Selama menjalani internship di puskesmas, saya menyadari kalau banyak orang belum mengerti mengenai spesialisasi bedah tertentu. Hal ini memang wajar, pengetahuan masyarakat kita di bidang medis memang terbatas. Lha, jumlah tenaga medisnya saja memang kurang, kok.
Tapi nggak papa, saya akan menjelaskan sedikit beberapa spesialisasi bedah yang mungkin jarang Anda dengar beserta beberapa penyakit yang sering ditangani. Supaya kelak, kalau Anda menderita sakit tertentu, Anda bisa tahu harus langsung pergi ke mana.
#1 Urologi
Spesialis urologi menangani masalah utamanya di ginjal dan saluran kemih, baik ureter (saluran antara ginjal dan kandung kemih), kandung kemih, sampai uretra (saluran kencing dari kandung kemih sampai keluar, kalau laki-laki di dalam penis juga organ-organ sekitar yang terkait di dekatnya seperti prostat, penis, dan testis).
Nah, penyakit yang sering kali saya rujuk dari puskesmas ke dokter urologi adalah pembesaran prostat yang saking besarnya sampai menutup jalan kencing dan batu saluran kemih. Baik batunya ada di ginjal, ureter, kandung kemih, maupun uretra.
Dokter urologi biasanya juga menangani kelainan-kelainan bawaan, misalnya letak lubang kencing yang tidak normal pada laki-laki, atau letak buah zakar yang belum masuk ke kantongnya.
#2 Bedah Saraf
Sedikit seram kalau ngomongin bedah saraf. Kalau di daerah yang jauh dari pusat kota, kebanyakan dokter bedah saraf menangani kasus-kasus yang berhubungan dengan kecelakaan yang melibatkan kepala, utamanya otak. Kasus-kasus stroke yang jenisnya perdarahan juga ditangani oleh dokter bedah saraf. Penanganannya tidak harus dilakukan pembedahan, tergantung jumlah darah yang tercecer di dalam kepala.
Jika mendekat ke kota besar, spesialisasi bedah saraf juga menangani kasus-kasus terkait saraf dari ujung kepala sampai ujung kaki. Misalnya saraf terjepit di punggung sampai penyakit di anggota gerak seperti CTS (Carpal Tunnel Syndrome).
#3 Bedah Toraks, Kardiak, dan Vaskular (BTKV)
Kalau bidang yang satu ini tergantung jarak dengan kota besar juga. Misalnya di daerah yang jauh dari pusat kota, spesialisasi bedak toraks, kardiak, dan vaskular berfokus pada penanganan penyakit yang berhubungan dengan vaskuler atau pembuluh darah. Misalnya ada seseorang yang kena sabit di kaki, kemudian darahnya ngocor terus, ya dokter BTKV yang menangani.
Atau misalnya ada pasien yang mau hemodialisis, pemasangan CVC (Central Venous Catheter) sebagai penghubung dari tubuh pasien ke alat hemodialisis dilakukan oleh dokter BTKV. Selain itu, kalau ada kecelakaan yang berhubungan dengan dada, apalagi membuat anomali di jantung dan paru-paru, dokter BTKV ini juga yang akan dapat bagian. Bidang ini juga menangani kasus-kasus kelainan jantung pada anak-anak, biasa disebut katup jantung bocor.
#3 Bedah Plastik Rekonstruksi dan Estetik
Masyarakat luas kebanyakan memiliki paham kalau dokter bedah plastik hanya menangani operasi-operasi estetika, ya operasi mempercantik hidung, dagu, pipi, dan lainnya. Kebanyakan lupa kalau kepanjangan dari gelar dokter bedah plastik masih ada kata rekonstruksi.
Padahal rekonstruksi di bidang ini garapannya juga banyak. Contoh kasus yang paling sering terjadi misalnya ada anak lahir dengan kondisi bibir sumbing. Dokter bedah plastik rekonstruksi dan estetik di sini punya peranan mengoperasi anak tersebut dari masih kanak-kanak sampai perbaikan langit-langit mulutnya di masa remaja.
Sebagai info tambahan, misalnya ada pasien selesai operasi bibir sumbing yang suaranya sengau di masa remaja, hal tersebut bisa ditangani jika manajemen tindakan yang dilakukan dokter bedah plastik dan kolega dokter lain terlaksana secara simultan sesuai perkembangan penyembuhan pasien.
Selain itu, dokter bedah plastik rekonstruksi dan estetik juga menangani kasus-kasus rekonstruksi kulit pasien yang mengalami luka bakar. Atau kasus pasien yang sudah kena luka bakar dan bagian kulitnya masih ada yang melekat akibat manajemen penyembuhan sebelumnya yang kurang maksimal.
#4 Bedah Anak
Sejujurnya, dokter spesialis bedah anak masih jarang. Perlu lebih banyak ahli lagi di Indonesia. Garapan dokter bedah anak yang sering biasanya pasien anak yang mengalami intususepsi. Intususepsi adalah pembuntuan usus akibat makanan bayi yang tidak sesuai dengan umurnya. Misalnya bayi usia 5 bulan sudah dikasih jeruk. Pembuntuan ini diakibatkan usus yang saling mencaplok akibat sukar mencerna makanan tadi.
Selain kasus intususepsi, dokter bedah anak juga biasa menangani pasien anak yang menderita hirschprung, yaitu kelainan saraf utama di usus besar, yang membuat si anak tidak bisa mengeluarkan BAB sebaik anak yang normal.
Sesuai pembagian umur, dokter bedah anak berkompetensi melakukan tindakan pembedahan pada kelompok umur pasien pediatri, kecuali tindakan yang berhubungan dengan jantung anak, karena sudah ditangani dokter BTKV.
#5 Bedah Ortopedi
Nama bedah ortopedi mungkin sudah banyak didengar orang. Kebanyakan orang Indonesia pahamnya dokter ortopedi melakukan operasi yang berhubungan dengan tulang yang patah atau retak. Padahal lebih dari itu, dokter ortopedi juga berkompetensi untuk menangani lutut dan tulang belakang yang mengalami osteoarthritis, atau yang biasa disebut orang awam sebagai pengapuran. Sakit-sakit pada sendi yang tidak bisa ditangani dengan obat-obatan, biasanya juga ditangani oleh dokter ortopedi.
Dari kebiasaan masyarakat Indonesia yang saya amati, kadang orang-orang yang mengalami patah tulang merasa belum perlu membawa keluhan mereka ke dokter ortopedi. Dan ini nyatanya banyak. Padahal penanganan pada kasus yang sudah terlambat itu jauh lebih sulit ketimbang kasus patah tulang yang baru saja terjadi.
Mengapa demikian? Ya karena pada kasus yang telah lama, penyembuhan sudah berjalan, tulang sudah ada sebagian yang menyambung, begitu pun dengan jaringan di sekitarnya yang mulai beradaptasi dengan penyembuhan yang posisinya kurang bagus.
Maka, sangat disarankan kalau misalnya Anda mengalami patah atau retak pada tulang, segera pergi ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang terbaik.
Dari keenam spesialisasi bedah di atas, masih kurang satu spesialisasi, yaitu bedah umum. Namun karena bidang yang ditangani begitu luas, akan saya ceritakan di artikel lain saja~
Penulis: Prima Ardiansah Surya
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Duka Pengidap Fobia Nasi yang Hidup di Indonesia.