Bekerja di ruang lingkup HRD membuat saya mau tidak mau, menjadi jembatan penghubung bagi satu karyawan dengan karyawan yang lain, juga satu divisi dengan divisi yang lain. Selain menjadi representasi perusahaan, saya pun diharapkan untuk aktif mengikuti beberapa seminar yang biasanya diselenggarakan oleh pihak eksternal. Bisa melalui jalur undangan atau datang secara langsung ke kantor. Dari berbagai seminar yang sudah saya ikuti, saya menyadari suatu hal. Ada beragam motivator Indonesia cum trainer yang biasa mengisi acaranya.
Ada yang menyenangkan dan bikin acara menjadi tidak membosankan. Tidak sedikit pula yang menyebalkan, bikin ngantuk, juga nggak bikin semangat sama sekali meski pengisi acara sudah bersuara lantang dengan nada yang sangat menggelegar.
Namun, saya, juga para peserta lain, termasuk HRD dari berbagai perusahaan, sering kali menipu diri. Berpura-pura antusias dan mengikuti keseluruhan acara sampai selesai. Walaupun nggak sedikit pula yang menunjukkan rasa bosannya dengan cara menampilkan ekspresi datar—tidak memperlihatkan antusiasme sama sekali—izin bolak-balik ke toilet selama acara berlangsung.
Pemandangan seperti itu sangat familier bagi saya atau di berbagai perusahaan yang juga sering mengikuti seminar. Mau ikut semangat sambil tepuk tangan, tapi ya malas betul. Mau ikut tertawa, tapi—ini serius—pura-pura tertawa itu bikin nggak nyaman. Suwer.
Sesuai pengamatan saya selama mengikuti seminar motivasi dalam ruang lingkup perusahaan, ada beberapa tipe motivator di Indonesia atau trainer dengan segala karakter juga ice breaking-nya. Berikut empat diantaranya.
#1 Dikit-dikit meneriakkan “semangat pagi!”
Boleh dibilang, ini adalah kata template dari para motivator Indonesia yang masih saja digunakan hingga saat ini. Memangnya, nggak ada kata penyemangat yang lain apa, ya? Hehehe.
Okelah, alasannya untuk sugesti positif. Namun, sekali lagi, nggak mau cari yang lain gitu? Kalaupun mentok dan nggak tahu apa kata pengganti yang lebih baik dan tidak membosankan, ya pakai sapaan biasa aja gitu.
“Selamat pagi/siang/sore!” misalnya.
Kalau memang sejak awal pembawaan dari motivatornya sudah menyenangkan, atau paling tidak bisa menciptakan suasana yang bikin semangat, pasti para peserta yang hadir juga ikutan semangat, kok. Percaya, deh.
#2 Minim materi, kebanyakan ice breaking
Saya pernah mengikuti seminar yang, entah kenapa, lebih banyak ice breaking-nya dibanding penyampaian materinya. Kala itu, saya hanya mengikuti alur kegiatannya. Sampai akhirnya, ada peserta lain yang menyadari dan bilang sama saya, “Eh, ini kok kebanyakan ice breaking-nya ya dibanding materinya?”
Sudah menjadi rahasia umum bahwa ice breaking adalah bagian dari seminar. Namun, porsinya harus diatur sedemikian rupa. Agar tidak terjadi overlapping dengan materi yang disampaikan oleh si motivator.
#3 Pasrah melihat para peserta yang lesu dan dikit-dikit mempersilakan ambil camilan
Barangkali, para motivator Indonesia atau trainer juga menyadari bahwa nggak selamanya kelas mereka menarik. Kemudian, ketika hal ini terjadi, sudah sewajarnya jika banyak peserta yang hilir mudik, silih berganti, keluar masuk ruangan dengan izin yang template: mengantuk atau izin ke toilet.
Cara ini memang terbilang sangat ampuh bagi siapa pun yang mengantuk saat menghadiri suatu acara. Nah, jika sudah seperti ini, pengisi acara, termasuk motivator dalam suatu seminar sering kali tidak berkutik dan hanya bisa pasrah. Kecuali, mereka bisa menemukan cara agar acara tidak membosankan.
#4 Diselipkan jualan yang nggak diduga-duga
Bayangkan kalian sedang menonton YouTube, lagi asik dan seru-serunya, ealah kepotong iklan. Nah, secara offline, hal ini sering kali terjadi pada saat mengikuti seminar. Lagi asyik-asyiknya memperhatikan pengisi acara, motivator atau trainer, ujug-ujug ada soft-selling atau promosi halus tentang materi seminar. Bisa jualan CD atau DVD terapi, kumpulan quote motivasi, dan lain sebagainya.
Ya, nggak salah, sih. Namanya juga usaha dan sedang memasarkan barang dagangan. Namun, mohon sekali, selipkan di waktu yang tepat gitu. Biar fokus nggak terbagi antara mencerna materi dan harus mendengarkan promosi.
Semoga saja, dalam waktu mendatang, siapa pun motivatornya, apa pun acaranya, bisa diselingi acara yang lebih semarak dan tidak template. Satu lagi, please banget, dong. Saat menyapa, ciptakan kalimat yang lain. Jangan hanya, “Semangat pagi!” terus. Serius ini.
BACA JUGA 3 Alasan Buku Motivasi Selalu Laku di Pasaran dan artikel Seto Wicaksono lainnya.