8 Komika Stand Up Comedy Indonesia di SUCI Kompas TV dengan Opening Paling Ikonis

markeshow 8 Komika Stand Up Comedy Indonesia di SUCI Kompas TV dengan Opening Paling Ikonis terminal mojok.co

8 Komika Stand Up Comedy Indonesia di SUCI Kompas TV dengan Opening Paling Ikonis terminal mojok.co

Kelucuan adalah hal yang mutlak di ajang SUCI Kompas TV, tapi ada satu hal yang sama penting, yaitu persona. Wajar kalau Rahmet selepas gagal di audisi SUCI 4 karena minim persona, menginvestasikan waktu dan nyawanya untuk kegiatan yang sebenarnya ia benci, yaitu tawuran. Bukan bermaksud membenarkan, tapi kita tau sepenting apa persona itu bagi komika stand up comedy Indonesia sampai Rahmet melakukan hal tersebut demi persona di SUCI 5. Pengakuan Rahmet di YouTube Raditya Dika.

Persona dimaksudkan untuk membedakan satu komika dengan komika lain, agar berciri. Kata kuncinya yaitu berciri khas. Untuk dapat berciri khas, beberapa komika stand up comedy Indonesia menggunakan salam pembuka yang berbeda. Beberapa komika stand up comedy Indonesia malah menggunakan salam pembuka layaknya servis di olahraga, bahwa servis bukan cuma perkara memulai pertandingan, tetapi merupakan serangan pertama.

Dan beberapa komika stand up comedy Indonesia yang menggunakan salam pembuka sebagai ciri khas atau bahkan serangan pertama itu seperti berikut:

#1 Fico SUCI 3

Bukan hanya revolusioner komedi absurd yang membawa absurditas ke puncak ketidakjelasannya (di tahun sebelumnya populer dengan gaya Kemal). Akan tetapi, Fico juga membawa gaya baru dalam stand up comedy, yaitu menjadikan salam sebagai titik tawa. “Assalamualaikum” dengan intonasi anehnya, sekonyong-konyong penonton akan tertawa. Jurus ini selalu berhasil memancing tawa, baik di SUCI Kompas TV dan di luar SUCI.

#2 Dodit SUCI 4

Dodit selalu mengawali pertunjukannya dengan, “Selamat malam…” lalu biasanya dilanjutkan dengan diksi-diksi baku seperti: kawula muda, masyarakat, penduduk. Diksi-diksi baku (walau tidak selalu) ini kalau kata Raditya Dika memperkuat persona Dodit sebagai mas-mas ndeso Jawa yang “memegang erat budaya Eropa”.

#3 Dzawin SUCI 4

Kalau ada yang lebih cepat dari Usain Bolt dan bus Sumber Kencono, itu adalah tempo salam pembuka Dzawin di SUCI 4. “Ya assalamualaikum,” setelah itu dilanjut sekelebat kalimat, kurang lebih begini, “Nih gimana kabarnya semua pada sehat alhamdulillah sehat, ya?” Cuuuweeepet puoool, kalau kata arek Jawa Timur.

#4 Wira SUCI 5

Jalan Wira di SUCI Kompas TV memang tak sepanjang kontestan di atas, bak cinta yang retak di tengah jalan. Namun, satu keberhasilan pasti komika bersajak getir dari ngrantesnya “cintahhh” ini. Meninggalkan sajak-sajak puitisnya, lalu terbenam di ingatan pemirsa, seperti kenangan. Owh. Tak terkecuali salamnya, berima “i” karena venue kala itu, “Selamat malam Balai Kartini”. Lalu dilanjut dengan kalimat-kalimat uwu semacam, “Dan ungkapan rasa yang masih saja kau tak berani,” dll.

#5 Kalis SUCI 5

Kalis menggunakan persona dari stereotip penampilannya yang sering dicap tampang teroris. Sebuah kalimat takbir mengawali pertunjukannya yang bagi (sebagian) masyarakat sering dikonotasikan ke stereotip itu. Pun dengan stand up-nya, sering menggunakan diksi-diksi layaknya seseorang yang berdakwah seperti, “Wahai, Saudaraku. Ketahuilah….”

#6 Mr Gamayel SUCI 6

Jika komika lain umum menggunakan, “Selamat malam, mana suaranya?” berbeda dengan Pak Gamayel dengan persona polisi-nya yang mengawali pertunjukannya dengan, “Selamat malam, mana surat-suratnya.” Malam yang harusnya penuh tawa, malah seolah sedang ada razia. Hash, bikin deg-deg-an ae, Pak.

#7 Indra Jegel SUCI 6

Pantun telah menjadi signature orang Melayu. Dari situlah Indra Jegel yang berdarah Melayu tak pernah lepas dari pantun. Selalu diawali dengan, “Petir bukan sembarang petir, petir menyambar rumah si….” Selalu berganti rumah yang tersambar petir, yang kalau kata Ardit sang lawan di grand final SUCI 6, gara-gara Indra Jegel stand up, banyak rumah yang tersambar petir. Heuheu.

#8 Coki Anwar SUCI 7

Manusia terkuat dan tergreget serta absurd di SUCI Kompas TV. Coki Anwar selalu mengawali pertunjukannya dengan, “Selamat malam orang-orang lemah” lalu dilanjut dengan pola yang sama: aktivitas biasa (orang lemah) dan dipatahkan oleh Coki (orang kuat). Seperti, “Selamat malam orang-orang lemah, yang kalau keluar rumah resletingnya ditutup. Kalau saya, no. Resletingnya saya buka, saya adain nobar.” Jilakkkk!

Yah, itulah beberapa dari sekian banyak opening yang mampu memiliki tempat di hati pemirsa dan menjadi sebuah ciri khas. Tentu hanya sebagian kecil dari banyaknya salam-salam pembuka kontestan lain yang tidak kalah ikonis. Semisal, “salam tawa salam bahagia” dari Kamal, “malam gaes” ala Al Ghazali oleh Rin Hermana, “assalamualaikum cinta” milik Jupri, dan masih banyak lagi yang tidak kalah goks-nya.

Stand Up Comedy Indonesia, lets make laugh! Teret tet tet jeng jeng.

BACA JUGA 7 Penampilan Komika Paling Kompor Gas di Panggung SUCI Kompas TV dan tulisan Dicky Setyawan lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.
Exit mobile version