#4 Jual barang KW
Mau pakai baju apa pun itu memang hak setiap orang. Namun, jika boleh memberikan saran, sebaiknya hindari toko pakaian yang menjual barang tiruan alias KW. Sudah bukan rahasia lagi kalau banyak outlet yang menjual berbagai barang fesyen dengan embel-embel reject pabrik. Padahal barang-barang tersebut tak ubahnya adalah barang palsu yang diberi label serupa dengan merek terkenal.
Trik ini menyebabkan toko bisa memperoleh keuntungan lebih karena mendompleng nama brand yang tersohor tersebut tetapi dijual hanya berselisih sedikit dibandingkan merek aslinya. Sayangnya, kualitas yang diberikan tentu saja nggak sebanding. Kalau sudah begini, konsumen hanya akan menghamburkan uang saja tanpa mendapat manfaat. Lebih baik membeli produk lokal dengan kualitas yang telah teruji.
#5 Pramuniaganya menyebalkan
Walaupun toko pakaian menjual barang, ada jasa yang menyertainya. Apalagi kalau bukan pelayanan asisten toko terkait. Sudah sering orang mendengar kalau nggak sedikit pramuniaga yang menilai calon pembeli sekilas saja dari cara mereka berpakaian. Calon pembeli yang dianggap mengenakan pakaian seadanya, biasanya akan mendapatkan pelayanan ketus.
Wah, kalau sudah begini artinya toko pakaian tersebut sudah red flag! Memang benar beberapa strategi marketing menerapkan pelayanan jutek untuk menggelitik ego konsumennya. Konsumen yang merasa direndahkan, kemudian akan bersedia mengeluarkan uang yang nggak sedikit jumlahnya demi “membungkam” mulut pedas penjaga toko. Ego terpenuhi, tapi sesungguhnya konsumenlah yang terjebak. Ketimbang buang-buang uang demi memenuhi kepuasan sesaat, lebih baik berbelanjalah di tempat yang nyaman dan memberikan pelayanan ramah.
#6 Tidak ada kebijakan pengembalian
Sejumlah brand terkenal sudah banyak yang menerapkan kebijakan pengembalian barang oleh konsumen bila produk yang dibeli nggak sesuai. Tentu saja keunggulan ini disertai dengan syarat dan ketentuan yang berlaku. Misalnya, baju nggak boleh dicuci, label harga masih tergantung dengan sempurna, penyertaan struk berbelanja, serta toleransi jangka waktu pengembalian.
Kelebihan ini lama kelamaan menjadi standar umum bagi setiap toko pakaian. Konsumen akan merasa perlakuan tersebut adil bagi kedua belah pihak karena human error nggak cuma bisa terjadi saat proses seleksi sebelum dijual, tetapi bisa juga terjadi pada saat pelanggan memeriksa baju yang hendak dibelinya tersebut. Misalnya saja ada cacat minor atau salah ambil ukuran. Nah, kalau toko pakaian yang didatangi nggak memberikan kelonggaran tersebut, ada baiknya kita mengurungkan niat bertandang ke sana daripada kecewa nantinya.
#7 Tidak menerima pembayaran cashless
Pembayaran secara digital sudah menjadi sesuatu yang umum dilakukan dalam bertransaksi. Selain meminimalisir kecurangan yang mungkin terjadi dalam proses jual beli, pembayaran cashless juga lebih memudahkan konsumen ketimbang harus membawa segepok uang manakala hendak berbelanja.
Oleh sebab itu, pilihlah toko pakaian yang menyediakan pembayaran non-tunai. Baik menggunakan QRIS ataupun kartu debit. Di samping kepraktisannya, pembayaran cashless ini akan tercatat dalam mutasi rekening pemberi dan penerima dana. Jika suatu saat terjadi suatu hal yang memerlukan bukti pembayaran—misalnya proses refund atau retur—dengan mudah kedua pihak dapat melacaknya dari status transaksi tersebut.
Penulis: Paula Gianita Primasari
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA 3 Toko Baju Andalan Para Mahasiswi di Jogja.