Memasuki awal tahun, banyak orang yang menyambutnya dengan berbagai macam hal. Ada yang membeli perlengkapan sehari-hari, ada yang menambah aktivitas baru, ada juga yang menyambutnya dengan merenovasi rumahnya, saya misalnya. Sebab, awal tahun seolah menjadi momentum untuk saya dan keluarga berbenah, baik membenahi perilaku maupun membenahi tempat tinggal.
Sebagai orang yang sedang “nduwe gawen”, banyak sekali perlengkapan/material bangunan yang harus saya beli. Mulai dari cat, paku, kayu, semen, pasir, besi, plafon, dan lain sebagainya. Hasilnya, saya pun bersama bapak saya keliling-keliling mencari material tersebut ke berbagai toko bangunan yang ada. Namun, setelah lebih sepuluh kali mengunjungi segala macam toko bangunan, ternyata ada satu hal yang menarik, yakni tentang format penamaan toko bangunannya. Dalam pemburuan material ke banyak toko bangunan itu, saya telah merangkum beberapa format penamaan toko bangunan yang ternyata sering kita jumpai.
#1 Menggunakan akhiran “mulya”
Format ini mungkin sering kita temui di berbagai toko bangunan yang tersedia. Kata “mulya” dalam KBBI merupakan bentuk tak baku dari “mulia” yang artinya tinggi, berderajat, dan berkedudukan. Sementara dalam sejarahnya, “mulya” berasal dari bahasa Sanskerta yang berarti bernilai. Lantaran kata “mulya” merujuk pada sebuah harapan sang pemilik toko untuk mulya/mulia usahanya.
Di daerah saya sendiri atau di daerah-daerah lain, rasanya nggak akan sulit menemukan toko bangunan dengan format “mulya”. Biasanya, para pemilik toko bangunan tersebut memberikan kata “mulya” di akhir. Misal, toko bangunan Bhakti Mulya, Prasaja Mulya, Gunung Mulya, Cahaya Mulya, Usaha Mulya, Sinar Mulya, Dian Mulya, dsb. Alasan para pemilik toko bangunan memilih kata “mulya” selain karena namanya cukup estetik, mereka juga berharap bahwa yang dijual di toko bangunannya tidak kaleng-kaleng sehingga usahanya tersebut terus berjalan dan memberikan kemuliaan.
#2 Menggunakan akhiran “rejo”
Sementara di toko bangunan lain yang saya kunjungi, juga menggunakan format akhiran “rejo”. Seperti Enggal Rejo, UD Rejo, Sumber Rejo, Tegal Rejo, Moro Rejo, dan Sido Rejo, menjadi ciri khasnya. Pasalnya, kata “rejo” memiliki arti masyhur, terhormat, dan sempurna. Makanya, selain digunakan untuk menggambarkan letak daerah yang masyhur, toko bangunan juga memilih kata “rejo” sebagai format penamaannya. Lantaran kata “rejo” menggambarkan betapa sempurnanya kualitas material yang dijual.
#3 Menggunakan akhiran “abadi”
Selanjutnya, format akhiran “abadi” juga nggak kalah populer bagi penamaan toko bangunan. Saya kadang mbatin, kenapa kata “abadi” identik dengan toko-toko, ya? Khususnya toko bangunan? Pertanyaan itu akhirnya terjawab ketika saya mencoba bertanya ke salah satu pemilik toko bangunan.
“Saya juga nggak tahu kenapa, Mas, kata itu (abadi) sangat populer sebagai nama belakang toko. Tapi, kalau saya rasa, sih, makna “abadi” itu sebagai daya tarik konsumen sekaligus doa juga. Sebab, “abadi”, kan, artinya langgeng, kekal, dan awet. Toko saya saja pakai nama Berkah Abadi, karena selain berharap membuat berkah, bahan material di toko saya juga terjamin abadi (awet). Jadi, mungkin orang-orang yang punya toko bangunan punya filosofi seperti itu,” ucap si pemilik toko menjelaskan.
Makanya, coba kalian perhatikan, deh, pasti banyak toko yang menggunakan format ini, seperti Mitra Abadi, Anugrah Abadi, Putra Abadi, Mekar Abadi, Agung Abadi, Bintang Abadi, Cahaya Abadi, Makmur Abadi, dst.
#4 Menggunakan awalan “surya”
Kata “surya” juga menempati posisi penting dalam toko-toko bangunan. Jika tadi kita membahas akhiran, kata ini biasa digunakan untuk awalan, seperti Surya Mas, Surya Gemilang, Surya Sakti, Surya Alam, Surya Mega, dan toko bangunan yang menggunakan surya-surya lainnya. Mungkin, kata “surya” memiliki filosofi sendiri bagi para pemilik toko. Kalau saya perkirakan, pemilihan kata “surya” memiliki makna agar usahanya bisa terang, bersinar, dan bercahaya layaknya Sang Surya gitu. Nggak percaya? Ya, nggak apa-apa.
#5 Menggunakan awalan dan akhiran “jaya”
Kalau yang satu ini jangan ditanya lagi, deh. Mungkin, kalau bisa saya survei semua toko-toko bangunan di Indonesia, 95 persen pakai format penamaan ini, entah itu di awal atau di akhir. Misalnya untuk format akhiran, ada Berkah Jaya, Sumber Jaya, Timur Jaya, Kurnia Jaya, Serba Jaya, Bangun Jaya, Mega Jaya, Tunggal jaya, Makmur Jaya, Enggal Jaya, dst. Untuk format awalan, seperti Jaya Makmur, Jaya Raya, Jaya Sentosa, Jaya Samudra, Jaya Agung, dan lain-lain. Alasan memilih kata “jaya”, ya, sudah tahu sendiri, kan? “Jaya” berarti keberhasilan, kemenangan, dan kejayaan. Jadi, toko bangunan yang menggunakan format ini, ingin penjualan materialnya selalu berjaya. Begitu kira-kira.
#6 Mengombinasikan semuanya
Untuk yang terakhir ini terbilang mudah karena hanya mengotak-atik format penamaan sebelumnya menjadi satu kesatuan. Misalnya, Jaya Abadi, Mulya Jaya, Surya Jaya, Surya Abadi, Mulya Rejo, dan sebagainya. Tentu, dengan harapan kemakmuran toko tersebut terus belangsung dalam jangka waktu lama.
Setiap usaha pasti memerlukan keberhasilan, bukan? Makanya, untuk mendongkraknya, biasanya para pengusaha sering menggunakan kata/istilah yang memiliki arti baik untuk nama usahanya. Yah, selain karena ingin dipercaya konsumen, juga ingin “ngalap berkah” dari nama-nama tersebut. Di daerah kalian ada yang lain, nggak, Gaes?
Penulis: Adhitiya Prasta Pratama
Editor: Audian Laili