Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Repotnya Menanam Pohon di Rumah Saya

Bayu Kharisma Putra oleh Bayu Kharisma Putra
14 Januari 2021
A A
Repotnya Menanam Pohon di Rumah Saya terminal mojok.co

Repotnya Menanam Pohon di Rumah Saya terminal mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Sebagai manusia yang pernah SD, saya tentu mengenal reboisasi alias penanaman kembali. Intinya, sejak dahulu yang namanya kembali ke alam, sudah kita dengar dari banyak sumber, termasuk sekolah. Jauh sebelum pandemi, keluarga saya termasuk suka menanam pohon dan merawat tanaman hias. Mulai dari era gelombang cinta sampai janda bolong, kami sudah punya duluan, bahkan sebelum jadi barang mahal. Sudah barang tentu tanaman dan pot saya sering dicuri, kadang sisa potnya, kadang hanya tinggal tanamannya, kadang tak bersisa.

Lucunya, kami tahu siapa saja yang ngambil, orang-orang dekat saja karena memang kelihatan dari kaca rumah yang kelihatan gelap dari luar, apalagi saat malam. Pernah juga saya tanam buah dalam pot, eh ada yang ngambil pohon itu, tapi lumayan masih sisa potnya. Usut punya usut, pohon itu kini berpindah ke belakang rumah seorang tetangga dan sudah besar dan berbuah. Alhamdulillah.

Tentu selain tanaman dalam pot, saya juga punya pohon besar di depan rumah, pernah punya tepatnya. Halaman rumah saya memang tak luas, tapi lumayan, lah. Sebuah pohon rambutan, jambu air, dan belimbing. Belimbing ditebang saat saya berumur 5 tahun, penebangan jambu air saat saya umur 8 tahun, dan yang tercinta pohon rambutan tepat saat saya 16 tahun. Sedih memang, terutama pohon rambutan itu, pohon kesayangan yang ditanam kakek saya. Namun, memang itu pilihan terbaik karena menanam pohon di rumah itu banyak masalahnya.

Saat pohon belimbing ditebang, itu semua terjadi karena pondasi rumah yang rusak. Lantaran akar pohon yang terus tumbuh sampai menembus ke dalam rumah, hingga membuat lantai rumah retak. Kasus akar ini yang paling sering jadi masalah. Pohon jambu air itu juga ditebang karena akarnya membuat pondasi rumah retak. Begitu juga pohon rambutan. Lantaran terlalu sayang, pohon ini hidup paling lama, sekaligus menyebabkan lebih banyak masalah. Masalah tak hanya untuk pondasi rumah saya, tapi juga pondasi pagar tembok yang memisahkan rumah saya dengan tetangga yang hampir roboh terdorong akar.

Masalah yang lain adalah anak-anak tetangga. Entah sudah berapa kali ada anak yang jatuh dari pohon. Yang aneh, pohon saya yang disalahkan. Bukan hanya anak yang jatuh, genteng milik rumah saya beserta genteng tetangga sering pecah. Tentu karena anak-anak yang juga teman saya ini mbiying. Keluarga saya tak pernah menjual buah di pohon kami, semua dinikmati sendiri, para tetangga, sekaligus anak-anak boleh mengambil sesuka hati. Akan tetapi, dasar namanya anak-anak, sudah disediakan galah bambu masih saja nekat manjat dan pakai teknik ngelempar batu. Oleh karena itulah, pohon di rumah saya ditebang semua daripada makin banyak masalah.

Maka, saat saya masih SMK dulu, saya nekat menanam pohon rambutan di samping rumah, tentu langsung ditentang oleh orang tua saya. Namun, saya tetap ngotot dan pada akhirnya benih pohon itu malah dicabut oleh tetangga yang tengah membangun rumah. Pohon kecil yang lucu itu dianggap mengganggu pekerja saat mengaduk semen. Namun, tak sampai di situ, sebuah pohon yang biasa disebut resede oleh orang daerah kami, ikutan ditebang. Padahal pohon itu sudah 20 tahun lebih umurnya. Yang menebang bukan kami, tetangga lagi. Rumah itu dibangun mepet dengan batas tanah, sehingga dia tak punya jalan keluar atau masuk selain pintu depan. Alhasil, dia pinjam jalan samping rumah untuk mengangkut semen dan bahan bangunan lain saat akan dibawa ke belakang rumahnya.

Tak hanya berhenti di situ, pipa saluran air untuk rumahnya dipasang di samping tembok rumah baru itu. Kebetulan ada pohon markisa dan beberapa jenis tanaman hias berdekatan dengan temboknya. Maka, pohon itu semua dicabut dan dibuang dan kemudian digunakan untuk jalan pipa. Padahal itu masih masuk bagian tanah saya. Sedih, Coy.

Selain masalah pembangunan, masalah bakar-bakar sampah juga termasuk. Selokan depan rumah, saya beri tanaman agar indah dan segar kelihatanya. Namun, para tetangga buang sampahnya di situ. Kalau sampah sudah penuh, wus dibakar, dong! Alhasil tanaman saya mati semua kena panas api.

Baca Juga:

Konten tidak tersedia

Soal menanam pohon saya tak pernah menyerah. Saya ingin punya pohon lagi. Maka, belakang rumah kini jadi sasaran. Lantaran punya pengalaman buruk perihal pohon berkayu, saya akhirnya memutuskan menanam labu siam, pohon pepaya, dan pisang. Berhasil, tak ada gangguan, maupun masalah. Akar mereka pendek dan buahnya kurang digemari. Bahkan saat panen dan saya mencoba bagikan ke tetangga tak ada yang mau karena mereka juga punya pohon jenis itu di rumahnya.

Jadi, permasalahan menanam pohon ini ada dua saja. Hal ini bisa terjadi karena jenis pohon dan juga jenis tetangganya. Saya harap Anda yang mau menanam pohon, harus bisa membaca lingkungan dan melakukan klasifikasi tetangga yang baik dan benar. Pasalnya, tetangga yang paling menentukan kelangsungan pohon dan tanaman di rumah Anda. Kiranya benar apa kata orang bijak, “Benih apa pun yang kamu tanam, jika tetanggamu koyo Lord Voldemort, niscaya tak akan bisa kamu panen.”

BACA JUGA Bocoran 5 Tanaman Hias Paling Banyak Diburu Belakangan Ini dan tulisan Bayu Kharisma Putra lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 14 Januari 2021 oleh

Tags: menanam pohon
Bayu Kharisma Putra

Bayu Kharisma Putra

Anak pertama

ArtikelTerkait

Konten tidak tersedia
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

4 Hal yang Membuat Orang Solo seperti Saya Kaget ketika Mampir ke Semarang Mojok.co

4 Hal yang Membuat Orang Solo seperti Saya Kaget ketika Mampir ke Semarang

3 Desember 2025
Dosen yang Cancel Kelas Dadakan Itu Sungguh Kekanak-kanakan dan Harus Segera Bertobat!

Dosen yang Cancel Kelas Dadakan Itu Sungguh Kekanak-kanakan dan Harus Segera Bertobat!

3 Desember 2025
4 Alasan Saya Lebih Memilih Ice Americano Buatan Minimarket ketimbang Racikan Barista Coffee Shop Mojok.co

4 Alasan Saya Lebih Memilih Ice Americano Buatan Minimarket ketimbang Racikan Barista Coffee Shop

4 Desember 2025
Alasan Orang Surabaya Lebih Sering Healing Kilat ke Mojokerto daripada ke Malang Mojok.co

Alasan Orang Surabaya Lebih Sering Healing Kilat ke Mojokerto daripada ke Malang

5 Desember 2025
8 Aturan Tak Tertulis Tinggal Surabaya (Unsplash)

8 Aturan Tak Tertulis di Surabaya yang Wajib Kalian Tahu Sebelum Datang ke Sana

1 Desember 2025
Nggak Ada Gunanya Dosen Ngasih Tugas Artikel Akademik dan Wajib Terbit, Cuma Bikin Mahasiswa Stres!

Dosen yang Minta Mahasiswa untuk Kuliah Mandiri Lebih Pemalas dari Mahasiswa Itu Sendiri

5 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lagu Sendu dari Tanah Minang: Hancurnya Jalan Lembah Anai dan Jembatan Kembar Menjadi Kehilangan Besar bagi Masyarakat Sumatera Barat
  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.