Sebagai warga negara asli Madiun, nasi pecel adalah makanan yang selalu tepat disajikan baik pagi, siang atau malam. Tak heran, saat merantau ke kota lain pun posisi nasi pecel sulit untuk digantikan. Sayangnya, beberapa kali beli nasi pecel di tempat rantau yang ngaku asli Madiun, tak seorisinil yang saya bayangkan. Lo, katanya asli Madiun, kok gini? Wah, kerinduan saya pada nasi pecel pun tak jadi terobati.
Tapi, ya, bisa jadi rasa nasi pecel tersebut disesuaikan dengan selera masyarakat sekitar atau memang si mbok penjual rancu memahami konsep nasi pecel dari Madiun (eh?). Banyaknya macam nasi pecel dari berbagai kota seperti Ponorogo, Blitar, Kediri, dan Nganjuk pun semakin sulit untuk membedakan ciri khas nasi pecel dari tiap daerah.
Nah, jika pembaca punya langganan nasi pecel yang mengaku asli Madiun, namun tak mengikuti kaidah per-pecel-an di bawah ini, siap-siap terkena karma akibat dosa penjualnya.
#1 Pake telur balado
Meskipun telur balado adalah lauk sejuta umat di Indonesia, namun sayangnya rasa tersebut tak cocok jika disandingkan dengan nasi pecel. Rasa balado yang kuat bertabrakan dengan gurih kacang tanah dari sambel pecel. Sehingga rasa pecel pun tak sekuat seharusnya. Tapi kok ya ada gitu yang pake balado. Astaga.
#2 Sayurnya kok pakai kangkung?
Penjual nasi pecel yang nyel dari Madiun hampir jarang menggunakan kangkung sebagai sayur atau kulup-nya, kecuali terpaksa. Biasanya pecel Madiun asli menggunakan daun singkong, daun pepaya, dan daun kemitir. Sebagai pelengkap juga ditambahkan dengan kembang turi dan kacang panjang rebus. Nasi pecel Madiun juga tak menggunakan bayam sebagai sayurnya.
#3 Tidak pakai tauge yang tepat
Tak lengkap memang, nasi pecel asli Madiun tanpa tauge sebagai sayur pelengkap. Jenis tauge yang digunakan pun bukan yang biasa digunakan pada lontong balap Surabaya, melainkan tauge yang biasa digunakan pada rawon yang berasal dari kacang hijau.
#4 Nggak pakai tempe yang tepat
Untuk membedakan nasi pecel Madiun KW atau tidak selanjutnya adalah dengan melihat lauk yang ditambahkan. Pecel Madiun hampir tak meninggalkan tempe sebagai lauknya. Tempe yang dipakai pun bukan tempe balok panjang. Melainkan tempe yang biasanya digunakan untuk tempe mendoan yang dibungkus dengan daun jati atau daun pisang. Tempe yang digoreng dengan tepung lalu kecemplung dengan sambal pecel yang gurih, duhhh…
Oh, ya, buat kamu yang sedang singgah ke Madiun dan membeli nasi pecel sewaktu pagi hari, jangan harap ada berbagai pilihan macam lauk ya. Sebagian besar penjual nasi pecel sewaktu pagi hari hanya menyediakan tempe, mentok telur atau sundukan. Berbeda dengan nasi pecel yang dijual siang atau malam hari dengan banyak varian lauk.
Selain itu, kadang penjual melupakan satu hal paling penting yang ada dalam pecel: sambal kacang.
Baca halaman selanjutnya
Serundeng nggak ada, sambel kacangnya nggak tepat, peyeknya mana nih?
#5 Nggak pakai serundeng dan pelengkap lain
Kelapa parut yang biasa disebut serundeng oleh warga Madiun dengan cita rasa yang manis dan gurih tak boleh ketinggalan. Sebagai penikmat nasi pecel di kota rantau, pelengkap ini sering kali terlewat oleh si mbok-mbok (eh atau mbak-mbak?) penjualnya. Timun cacah, petai cina alias lamtoro dan kemangi pun juga tak boleh ketinggalan sebagai pelengkap.
#6 Nggak pakai sambal kacang yang autentik
Sering kali banyak yang salah kaprah dengan racikan sambal pecel asli Madiun. Sekali lagi, mungkin karena banyaknya varian pecel dari berbagai daerah menjadikan pemahaman bumbu pecel ini menjadi rancu. Jadi, sambel pecel Madiun tidak menggunakan tambahan bawang putih, kencur, atau terasi. Sambal pecel hanya terdiri dari kacang tanah, cabe, gula merah/gula Jawa, sejumput garam, dan daun jeruk. Nah, ini resep turun-temurun yang dipakai oleh keluarga, tetangga, dan sanak saudara saya selama ini.
#7 Nggak pakai peyek
Tentu pecel asli Madiun tak dapat dipisahkan dengan peyek atau lempeng untuk meramaikan makan. Lempeng atau kerupuk puli dengan bahan dasar nasi ini pun tak banyak ditemukan di kota lain. Peyek kacang tanah, kacang kedelai atau ikan teri adalah opsi yang tepat sebagai teman makan nasi pecel.
Sekali lagi, ini adalah persepsi sebagai warga Madiun cerr yang tulang-belulangnya terbentuk dari makan nasi pecel. Bisa jadi mbok-mbok pecel Madiun langgananmu di kota rantau memang menyesuaikan lidah warga sekitar atau ingin mengembangkan per-pecel-an duniawi.
Tapi ya, kalau pengin autentik, kaidah di atas harus dipenuhi. Selamat makan, Gaes!
Penulis: Arum Ariyaya
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Hilangnya Cita Rasa Pecel Madiun yang Tergerus Penjajah