Sebagai warga lokal Purwokerto, saya cukup kesal membaca artikel Terminal Mojok dengan judul Purwokerto, Purwakarta, Purworejo: Dilema karena Sebuah Nama. Bukan karena saya benci dengan penulisnya, namun setelah membacanya, saya kesal lantaran ternyata masih banyak orang yang nggak tahu dan bahkan keliru tentang Purwokerto.
Purwokerto merupakan ibu kota dari Kabupaten Banyumas. Secara geografis, kota ini terletak di kaki Gunung Slamet. Kota ini juga dikenal dengan pariwisatanya, mulai dari wisata alam, theme park, hingga dunia perlendiran. Tapi, bukan itu yang akan saya bahas sekarang. Biar para pembaca Terminal Mojok lebih memahami dan nggak salah paham lagi dengan kota kelahiran saya ini, saya akan menyajikan 6 fakta menarik tentang Purwokerto.
#1 Tempat berdirinya Bank Rakyat Indonesia (BRI)
Nggak banyak orang tahu kalau Bank Rakyat Indonesia (BRI) berasal dari Purwokerto. Salah satu bank milik pemerintah ini telah berdiri sejak tahun 1895 dan berawal dari usaha simpan pinjam.
BRI didirikan oleh seorang priyayi bernama Raden Bei Aria Wiraatmaja yang berniat membantu priyayi pribumi dari jeratan utang para lintah darat yang memberikan bunga yang sangat tinggi. Dulunya BRI bernama De Poerwokertosche Hulp en Spaarbank der Inlandsche Hoofden atau dalam bahasa Indonesia berarti Bank Bantuan dan Simpanan Milik Priyayi Purwokerto.
Singkat cerita pada tahun 1946, secara resmi Pemerintah Republik Indonesia mengakui BRI sebagai Bank Pemerintah. Namun dalam perjalanannya, BRI pernah mengalami masa kelam, yaitu sempat berhenti untuk sementara waktu ketika terjadi perang mempertahankan kemerdekaan di tahun 1948. Setahun kemudian, tepatnya setelah perjanjian Renville, BRI baru dapat beroperasi kembali.
Saat ini, BRI telah berevolusi menjadi salah satu bank terbesar di Indonesia. Tercatat pada tahun 2021—berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasikan oleh perbankan nasional—BRI memiliki aset sebesar Rp1.678,1 triliun.
#2 Punya toko roti tertua di Indonesia
Siapa yang belum pernah makan roti? Kayaknya hampir semua orang Indonesia pernah makan roti, baik berbentuk biskuit, roti tawar, roti gandum, dsb. Tapi, siapa sangka kalau toko roti tertua di Indonesia berada di Purwokerto?
Tepatnya di Jalan Jenderal Sudirman No. 724, Kauman Lama, Purwokerto Wetan, ada Toko Roti Go. Toko roti ini sudah ada sejak zaman penjajahan, yakni pada tahun 1898. Sungguh sebuah perjalanan yang panjang untuk sebuah toko roti, kan?
Nama Toko Roti Go diambil dari nama pendirinya terdahulu, yaitu Go Kwe Ka. Dalam sejarahnya, toko roti ini sempat mengalami masa krisis di sekitar tahun 1948. Saat itu terjadi Agresi Militer Belanda yang kedua. Perang tersebut berdampak pada terbakarnya bangunan toko roti dan hanya tersisa oven serta alat pembuat roti berbahan besi. Oven yang terbuat dari tumpukan batu bata tersebut menjadi saksi kerasnya perjuangan bangsa Indonesia di masa itu. Hingga kini, oven tersebut masih dipakai untuk membuat roti untuk para pelanggan Toko Roti Go.
#3 Masih ada bioskop vintage
Purwokerto sebagai kota transit sudah selayaknya memiliki wahana hiburan. Salah satu dari wahana hiburan tersebut adalah bioskop. Dari zaman dahulu Purwokerto memiliki beberapa bioskop. Namun dalam perjalanannya, satu per satu bioskop berguguran dan hanya menyisakan Rajawali Cinema.
Rajawali Cinema berdiri sejak tahun 1980 dan dikenal vintage dengan plafon yang terlihat kuno dan warna-warna lembut. Hal yang paling menarik dari bioskop ini adalah poster filmnya. Poster-poster film yang ada di Rajawali Cinema masih dilukis atau digambar secara manual menggunakan cat. Sudah sangat jarang bahkan nggak ada lagi bioskop yang menggunakan metode tersebut. Keunikan ini menjadi nilai tambah untuk para penikmat film tanah air.
Selain itu, makanan dan minuman yang dijual di Rajawali Cinema relatif murah dibandingkan dengan bioskop-bioskop lain. Bayangkan saja kita masih bisa menemukan popcorn dengan harga Rp15 ribu dengan rasa yang nggak kalah dari popcorn yang ada di bioskop ternama.
#4 Kota mendoan
Mendoan telah menjadi kudapan yang populer di Indonesia. Kuliner satu ini berasal dari tempe tipis yang digoreng menggunakan tepung hingga setengah matang. Makanya diberi nama mendoan karena berasal dari kata “mendo” yang dalam bahasa Jawa berarti setengah matang.
Kuliner ini bisa jadi lauk yang dinikmati bersama nasi atau dijadikan camilan ringan untuk disantap saat kumpul bareng keluarga dan teman-teman. Fakta menariknya, mendoan telah jadi salah satu komoditas utama dari Purwokerto yang telah ditetapkan menjadi Warisan Budaya Tak Benda Indonesia pada tahun 2021 lalu.
Hampir di setiap warung di Purwokerto menyediakan mendoan. Mendoan seolah jadi oleh-oleh yang wajib dibawa para wisatawan ketika berkunjung ke sini. Untuk mengikuti perkembangan zaman, mendoan memiliki beberapa variasi seperti adanya mendoan berukuran jumbo dan crispy.
#5 Tempat kelahiran legenda bulu tangkis Indonesia
Indonesia dan bulu tangkis merupakan pasangan yang nggak terpisahkan. Sebab, bulu tangkis adalah pioneer prestasi Indonesia di mata dunia. Sudah nggak asing lagi bila atlet nasional kita meraih medali di kejuaraan bulu tangkis internasional.
Purwokerto melahirkan legenda bulu tangkis Indonesia, yakni Fung Permadi dan Christian Hadinata. Keduanya memiliki prestasi gemilang di dunia bulu tangkis. Selain menjadi atlet, keduanya pun menjadi pelatih yang melatih para atlet muda generasi penerus dunia bulu tangkis nasional. Sebut saja Ricky Subagja dan Rexy Mainaky yang merupakan anak didik Christian Hadinata. Ada juga Kevin Sanjaya dan Mohammad Ahsan yang dididik oleh Fung Permadi.
#6 Ada makam di tengah jalan
Salah satu fakta menarik tentang Purwokerto adalah soal makam kuno yang terletak di tengah-tengah jalan raya. Makam ini bernama Makam Ragasemangsang dan terletak di jantung Kota Purwokerto atau tepatnya sebelah timur Alun-alun.
Makam Ragasemangsang dijadikan tempat sakral oleh warga setempat. Konon, makan ini nggak bisa dipindahkan, dan apabila dipindah, bakal membawa sial dan sengsara wilayah tersebut. Banyak orang yang penasaran terkait dengan kapan dan siapa yang dimakamkan di makam bercat putih ini. Namun hingga kini, nggak ada yang tahu pasti sejak kapan makam itu ada.
Berdasarkan penuturan warga setempat, ada beberapa versi mengenai sosok yang dimakamkan dalam makam tersebut. Pertama, itu merupakan makan seorang prajurit Pangeran Diponegoro yang sakti dan membantu melawan penjajahan Belanda. Ia memiliki ilmu tinggi hingga sulit dibunuh. Namun, pasukan Belanda mengetahui kelemahannya dan langsung menggantungnya di atas pohon beringin hingga terbunuh. Makanya makam tersebut diberi nama Makam Ragasemangsang yang berasal dari kata raga yang artinya tubuh, dan semangsang yang artinya tersangkut.
Versi lain adalah Makam Ragasemangsang merupakan makam seorang tokoh jahat yang mengusik wilayah setempat untuk mendapatkan keuntungan pribadi. Tokoh ini memiliki kesaktian mandraguna sehingga masyarakat nggak ada yang berani melawannya. Singkat cerita, penjaga wilayah bernama Kyai Pekih yang juga memiliki kesaktian mencoba untuk melawannya dan berhasil mengalahkannya.
Beberapa fakta menarik soal Purwokerto di atas bisa menambah wawasan kalian soal Kota Satria. Jadi, jangan sampai salah paham lagi, yaaa.
Penulis: Galih Andriansyah Putra
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA 4 Hal yang Bikin Purwokerto Nggak Beda Jauh dengan Jogja.