yogyakarta-Purworejo yang Mirip Simulasi Neraka

30 Oktober 2023
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

4 Hal tentang Untidar Magelang yang Belum Diketahui Banyak Orang Mojok.co

4 Hal tentang Untidar Magelang yang Belum Diketahui Banyak Orang

29 November 2025
Tidak seperti Dahulu, Jalanan di Solo Kini Menyebalkan karena Semakin Banyak Pengendara Nggak Peka Mojok.co

Tidak seperti Dahulu, Jalanan di Solo Kini Menyebalkan karena Semakin Banyak Pengendara Nggak Peka

1 Desember 2025
Bengawan Solo: Sungai Legendaris yang Kini Jadi Tempat Pembuangan Sampah

Bengawan Solo: Sungai Legendaris yang Kini Jadi Tempat Pembuangan Sampah

2 Desember 2025
4 Hal Sepele tapi Sukses Membuat Penjual Nasi Goreng Sedih (Unsplash)

4 Hal Sepele tapi Sukses Membuat Penjual Nasi Goreng Sedih

29 November 2025
4 Aturan Tidak Tertulis Saat Menulis Kata Pengantar Skripsi agar Nggak Jadi Bom Waktu di Kemudian Hari

4 Aturan Tidak Tertulis Saat Menulis Kata Pengantar Skripsi agar Nggak Jadi Bom Waktu di Kemudian Hari

28 November 2025
Kuliah Jurusan Ekonomi Pembangunan Bikin Saya Tidak Bisa Enjoy Shopping Lagi

Kuliah Jurusan Ekonomi Pembangunan Bikin Saya Tidak Bisa Enjoy Shopping Lagi

30 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana
  • Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih
  • Cerita Relawan WVI Kesulitan Menembus Jalanan Sumatera Utara demi Beri Bantuan kepada Anak-anak yang Terdampak Banjir dan Longsor


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.