Tidak hanya Sukatani, band punk di bawah ini juga mengusung suara orang-orang yang kalah dan dipojokkan keadaan
Tidak mandi, bau matahari, dan ngamen. Mungkin itu stigma paling kental ketika bicara punk. Olok-olok membosankan ini adalah bukti dari rumitnya subkultur punk. Ia lahir dari keresahan, dan diimplementasikan dengan banyak cara. Dari yang jadi olok-olok, jalan hidup, sampai musik.
Maka wajar saja jika banyak musik yang bikin bising telinga penguasa berasal dari band punk. Karena keresahan mereka pada pemerintah adalah energi dalam karya. Kita sudah dengar Sukatani dan Bayar Bayar Bayar. Namun di luar itu, ada ratusan band dan ribuan lagu bernafaskan sama.
Maka saya rekomendasikan 8 band punk lain yang patut Anda dengarkan. Apalagi jika kamu sudah kelewat marah pada kehidupan yang diobrak-abrik “oknum” penguasa. Kalaupun tidak resah, tetap dengarkan saja. Hitung-hitung membuka mata dari halusinasi kebebasan, kedamaian, dan kesejahteraan.
Disclaimer!
Sebelum saya diburu abang-abangan si paling punk, saya harus sedikit klarifikasi. Daftar ini bukan untuk memberi ranking. Urutannya acak berdasar yang terlintas pertama di otak. Jumlahnya pun bukan berdasar prestasi. Intinya hanya rekomendasi band punk selain Sukatani. Lagi pula, mana ada punk yang butuh ranking dan pengakuan ala pemerintah?
Kedua, saya memilih band yang konsisten terhadap keresahan dan isu yang mereka bawa. Maka Anda tidak akan menemukan band yang berlirik nakal namun tidak sejalan. Misal band legendaris yang cium tangan polisi. Atau band pembangkang yang fokus jualan distro. Apalagi yang kebanyakan jual konspirasi dan bakar jembatan.
Ketiga, apa itu punk? Ini yang pastinya akan jadi perdebatan sengit para si paling punk. Maka saya ingatkan sebelum kalian ribut: jika artikel saya menyinggung Anda, saya tidak peduli.
Band punk pertama, Black Boots
Angkat topi untuk band yang konsisten berkarya lebih dari seperempat abad. Tanpa bikin aksi teatrikal cium tangan aparat. Black Boots tidak hanya konsisten dalam bermusik, namun juga menjaga marwah perlawanan dalam setiap lagunya, seperti Sukatani. Boleh dibilang, banyak band yang terinspirasi oleh band berpersonil 3 orang ini. Termasuk yang ada dalam daftar saya ini.
Black Boots yang lahir di Jogja ini mungkin tidak seaktif dulu saat 90-an. Namun mereka bersepakat untuk tetap utuh meskipun terpisah. Dan untuk menjaga spirit yang mungkin lebih tua dari umur Anda, itu bukan perkara sepele. Terlepas dari aktivitas Black Boots yang mulai melambat, lagu usang mereka masih membakar layaknya Binter Merzy yang sedang dipanaskan sang drummer.
DOM 65
Jika ada dua hal yang jadi sumber kekuatan DOM 65, tentu PSIM dan isu sosial di Jogja. Digawangi Imam Senoaji dan Adnan D. Kusuma, band ini tetap eksis dari tahun 1997. Tua juga untuk sebuah band punk yang kelihatan segar dan muda sepanjang masa.
30 Tahun Pengangguran jadi lagu yang mengantar saya lebih dalam membelejeti kepalsuan Jogja. Fortuna yang membuat saya tetap berharap PSIM tampil di devisi utama (bukan typo, tapi kata DOM 65). Meskipun lagu yang kedua harus pensiun di 2025 dengan lolosnya PSIM ke BRI Liga 1. Ditunggu Fortuna versi terbaru!
Corner Attack
Sama seperti DOM 65, Corner Attack punya darah biru. Bukan darah royalti Jogja, tapi darah Laskar Mataram. Nafas dalam musik mereka kental dengan sepak bola dan isu sosial Jogja. Yah meskipun band satu ini belum juga rilis EP atau single baru.
Saya wajib memasukkan Corner Attack karena lagu “Tourism Kills The City”. Lagu mereka benar-benar menampar Jogja yang sedang gila-gilaan mengeksploitasi lini pariwisata. Selain itu, lagu mereka juga menginspirasi esai saya yang berjudul “Turis Membunuh Jogja.”
Kalian tidak mau bikin single baru tentang penggusuran sumbu filosofi?
The Sabotage, band punk yang merch-nya pasti pernah kalian liat
Mungkin Anda belum akrab dengan band punk satu ini. Tapi saya yakin Anda pernah lihat patch ataupun kaos dari band ini. Namun alunan musik kasar dari The Sabotage lebih besar dari ribuan merchandise. Band street punk dari Jakarta ini sudah menghajar gendang telinga penguasa sejak 1996.
Hingga hari ini, The Sabotage masih cukup produktif. Tentunya konsisten dalam mengkritik pemerintah dan menyuarakan isu sosial. Pada tahun 2024 mereka merilis EP dan video musik bertajuk Secret Army. Tentunya dengan suara pekak yang tak berubah sejak pra reformasi.
Baca halaman selanjutnya
Sexy Pig, Crewsakan, Bunga Hitam, dan tentu saja, Keotik!



















