6 Dosa Penjual Gudeg yang Ngaku Asli Jogja

6 Dosa Penjual Gudeg yang Ngaku Asli Jogja

6 Dosa Penjual Gudeg yang Ngaku Asli Jogja

Lahir dan tumbuh besar di Jogja membuat saya akrab dengan gudeg. Di Jogja, sarapan gudeg merupakan sebuah habit, layaknya sarapan soto. Di kota ini, penjual gudeg dapat dengan mudah kita temukan di tengah-tengah kampung hingga pinggir jalan raya. 

Seiring berjalannya waktu, saya berkesempatan menyantap gudeg di kota lain. Alih-alih mendapatkan sensasi otentik, saya sering menjumpai yang telah dimodifikasi sedemikian rupa. Tentu saja hal ini membuat saya geleng-geleng kepala. Kreativitas berlebihan penjual ini malah membuat penjual gudeg berdosa karena tidak mengikuti pakem gudeg asli Jogja.

#1 Menggunakan sambal

Walaupun orang Indonesia terkenal doyan pedas, penambahan sambal pada gudeg seakan membiaskan rasa aslinya yang manis dan sedikit gurih. Betapa terkejutnya saya ketika menemukan gudeg yang dibubuhi sambal. 

Umumnya, kuliner ini menggunakan krecek sebagai penghasil sensasi pedas. Tentu rasa pedas yang diciptakan oleh krecek tidak setebal sambal. Kalau mau lebih menantang bisa dengan nyeplus cabai yang biasanya ada di dalam krecek. Aneh banget nggak sih kalau malah pakai sambal?

#2 Menggunakan kikil, bukan krecek

Selain sambal, pelanggaran yang saya temui adalah penggunaan kikil sebagai pengganti krecek. Walaupun sama-sama dimasak berwarna merah, kikil dan krecek adalah dua hal yang berbeda. 

Kikil berasal dari olahan kaki, sedangkan krecek terbuat dari kulit sapi. Kikil biasanya berbentuk lembaran tipis, berbeda dengan krecek yang memiliki volume lebih tebal. Krecek yang dimaksud di sini krecek basah ya, bukan krecek kering. 

Krecek basah merupakan olahan setengah matang sehingga memiliki tekstur yang kenyal. Sementara itu, krecek kering diolah dengan cara digoreng hingga memiliki bentuk seperti kerupuk.

Baca halaman selanjutnya….

#3 Telur tidak hitam

Banyak lauk yang dapat kita padu-padankan dengan gudeg, salah satunya telur. Dosa terbesar dari penjual yang mengaku asli Jogja adalah menggunakan telur rebus biasa. Semacam tidak mau effort untuk mengolah telur rebus menjadi telur hitam. 

Padahal, proses pembuatan telur hitam untuk gudeg tidak begitu rumit. Pedagang hanya membutuhkan beberapa bumbu dasar dan tambahan kecap dan teh celup agar telur menjadi hitam. Telur hitam memiliki rasa yang lebih manis apabila dibandingkan telur rebus biasa.

#4 Dijual sepaket dengan gorengan tepung

Umumnya, gudeg Jogja dapat disantap dengan kerupuk guna menimbulkan efek kriuk-kriuk. Penyimpangan lain yang sering ditemukan adalah menyantap gudeg dengan gorengan tepung. Gorengan tepung yang disediakan penjual ada bermacam-macam, ada tempe tepung, tahu tepung, hingga bakwan jagung.

#5 Menggunakan daun singkong

Sering saya menjumpai daun singkong di tengah-tengah nangka muda. Di Jogja, penjual gudeg tidak menambahkan daun singkong. Penambahan daun singkong ini kita temui di luar saja. Usut punya usut, adanya daun singkong di gudeg dipercaya dapat meningkatkan nilai gizi dikarenakan daun singkong memiliki protein dan karbohidrat yang tinggi.

#6 Menggunakan plastik dalam kendil

Layaknya Yu Djum, bahan baku gudeg ditempatkan di berbagai macam kendil. Bahan-bahan tersebut tidak langsung ditaruh didalam kendil, namun diberi pembatas daun pisang. 

Penggunaan daun pisang di kendil sering disubtitusi dengan penggunaan plastik lembaran. Jelas-jelas penggunaan plastik lembaran sangat bahaya sebagai tempat penyimpanan makanan. Plastik dapat mengeluarkan bahan beracun kimia yang dapat tercampur ke makanan.

Itulah dosa penjual gudeg yang ngaku asli Jogja versi saya. Walaupun sudah dimodifikasi, setidaknya keberadaan gudeg di luar Jogja dapat mengobati rasa kangen akan Kota Pelajar.

Penulis: Arief Nur Hidayat

Editor: Yamadipati Seno

BACA JUGA 7 Dosa dan Larangan Saat Makan Gudeg

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Exit mobile version