Sebagai penikmat musik, saya banyak mendengarkan lagu dari berbagai genre. Mulai dari lagu-lagu pop, rock, alternative, dangdut, campur sari, sampai lagu-lagu jadul. Semuanya saya nikmati. Nggak cuma alunan musiknya, liriknya pun saya cermati dan resapi biar tahu makna dan pesan yang disampaikan dalam lagu itu.
Dari pengalaman mendengarkan berbagai macam lagu tadi, saya menemukan beberapa lagu yang sebetulnya sudah nggak relevan dengan kondisi zaman sekarang. Liriknya ramashok dan nggak nyambung kalau lagunya dinyanyikan saat ini. Kalau kamu pengin tahu lagu apa saja yang liriknya sudah nggak relevan dengan kondisi zaman sekarang, inilah lagu-lagu yang saya maksud.
#1 Seratus Tiga Puluh Lima Juta – Rhoma Irama
Lagu yang dirilis tahun 1976 dalam album Soneta Volume 6 ini bercerita tentang keanekaragaman suku yang ada Indonesia. Judul lagu “Seratus Tiga Puluh Lima Juta” itu merujuk pada jumlah penduduk Indonesia pada masa itu.
Seratus tiga puluh lima juta
Penduduk Indonesia
Terdiri dari banyak suku bangsa
Itulah Indonesia
Lagu ini memang enak, khususnya buat penggemar lagu dangdut. Tapi kalau untuk dinyanyikan di zaman sekarang, kayaknya nggak relevan, deh. Sekarang kan jumlah penduduk Indonesia nggak segitu lagi. Menurut hasil Sensus Penduduk 2020, jumlah penduduk Indonesia ada di angka 270,20 juta jiwa. Jumlah ini bertambah 32,56 juta jiwa jika dibandingkan dengan SP2010. Sudah nggak relate kalau lagu “Seratus Tiga Puluh Lima Juta” tadi dinyanyikan sekarang, Gaes~
#2 Please Mr. Postman – The Marvelettes
Sebetulnya saya tahu lagu ini ketika dibawakan oleh grup band legendaris asal Inggris, The Beatles. Lagu yang dirilis tahun 1961 ini bercerita tentang seseorang yang menunggu surat dari sang kekasih.
Please Mister Postman, look and see
If there’s a letter in your bag for me
Why’s it takin’ such a long time
For me to hear from that boy of mine
Lagu yang ringan dan riang ini pastinya enak kalau dinyanyikan. Tapi kalau dicermati liriknya sih sudah nggak relevan. Zaman sekarang mana ada yang menunggu kabar dari seseorang lewat surat? Paling cepat ya lewat WhatsApp atau telepon saja langsung.
#3 Tididit – Sweet Martabak
Para penggemar lagu rap pasti tahu lagu ini. Lagu yang masuk dalam album kompilasi Pesta Rap 3Â ini dirilis tahun 1997. Dalam liriknya, lagu ini bercerita tentang keluh kesah seseorang karena pager-nya bunyi terus menerus.
Tidit, pagerku berbunyi
Tidit tidit begitu bunyinya
Kadang punya pager bikin senang
Kadang bikin resah kadang bikin marah
Wait, kamu tahu pager, kan? Itu lho, semacam alat komunikasi pengirim pesan singkat. Sekarang alat ini sudah digantikan oleh smartphone. Makanya sudah nggak relevan lagi kalau lagu ini dinyanyikan di zaman sekarang.
#4 Selatan Jakarta – Dewa 19
Lagu ini ada di album Pandawa Lima dan dirilis tahun 1997. Lagu yang katanya dibenci Ari Lasso ini bercerita tentang kondisi di wilayah Jakarta Selatan.
Uh Selatan Jakarta
Daerah hijau terhampar luas
Uh Selatan Jakarta
Kemapanan ada di sana
Lagu ini mungkin pas kalau dinyanyikan di era 90-an, tapi kalau dinyanyikan sekarang kayaknya nggak pas, deh. Sebab, kondisi Jakarta Selatan saat ini sudah banyak berubah. Dari buku Jakarta Selatan Dalam Angka Tahun 2021, disebutkan bahwa kepadatan penduduk di Jakarta Selatan mencapai 14.430 jiwa per kilometer persegi. Lahan pertanian semakin sempit dan wilayahnya nggak terlihat hijau lagi.
#5 Ada Anak Bertanya Pada Bapaknya – Bimbo
Dulu lagu ini selalu diputar di berbagai tempat saat bulan Ramadan. Lagu yang dirilis di album Qasidah pada tahun 2007 ini bercerita tentang anak yang bertanya kepada ayahnya perihal ibadah-ibadah di bulan Ramadan.
Ada anak bertanya pada bapaknya
Buat apa berlapar-lapar puasa
Ada anak bertanya pada bapaknya
Tadarus tarawih apalah gunanya
Meski lagu ini bisa menambah keimanan dan ketakwaan, tapi liriknya kurang relevan dengan kondisi zaman sekarang. Sosok ayah yang sibuk bekerja dan jarang di rumah membuat momen pertemuan antara anak dan ayah sangat langka. Apalagi dengan adanya teknologi internet, anak-anak bisa bertanya di Quora atau Brainly.
#6 Kolam Susu – Koes Plus
Lagu yang dirilis tahun 1970 ini dibawakan oleh grup band legendaris asal Indonesia, Koes Plus. “Kolam Susu” bercerita tentang kemakmuran di Indonesia.
Bukan lautan hanya kolam susu
Kail dan jala cukup menghidupimu
Tiada badai tiada topan kau temui
Ikan dan udang menghampiri dirimu
Orang bilang tanah kita tanah surga
Tongkat kayu dan batu jadi tanaman
Orang bilang tanah kita tanah surga
Tongkat kayu dan batu jadi tanaman
Jelas lagu ini nggak relevan dengan kondisi zaman sekarang. Kasus Wadas hingga langkanya sembako dan bahan pangan makin menambah panjang daftar derita yang dialami rakyat Indonesia. Membawakan lagu “Kolam Susu” di zaman sekarang ini kok jadi malu sendiri, ya? Jadi semacam halu gitu.
Itulah lagu-lagu yang liriknya sudah nggak relevan dengan kondisi zaman sekarang. Lagu dan musiknya sudah easy listening, tapi liriknya nggak nyambung dengan kondisi saat ini. Mau dinyanyikan pun jadinya mikir-mikir lagi. Sayang banget, ya?
Makanya kalau ada musisi yang mau bikin lagu, bagusan liriknya yang timeless. Bisa dinyanyikan kapan saja dan nggak terikat waktu. Banyak kok tema yang bisa diambil untuk dijadikan lirik lagu. Bisa tentang percintaan, patah hati, kerinduan, semangat, motivasi, dan sebagainya. Tapi tema yang paling timeless adalah kritik sosial terhadap pemerintah. Lagu-lagu kritik sosial terhadap pemerintah pasti everlasting sampai hari kiamat nanti. Yakin, deh.
Penulis: Andri Saleh
Editor: Intan Ekapratiwi