Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Kalimat ‘Yok bisa yok’ Bukan Toxic Positivity, Sini Saya Jelasin

Bima Bani Perkasa oleh Bima Bani Perkasa
23 Januari 2021
A A
Kalimat Yok bisa yok Bukan Toxic Positivity Sini Saya Jelasin motivasi

Motivasi (Pixabay.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Setelah saya baca artikel M.Farid Hermawan yang berjudul “Hindari Ngomong Kalimat Goblok ‘yok bisa yok’. Toxic Positivity, Bos!“. Mengingatkan kembali saya pada masa-masa kuliah dulu. Yang terlampau sering mengandalkan metode sistem kebut semalam (SKS) dalam menyelesaikan tugas kuliah. Terima kasih Mas Farid, berkat artikelnya saya bisa sedikit bernostalgia dengan ingatan masa-masa kuliah dulu.

Di satu sisi artikel Mas Farid membuat saya bernostalgia. Di lain sisi membuat saya kesal. Bagaimana tidak kesal, kok bisa-bisa nya Mas Farid dalam artikelnya ngomong kalimat “yok bisa yok” sebuah toxic positivity. Saya sebagai pengguna aktif kalimat “yok bisa yok” tidak setuju dengan pendapat Mas Farid tersebut.

Kalimat “yok bisa yok” menjadi sebuah toxic positivity itu karena Mas Farid gagal dalam manajemen waktu antara kuliah dan organisasinya, dan terpaksa menggunakan metode SKS dalam menyusun laporan UAS alat ukur psikologi, yang waktu pengumpulannya tinggal dua hari lagi. Di saat bersamaan, ada seorang kawan Mas Farid yang telah jauh-jauh hari mengerjakan laporan UAS mengatakan “yok bisa yok” kepada Mas Farid yang saat itu masih mengerjakan laporan UAS-nya. Bukannya membantu, kawan Mas Farid malah langsung pamit pulang karena sudah menyelesaikan laporannya.

Seharusnya pada posisi ini Mas Farid muhasabah diri. Bukan malah menganggap kalimat “yok bisa yok” sebuah toxic positivity. Wong, sudah tau ada deadline tugas laporan. Bukanya dicicil malah ngeles sibuk dengan organisasi jadi alasan. Lah, organisasi lagi jadi kambing hitamnya. Dulu waktu kuliah ada seorang kawan yang memberi saya wejangan: ” jangan sampai kuliah mengganggu organisasimu, dan jangan pula organisasi mengganggu kuliahmu”. Walaupun sebuah wejangan sederhana dengan hanya kata yang dibolak balik. Saya memegang wejangan ini. Alhasil, saat ada kawan memberi semangat dengan kalimat “yok bisa yok” pas lagi SKS, saya tidak menganggap itu kalimat toxic positivity.

Dalam artikel nya, Mas Farid mencoba menguji efektivitas kalimat “yok bisa yok” dengan memberi contoh yang membuat saya sampai tepuk jidat. Mas Farid membayangkan membuat acara dengan modal satu juta dengan konsep acara dapat mengundang band sekelas Dream Theater, dan ketua pelaksananya memberi motivasi “yok bisa yok”. Berharap hanya dengan kalimat “yok bisa yok” acara itu dapat terlaksana sesuai konsep. Sejujurnya, saya membaca ini tertawa terbahak-bahak. Heran aja, kok bisa Mas Farid menitikberatkan kalimat “yok bisa yok” sebagai faktor tunggal kesuksesan sebuah acara. Dipikirnya kalimat “yok bisa yok” sama kayak “kun fayakun“ pas Allah S.W.T pingin buat sesuatu kali ya.

Yang membuat saya tak habis pikir. Mas Farid juga dengan tegas mengatakan dia sedikit curiga kepada pencipta kalimat “yok bisa yok” adalah seorang penipu ulung yang bermodalkan bacot saja. Wah, setahu saya kalimat “yok bisa yok” di populer kan oleh penyanyi idola saya, Kunto Aji. Melalui akun twitter nya dengan membuat tweet dengan kalimat ” yok bisa yok”. Namun, secara pasti saya tidak mengetahui siapa yang menciptakan kalimat “yok bisa yok”. Tapi, secara langsung Mas Farid sudah men–judge pencipta kalimat ” yok bisa yok” sebagai penipu, tanpa memiliki bukti-bukti yang valid. Simpelnya, Mas Farid sudah suudzon.

Sebenarnya, Mas Farid dalam menilai kalimat “yok bisa yok” sangat subjektif. Hal inilah yang menimbulkan ekspektasi terlalu tinggi Mas Farid terhadap kalimat “yok bisa yok”. Oleh karena ekspektasi yang tidak sesuai dengan realita ini yang membuat Mas Farid begitu mangkel dengan kalimat “yok bisa yok”. Saat Mas Farid memerlukan uluran tangan yang dapat membantu nya dalam menyelesaikan laporannya. Tapi, yang Mas Farid dapat hanya kalimat “yok bisa yok” tanpa aksi nyata dari kawannya.

Sakit hati dengan realitas. Mas Farid meluapkan amarahnya kepada kalimat “yok bisa yok” dengan mengatakan kalimat “yok bisa yok” sebagai toxic positivity. Tidak puas dengan toxic positivity Mas Farid juga mengatakan kalimat “yok bisa yok” sebagai kalimat yang penuh kepalsuan dan hanya motivasi semu. Ini memperkuat keyakinan saya bahwa Mas Farid merupakan korban dari ekspektasi nya sendiri. Entah, apa yang membuat Mas Farid berpikir kalimat “yok bisa yok” harus diikuti dengan aksi nyata dari orang yang mengucapkannya.

Baca Juga:

Beberapa Opsi Kalimat Anti Toxic Positivity Pengganti “Yok Bisa Yok”

Hindari Ngomong Kalimat Goblok ‘Yok bisa yok’. Toxic Positivity, Bos!

Saya beri tau ya Mas Farid. Bahwa, tidak ada kewajiban dari orang yang mengucapkan kalimat “yok bisa yok” untuk melakukan aksi nyata dalam menyelesaikan masalah yang sedang menimpa orang yang dia beri semangat. Sebaiknya Mas Farid segera merubah pola pikir sebelum terjadi fallacy.

Kesimpulannya, bahwa kalimat “yok bisa yok” bukan toxic positivity seperti yang dikatakan Mas Farid. Dan tidak ada kewajiban orang yang mengucapkan kalimat “yok bisa yok” untuk melakukan aksi nyata. Saran saya, sebaiknya Mas Farid segera muhasabah diri dan memperbaiki manajemen waktu. Yok muhasabah diri yok Mas Farid.

BACA JUGA Hindari Ngomong Kalimat Goblok ‘Yok bisa yok’. Toxic Positivity, Bos!

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 12 November 2021 oleh

Tags: toxic positivityyok bisa yok
Bima Bani Perkasa

Bima Bani Perkasa

Sedang hidup damai di Pulau Lombok.

ArtikelTerkait

Beberapa Opsi Kalimat Anti Toxic Positivity Pengganti “Yok Bisa Yok” terminal mojok.co

Beberapa Opsi Kalimat Anti Toxic Positivity Pengganti “Yok Bisa Yok”

20 Januari 2021
Kalimat Yok bisa yok Bukan Toxic Positivity Sini Saya Jelasin motivasi

Hindari Ngomong Kalimat Goblok ‘Yok bisa yok’. Toxic Positivity, Bos!

14 Januari 2021
Relevansi Berpikir Positif di Era ‘Positive Vibes Only’

Relevansi Berpikir Positif di Era ‘Positive Vibes Only’

15 Desember 2019
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Jogja Sangat Layak Dinobatkan sebagai Ibu Kota Ayam Goreng Indonesia!

Jogja Sangat Layak Dinobatkan sebagai Ibu Kota Ayam Goreng Indonesia!

1 Desember 2025
Saya Pengguna Setia Transjakarta dan Setuju kalau Tarifnya Naik asal 4 Hal Ini Terpenuhi Mojok.co

Saya Pengguna Setia Transjakarta dan Setuju kalau Tarifnya Naik asal 4 Hal Ini Terpenuhi

29 November 2025
Menengok Bagaimana Penjaga Palang Kereta Api Bekerja, Termasuk Berapa Gajinya dan Gimana Cara Mendaftarnya  

Menengok Bagaimana Penjaga Palang Kereta Api Bekerja, Termasuk Berapa Gajinya dan Gimana Cara Mendaftarnya  

1 Desember 2025
5 Alasan Danau UPN Veteran Jatim Adalah Tempat Nongkrong Paling Romantis Sekaligus Paling Mlarat

5 Alasan Danau UPN Veteran Jatim Adalah Tempat Nongkrong Paling Romantis Sekaligus Paling Mlarat

2 Desember 2025
Video Tukang Parkir Geledah Dasbor Motor di Parkiran Matos Malang Adalah Contoh Terbaik Betapa Problematik Profesi Ini parkir kampus tukang parkir resmi mawar preman pensiun tukang parkir kafe di malang surabaya, tukang parkir liar lahan parkir

Rebutan Lahan Parkir Itu Sama Tuanya dengan Umur Peradaban, dan Mungkin Akan Tetap Ada Hingga Kiamat

2 Desember 2025
Pengajar Curhat Oversharing ke Murid Itu Bikin Muak (Unsplash)

Tolong, Jadi Pengajar Jangan Curhat Oversharing ke Murid atau Mahasiswa, Kami Cuma Mau Belajar

30 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.